25
25 Madu In Training
Krisna yang terbangun karena mendengar alunan suara orang mengaji di masjid yang berada tidak jauh dari rumah menemukan kalau pagi itu dia tertidur di kamar Gendhis. Hanya saja, kondisi bagian sebelah tempat tidur lainnya tampak kosong. Tidak ada Daisy di sana dan Krisna harus memicingkan mata demi menyadari kalau dia tidak tertidur di kamarnya sendiri.
Krisna kemudian duduk dan menggaruk kepala bagian kanan sambil menguap lebar. Lampu kamar yang menyala membuatnya melirik dirinya sendiri. Selembar selimut menutupi perut hingga batas lutut dan karena itu dia sadar tidak mengenakan apa-apa lagi di baliknya.
Dia terkenang dengan peristiwa tadi malam atau kalau bisa disebut dengan beberapa jam lalu. Pergumulannya dengan Daisy menguras sisa tenaganya dan tanpa sadar dia langsung tertidur usai perang tersebut, sebuah perang yang menurutnya sudah amat lama tidak dia lakukan.
Lo gila. Makhluk paling menjijikan, Na.
Dia memang manusia paling menjijikkan, pikir Krisna yang saat itu memilih untuk menyugar rambutnya. Kepada Kartika saja dia bisa bertahan untuk tidak menyentuhnya selama berbulan-bulan karena takut melukai istrinya. Tetapi, kepada Daisy, dia malah tidak peduli dengan kondisi wanita muda itu. Di dalam hatinya, dia merasa amat puas setiap melihat Daisy menahan tangis dan tidak berdaya di dalam rengkuhannya seolah hal tersebut adalah usaha untuk membalas semua perbuatan yang dulu pernah dia lakukan kepadanya.
Masalahnya, hal apa yang sudah diperbuat Daisy hingga dia jadi begitu benci kepada istri keduanya tersebut?
Krisna tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut dan malah memilih untuk mengambil celana pendek miliknya yang ternyata telah terlipat rapi di ujung tempat tidur beserta baju kaos yang semalam dipakainya. Pastilah wanita itu yang melakukannya, pikir Krisna. Mungkin dia ingin dilihat sebagai wanita yang perhatian, duga Krisna lagi dan kemudian dia tidak merasa heran. Bukankah dia tahu kalau selama ini Daisy seperti amat terobsesi menjadi seperti Kartika.
Dan gara-gara itu juga Krisna sadar, obsesi Daisy itulah salah satu hal yang amat tidak dia sukai sehingga ketika dia berhasil mempermalukan wanita tersebut, Krisna merasa amat senang seolah gara-gara itu dia bisa menyadarkan Daisy kalau dibandingkan dirinya dan Kartika, istri cantik kesayangannya, Daisy hanyalah butiran debu yang tidak bisa disandingkan sama sekali.
Mau jadi Tika? Mimpi.
Krisna kemudian berjalan ke luar kamar Gendhis dan mengira kalau saat itu Daisy sedang memasak. Hari itu adalah hari Minggu dan seperti minggu-minggu sebelumnya, dia sudah menduga kalau wanita itu akan berakting jadi istri baik yang akan memasak sarapan untuk suami mereka. Mengingat betapa bersemangatnya Daisy di minggu pertama mereka jadi suami istri, Krisna mendengus dan mengasihani wanita sok baik itu karena seperti apa pun usaha yang dia lakukan tidak pernah bakal berhasil membuat Krisna menaruh hati kepadanya.
Nyatanya, yang dia kira sedang memasak di dapur, ternyata tidak berada di sana. Lampu dapur bahkan masih mati dan hanya cahaya yang berasal dari lampu kabinet saja yang terlihat.
Ke mana si bodoh itu? Gumam Krisna di dalam hati. Wanita itu juga tidak ada di kamar mandi.
Nggak bunuh diri, kan?
Terdengar suara kran air mengalir dari arah belakang rumah yang posisinya tepat di samping kamar mandi. Di situ juga berada tempat mesin cuci dan menjemur. Krisna yang berpikir kalau jam segitu seharusnya tidak ada orang, kemudian memutuskan untuk membuka pintu dan menemukan istrinya sedang mencuci baju secara manual. Daisy menggunakan sikat untuk mencuci celana jin milik Krisna dan dia tidak sadar kalau suaminya saat itu sedang memperhatikannya selama beberapa saat.
