06 - Bat Cave
Tidak ada lagi manusia berjenis kelamin laki-laki dengan rambut hijau bergaya jabrik yang tersenyum lebar hingga deretan gigi kuningnya nampak semua. Pemandangan yang pertama kali dilihat sudah bukan lapangan bola dengan Joker dan Robin yang disiksa. Langit-langit ruangan kali ini berwarna abu-abu, tampak redup atau mungkin matanya saja yang belum bisa memandang dengan jelas. Lalu kemudian, dia melihat sosok seorang lelaki, meski sedikit kabur dia sadar lelaki itu menunduk ke arahnya.
"Jason!" Suara si lelaki itu memanggil.
Jason Todd, si pemilik identitas asli dari vigilante bernama Red Hood. Tangannya terkepal erat lantas terlonjak kaget hingga langsung duduk dari baringannya yang entah di mana. Kepalan tangan tersebut pun diarahkan pada lelaki yang tadi memanggil dirinya. Orang itu tidak sempat mengelak sehingga tinju tersebut langsung mengenai bagian pipi.
"Damn it, Jason! Kau gila atau bagaimana? Bangun tidur langsung menonjokku saja!" Lelaki dengan celana panjang longgar dan mengenakan kaos putih berompi kemeja abu-abu itu mengeluh tetapi tidak membalas perbuatan adik keduanya tersebut.
"Wajahmu menyebalkan, Dick. Memang cocok untuk dipukul." Ucapan Jason mengundang kekesalan si lawan bicara.
Dick Grayson, lelaki berusia empat tahun lebih tua darinya itu langsung mendekat dan menarik kra baju yang Jason kenakan. "Apa kau bilang?"
"Telingamu bermasalah?" Jason malah bertanya.
Dua kakak adik itu jadi adu tatap dan sekarang saling menarik kra baju masing-masing. Bruce yang melihat keduanya dari tempat duduk depan bat computer hanya menghela napas dan memilih untuk tidak ikut campur. Si sulung dan putra angkat keduanya itu memang selalu punya cara untuk membuatnya lepas tangan demi tidak terjadi hal yang lebih menyebalkan.
"Ingat umur, Grayson, Todd." Si bungsu berbicara. Seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun berdiri tidak jauh dari Dick dan Jason berada sambil memeluk seekor kucing berwarna hitam putih. Menjadi ciri khas bagi si bungsu memanggil nama seseorang dari nama belakangnya.
"Bat Cave bukan tempat untuk kucing, Damian." Seorang lelaki yang lebih tinggi berdiri di samping Damian Wayne sembari berkomentar.
Damian melirik dari ekor matanya, melemparkan tatapan sinis pada putra angkat ketiga Bruce Wayne tersebut. "Diam kau, Drake."
"Cih. Anak kecil tidak boleh berbicara kasar." Timothy Drake mengucapkan kalimat terlarang yang tidak boleh sampai terdengar ke telinga Damian.
Menyadari dia salah bicara, Tim menutup mulutnya dan memandang Damian yang sekarang sudah melepaskan kucing kesayangannya dari pelukan. Tatapan anak itu jadi semakin nyalang.
"Katakan sekali lagi, Drake. Aku akan mencabut lidahmu," ucap Damian marah. Dia paling tidak suka jika dikatai anak kecil meski memang demikian kenyataannya.
"Boys." Suara Bruce mengheningkan perdebatan tidak penting di antara empat anak laki-lakinya. Dengan enggan, pada akhirnya mereka semua terfokuskan pada Bruce. Bukan berdebat yang menjadi alasan mereka berkumpul di bat cave saat ini.
Terutama Jason. Dia tidak mengerti apapun selain ingatan sebelumnya hanya sampai pada dirinya yang berada di lapangan bola sembari menyaksikan dirinya sendiri dari masa lalu. Dia cukup kebingungan hingga memilih turun dari brangkar perawatan di bat cave. Ia berjalan mendekati Bruce, berdiri di belakang kursi ayah angkatnya itu sambil menatap layar komputer yang sejak tadi digeluti olehnya.
Layar komputer tersebut menampilkan posisi Jason saat menodongkan pistol ke arah seseorang berjubah hitam yang kepalanya pun tertutup tudung. Tubuh orang yang ditodong tersebut lebih pendek dari Jason, malah terlihat tak sampai setinggi dada Jason. Di lihat dari rekaman CCTV yang menyorot dari balik punggung Jason, bisa dilihat dengan jelas bahwa lawannya adalah seorang wanita. Rambut panjangnya tertiup angin, keluar dari celah tudungnya dan menjuntai lurus di depan kedua bahunya.
Jason tidak ingat. Sepanjang misi mengintai Black Mask, dia tidak bertemu dengan sosok wanita sama sekali. Bahkan gang tersebut sangat sepi. Justru yang dia temui di gang dekat kasino adalah Black Mask itu sendiri. Oh, tidak. Jason ingat dia bukan Black Mask melainkan Joker. Entahlah, dia sendiri tidak yakin.
"Dia adalah wanita yang sama dengan yang sedang kita selidiki." Dick berkomentar.
Jason sampai tidak sadar karena dari fokusnya dia menatap layar. Dia melirik ke arah Dick yang sekarang berdiri tepat di sampingnya. "Aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya," ucap Jason kemudian.
"Rekamannya memperlihatkan kau yang berkonfrontasi dengan wanita itu, Jason. Oh, tidak. Perkelahian kalian malah terlihat seperti serangan sepihak." Dick menjelaskan.
"Apa? Yang aku temui di sana adalah Black–Joker. Bukan seorang wanita!" Jason berseru menanggapi.
"Joker?" ulang Dick. Kening lelaki itu berkerut. "Badut itu ada di Arkham Asylum sampai detik ini, Jason."
"Kau tidak percaya padaku? Aku menyaksikan dengan dua mata kepalaku sendiri. Ada ribuan Joker di sana menyaksikanku dari kursi penonton stadion bola. Aku berada di tengah-tengahnya dan dipaksa menyaksikan masa lalu saat dibunuh olehnya." Jason mengepalkan tangannya kuat saat mengutarakan hal tersebut.
Dick bisa melihat bahu saudaranya itu gemetar. Tatapan mata Jason yang menyiratkan kemarahan dan kesedihan di waktu bersamaan tidak menampik bahwa dia tidak berbohong saat berkata demikian. Dick tidak menanggapi Jason lagi. Bisa saja Jason memang mengalami hal seperti itu karena dia juga sama. Terjebak di suatu tempat seperti labirin dan tidak menemukan jalan keluar hingga pingsan lalu tiba-tiba terbangun di bat cave. Sama seperti Jason yang ditemukan dalam keadaan pingsan oleh Bruce dan dibawa pulang.
"Aku tidak bertemu dengan wanita itu. Tidak pula berkelahi dengannya." Jason menegaskan, matanya sekarang berpaling ke arah lain.
Dick percaya betul ucapan Jason. Namun, percayalah si kakak tertua keluarga kelelawar itu memiliki sifat jahil jika menyangkut adik-adiknya. "Sudahlah, Jason. Kau tidak perlu malu sampai berbohong seperti itu. Kau pasti tidak mau mengakui kalau kau pingsan sampai dua hari karena seorang wanita yang kemungkinan usianya saja sangat muda jika dilihat dari bentuk badannya."
"Pfft!" Suara itu berasal dari belakang mereka. Timothy Drake dan Damian Wayne sekarang terkekeh bersamaan.
Si bungsu bahkan sampai menunjuk Jason dengan jemarinya sembari berkata, "Lemah sekali, Todd. Katanya kau akan mengamuk jika diganggu oleh Father tapi ternyata kau tidak berbuat apa-apa selain hanya bertingkah seperti orang gila di sana lalu pingsan begitu saja."
"Pfft!" Tim menahan diri untuk tidak tertawa. Dia tidak mau menjadi bulan-bulanan Jason saat ini.