Bahkan, hingga Krisna kembali lagi ke dapur dan berniat untuk mencari kopi, dia kemudian menemukan kalau hampir tidak ada benda yang bisa dimasak di dalam dapur tersebut. Kopi dan gula memang tersedia. Tetapi, kondisi dapur seperti tidak pernah digunakan selama beberapa waktu. Krisna juga membuka kulkas dan menemukan kalau kondisi kulkas juga kosong. Hanya terdapat beberapa botol berisi air minum. Krisna mendapati beberapa box berisi makanan beku di dalam freezer tetapi mengingat kondisinya masih sekeras batu, mustahil Daisy bakal menggunakannnya untuk masak.
Tapi dia bisa menggunakan microwave untuk mencairkannya, pikir Krisna bila Daisy memasak.
Hanya saja hingga matahari semakin tinggi, Daisy tidak menampakkan gelagat ingin masak sama sekali. Dia masih sibuk di belakang rumah dan setelah mencuci dia malah melanjutkan menjemur pakaian. Ketika Krisna kembali dari olahraga pagi sekitar pukul delapan, dapur masih seperti saat dia tinggal dan ruang makan tampak kosong melompong.
Dia memang tidak makan di rumah dan tadi telah sarapan bubur ayam di dekat lapangan tidak jauh dari kompleks perumahan. Tapi, sungguh aneh mendapati Daisy bahkan tidak memasak untuk dirinya sendiri dan memilih terus sibuk mengurusi rumah seolah-olah dia adalah seorang pembantu.
Krisna meletakkan kantong plastik berisi jajanan pasar ke atas meja dapur dan dia berjalan kembali menuju ruang belakang. Sekarang, Daisy sedang menyiangi rumput panjang. Dia memakai daster rayon dengan panjang selutut berwarna orange bermotif celup dengan tangan baju mencapai siku. Kulitnya yang putih tampak berkilau di bawah sinar matahari pagi.
Memangnya dia nggak makan?
Krisna malas memanggil Daisy yang saat itu sepertinya sudah tenggelam di dalam dunianya sendiri. Bila dia memanggil dan menyuruhnya makan maka wanita itu bakal merasa di atas angin dan menyangka Krisna peduli padanya. Padahal dia membeli makanan tersebut karena sang penjual tidak memiliki kembalian dan seperti pengalamannya, wanita mana saja akan tergoda dengan gorengan dan kue manis. Daisy pasti bakal menyikat makanan itu seperti kucing garong diberi ikan.
***
Nyatanya, setelah Krisna muncul kembali ke ruang tengah rumahnya pada pukul sepuluh lewat, kantong berisi makanan yang dia beli tadi masih berada di atas meja, tidak tersentuh sama sekali sementara istrinya sudah bergeser dari halaman belakang menuju halaman depan, mengepel lantai sambil bersenandung lagu entah apa yang bahasanya tidak dimengerti oleh Krisna. Sesekali dia mengintip Daisy yang saat itu sudah mengganti daster dengan gamis dan jilbab. Sesekali dia membalas sapaan tetangga sekitar yang sudah tahu kalau dia adalah istri kedua Krisna. Tetapi, untunglah mereka tidak berniat untuk masuk ke pekarangan dan melakukan sesi tanya jawab karena jarak antara pagar dan pintu rumah lumayan jauh. Krisna memang sengaja membeli rumah yang posisinya paling ujung dengan pekarangan jauh lebih luas supaya Kartika merasa nyaman. Dia juga membebaskan istrinya untuk menanam pohon-pohon palem dan bonsai yang amat sedap dipandang mata.
Kini, setelah kepergian Kartika, Krisna yang awalnya amat senang berkebun menjadi tidak bersemangat sama sekali. Karena itu, melihat Daisy yang kini seolah menggantikan Kartika melakukan semua hal tersebut bukannya membuatnya malah tersentuh tetapi malah sebaliknya.
Daisy baru kembali ke dalam rumah sekitar pukul sebelas. Dia menghindari melewati Krisna yang saat itu menatap layar televisi dengan wajah ogah-ogahan seolah sengaja membiarkan TV menyala agar dia tidak bosan. Daisy memilih berjalan ke belakang sofa dan cepat-cepat menuju dapur, membuat Krisna mencuri pandang ke arahnya, penasaran dengan apa yang akan wanita itu lakukan di sana. Mungkinkah dia akan memasak makan siang lalu memaksa Krisna makan seperti yang sudah-sudah?