"Si pendek banyak bicara ternyata!" Pendek. Salah satu kata terlarang bagi Damian terlontar tanpa beban dari mulut Jason.
"APA?" Semua orang di bat cave terheran dari mana datangnya pisau tajam yang tiba-tiba sudah ada di tangan Damian saat menyerukan kata tersebut. Pisau itu sudah terarah kepada Jason, keduanya jadi saling tatap. Jika itu adalah film, pancaran kilat seperti petir dari mata ke mata mungkin sudah tervisualkan sekarang.
"Cukup." Bruce lelah. "Jika kalian tetap bertengkar, aku akan memerintahkan Alfred untuk mengurung kalian di kamar dan tidak boleh keluar sampai waktu yang kutentukan."
Satu ancaman itu sukses membuat keempat anak lelakinya itu bungkam. Pada akhirnya mereka berbaris di belakang kursi Bruce, berdiri sejajar dengan mata yang sama-sama terfokus ke arah layar komputer besar yang sedang menampilkan rekaman pada lokasi kejadian.
Lokasi Red Hood a.k.a Jason, mungkin Jason pada saat itu memang melihat dan bertarung dengan Joker seperti yang telah disebutkan. Namun, rekaman tersebut memperlihatkan seorang wanita yang hanya memandang Jason saat menodongkan pistol. Dengan santainya si wanita itu kemudian berpindah tempat ke sisi kotak-kotak kayu yang tertumpuk di pojok gang. Dia mengaluarkan sebuah bingkisan dari balik jubah lebarnya. Dengan kaki yang duduk bersilang, tangannya membuka bingkisan tersebut yang merupakan donut bertoping keju lalu menyantapnya.
Sedangkan Jason yang berada di lokasi kejadian malah menembak ke sembarang arah padahal di sana tidak ada siapa-siapa. Jason tampak seperti orang panik, mencoba menunju udara, lalu gemetar hingga hendak berlari tetapi membentur tembok. Tidak ada suara yang tertangkap dari rekaman tersebut. Namun, mereka semua menyaksikan bahasa tubuh Jason yang tampak seperti sedang berbicara.
"Kau berbicara dengan angin, Todd?" Damian berceletuk ria.
"Diam kau, Anak Kec–" Jason tidak menyelesaikan ucapannya karena perutnya disenggol oleh Dick.
Rekaman berlanjut, memperlihatkan si wanita yang selesai makan donut dan Jason yang sudah pingsan di tanah. Wanita itu lantas melintas terbang di langit-langit Gotham. Menyusuri setiap kamera yang terpasang di wilayah Gotham, tujuan berikutnya dari si wanita tersebut adalah lokasi Dick. Dia hanya menemui Dick yang saat itu mengenakan kostum Nightwing. Mereka bertatapan beberapa saat sampai akhirnya Dick berjalan tidak tentu arah, melingkar saja di satu lokasi tersebut.
"Pfft! Lucu sekali, Dicky Bird. Kau kehilangan arah sampai pingsan hanya karena seorang wanita." Jason membalas ejekan Dick yang tadi.
Si sulung menggeram tetapi tidak menanggapi apa-apa. Pada akhirnya, mereka semua termenung, larut dalam pikiran masing-masing, berspekulasi dengan memindai bukti-bukti yang sudah terekam dalam otak mereka. Hingga akhirnya, mereka sama-sama mendapatkan satu kesimpulan.
"Illusion." Dick bergumam.
Keluarga kelelawar lainnya juga menyimpulkan hal yang sama.
.
.
Senin, 20 Mei 2024, 23:35 WIB.
A/N : Komedi dulu. Si Jason puyeng berhadapan sama Joker, tapi musuhnya malah ngemil donat. Si Dick muter-muter di labirin gak nemu jalan keluar, musuhnya cuma diem doang berdiri sambil nontonin dia yang jalan melingkar sampai sempoyongan.
Sorry banget, tapi kalian berdua itu entah kenapa angst-able. Jadi cocok buat dibikin skenario begitu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top