“Mas, nggak makan kue yang kamu beli ini? Kalau sudah siang rasanya nggak enak lagi.”
Saat Daisy bertanya, Krisna cepat-cepat mengalihkan perhatian kembali ke layar TV dan pura-pura menguap agar tidak ketahuan kalau dia tadi mengamati wanita tersebut.
“Jangan ditinggal di sini kalau kamu nggak mau makan. Nanti banyak semut.” ucap Daisy setelah sadar Krisna tidak bakal merespon.
Daisy berjalan hilir mudik demi menanti jawaban suaminya dan sempat mengambil piring untuk mewadahi kantong tersebut. Namun setelah beberapa saat, dikembalikannya lagi piring tersebut dan dia berjalan menuju kamar mandi setelah mengambil pembersih kamar mandi yang sempat dia beli beberapa hari yang lalu.
Dia tidak mau kembali salah karena menyentuh barang milik Kartika dan yang paling bijak saat ini yang bisa dilakukannya adalah menyikat lantai kamar mandi. Dia adalah orang yang paling sering menggunakan tempat itu. Krisna sudah pasti mandi di kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya sendiri sehingga dia yakin bila pria itu masuk ke kamar mandi tempatnya berada saat ini lalu menemukan sehelai rambut Daisy tertinggal di sana dia bakal kena marah.
Daisy menyelesaikan semua pekerjaan tepat saat azan Zuhur berbunyi. Saat itu dia mendengar suara mobil milik Krisna memasuki pekarangan rumah. Untung saja, dia sudah mandi dan bersiap untuk salat. Tadi, sekitar pukul sebelas Krisna pergi setelah merasa dia bosan berada di dalam rumah dan Daisy berpikir pria itu baru akan kembali malam hari. Ternyata, satu jam kemudian suaminya sudah berada di dalam rumah.
Kali ini, seperti pagi tadi, Daisy mendapati sebuah kantong lain diletakkan di atas meja sedang Krisna sendiri telah menghilang. Mungkin dia sudah menuju ke kamarnya sendiri. Daisy yang tidak berani mengutak-atik belanjaan pria itu memutuskan untuk kembali ke kamar Gendhis. Dia ingin menyeduh air dan pikirannya sudah melayang kepada cup Pop Mie rasa ayam bawang kesukaannya yang disembunyikan di dalam lemari. Tadi Daisy sempat membeli cabai rawit dan tomat di penjual sayur keliling saat Krisna menghilang tadi.
Nasi juga sudah masak. Aduh, nggak tahan mau makan. Lapar banget dari pagi nggak sempat gara-gara banyak kerjaan.
Daisy mengunci pintu kamar begitu dia masuk. Mustahil Krisna bakal mengganggunya seperti tadi malam dan dia benar-benar memanfaatkan waktunya selain untuk salat juga memasak air dalam teko listrik otomatis. Untung saja, Daisy juga pernah ikut pelatihan di hotel dan dia diajari oleh teman sekamarnya, seorang pengurus dari panti asuhan lain cara bertahan hidup di dalam kamar hotel bila tidak punya banyak uang. Maklum saja, tidak semua tamu adalah orang berduit yang bisa membeli makanan di restoran hotel dan kebanyakan malah membeli mi cepat saji dalam cup untuk bertahan terutama pada malam hari saat udara kamar benar-benar tidak bisa ditoleransikan, yang kalau dinyalakan akan membuat mereka kedinginan sampai ke tulang, dimatikan akan membuat mereka kepanasan.
Begitu selesai salat, dengan terburu-buru Daisy bergerak ke bawah meja rias milik Gendhis. Di bawah meja tersebut terdapat colokan listrik dan Daisy biasanya menggunakan peralatan masaknya di sana. Agak sedikit kurang nyaman dan layak, tetapi, dia bisa bertahan hidup selama hampir dua minggu terakhir. Dengan adanya Krisna di rumah, dia tidak leluasa memasak seperti biasa. Aroma masakan sudah pasti bakal membuat pria itu curiga sementara Daisy tidak berani membeli lauk di ujung perempatan dekat rumah dan satu-satunya yang bisa menyelamatkan perut pedih melilitnya saat ini hanyalah mi instan di dalam pelukannya yang sudah dia campur dengan beberapa sendok nasi. Daisy bahkan menghela napas lega begitu suapan pertama air kaldu membasahi tenggorokannya.
Sabar, ya. Besok bos kerja. Kita bisa makan enak lagi, Daisy memberi semangat kepada dirinya walau makan enak yang dia maksud paling banter ayam goreng dengan telur dadar, tetapi sudah cukup membuat Daisy merasa dia sedang menikmati hasil gajiannya sendiri.
Hal yang tidak disangka Daisy terjadi menjelang waktu Asar tiba. Saat itu dia sedang membuang sampah dari dalam kamar ke tempat sampah yang berada di luar pagar rumah dan ketika kembali, Krisna memanggilnya dari depan ruang tengah. Begitu Daisy masuk, Krisna sempat melirik gamis Daisy yang di matanya lebih cocok dijadikan kain pel. Meski begitu dia tidak banyak berkomentar dan hanya menyuruh istrinya mengambil sebuah amplop tebal yang sengaja dia letakkan di meja depan sofa.
“Apa itu?” tanya Daisy bingung. Dia tidak merasa sedang berkirim surat dan bentuk amplop tersebut mengingatkan Daisy pada amplop pemberian Kartika yang diselipkan Gendhis di dalam lemari di kamarnya.
“Pakai itu buat belanja. Kulkas kosong. Beras habis. Minyak nggak ada.”
Daisy masih berada di tempat sekalipun Krisna telah menunjuk kalau isi amplop di hadapannya berisi uang.
“Buat apa?” Daisy balik bertanya. Nada bingung di dalam suaranya membuat Krisna hampir saja keceplosan mengatainya bodoh.
“Lo dengar, nggak, sih? Belanja. Isi kulkas. Jangan sampai kosong melompong gitu.”
Nada suara Krisna yang tinggi sempat membuat Daisy terkejut. Niatnya untuk bersikap seperti Kartika tidak bakal terwujud. Krisna masih saja bersikap amat kasar kepadanya. Pria itu hanya berubah seperti kucing kelaparan ketika mereka bergulat di atas tempat tidur saja.
“Mubazir, Mas, ngisi kulkas. Kemarin aja nggak ada yang makan. Aku sampai buang buah dan lauk-lauk yang sudah rusak.”
Krisna agak sedikit terkejut dengan jawaban istrinya, apalagi ketika Daisy dengan wajah polos melanjutkan, “Kamu nggak mau makan kalau bukan masakan Mbak Tika dan aku nggak berani ganggu dapur beliau. Jadi, daripada mubazir, nggak usah diisi aja. Itu aku lihat kamu beli, tapi nggak kamu senggol sama sekali, “ Daisy menunjuk ke atas meja.
“Bodoh. Gue beliin buat lo.”
Daisy sempat terdiam beberapa detik sebelum dia menatap kembali ke arah suaminya dengan nada tidak percaya. Tapi, dia dengan bijak memilih tersenyum, “Nggak perlu, Mas. Daisy punya uang untuk beli keperluan sendiri. Tapi terima kasih tawarannya.”
Daisy kemudian berjalan meninggalkan Krisna yang sepertinya terlalu terkejut dengan jawaban wanita tersebut sehingga dia tidak sadar hampir berteriak saat berkata, “Oh, bayaran dari Tika? Pantesan lo sombong banget nggak mau nerima duit dari gue.”
Daisy memejamkan mata. Kata-kata barusan seolah menghujam jantungnya tetapi dia memilih tersenyum sebagai respon kepada suaminya sebelum akhirnya pamit untuk menyetrika pakaian. Dia tidak perlu membalas Krisna karena kata-kata pria itu tidak perlu diperdebatkan.
Bukankah api tidak perlu dibalas dengan api juga? Dan selama beberapa minggu terakhir ini dia sudah cukup senang mereka tidak lagi banyak bertengkar sehingga untuk hari ini, Daisy juga berharap mereka bisa melewati hari tanpa perlu mendengarkan kalimat-kalimat pedas lain yang bisa saja terucap lewat bibir Krisna.
***
Maak, kok Desi letoy banget? Bencik ah, ziziq ama dese.
Sabar, ngapa, sih? Baru juga bab 25. Wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top