05 - Joker & Robin
Kepala Joker berlubang oleh tembakan Red Hood. Lelaki yang sekarang menumpahkan darah segar dari lubang kepalanya itu tetap berdiri tegak dan tertawa terbahak-bahak. Suara tawa memuakkan yang membuat emosi Red Hood tidak stabil setiap mendengarnya. Bagaimana bisa lelaki yang terkena tembakan sefatal itu masih tetap bisa melotot dengan cengiran lebar seperti badut gila?
"Get mad at me! Hate me! Apapun yang kau rasakan dan lakukan, tidak akan membuatku mati. Atau, aku memang tidak menginginkan dirimu bisa membunuhku, Red Hood. HAHAHAHA!" Joker mengejek.
"Tutup mulutmu, Asshole!" Red Hood berteriak.
"There are a joke that can make you laugh. Lelucon kematian. Kau suka itu, kan? Biarkan aku menunjukkanmu lelucon yang lain. Dia akan datang." Joker menyeringai lebih lebar.
Situasi ini tidak bisa Red Hood mengerti. Lebih tidak mengerti lagi saat tiba-tiba muncul satu orang lain dari arah belakang gang tempat Red Hood berdiri. Dia tidak mendengar adanya langkah kaki, hanya mengandalkan feeling membuat dirinya berbalik dan mendapati seorang anak lelaki berbadan lebih pendek darinya mengenakan kostum merah dengan jubah hijau. Mata pada topeng Red Hood membulat sempurna, terkejut hingga dia tidak sanggup berkata-kata.
"No way," gumam Red Hood memandang fokus pada seorang lelaki remaja berkostum Robin–sidekick Batman–datang menemuinya. Namun, Robin yang dimaksud oleh Red Hood saat ini bukanlah Damian Wayne sebab anak itu masihlah berusia sepuluh tahun. Sosok yang ditangkap oleh matanya tidak lain adalah dirinya sendiri. Red Hood di usia enam belas tahun saat masih menjadi Robin.
Joker tertawa kencang di tengah sepinya gang tersebut. Ia berjalan mendekat ke arah Robin yang memandang Red Hood dengan wajah datar dan mulut mengatup rapat. Dibelai oleh Joker wajah Robin muda dan mengusap-usap rambut hitam bergaya belah dua pada bagian poninya.
"See? Kau sesumbar mengatakan bahwa aku akan bernostalgia dengan masa lalu yang berakhir kekalahan. Lalu apa kau tidak melihat sekarang? Ini adalah dirimu. Sosokmu di masa lalu yang begitu lemah melawanku." Joker menepuk-nepuk pipi Robin di hadapan Red Hood.
"Kau memang kalah dariku, Fucking Clown!" Itu benar.
Konfrontasi Red Hood dengan Black Mask saat awal debutnya dahulu memang hanya untuk memancing Joker keluar dari Arkham Assylum lalu membalaskan dendam atas kematiannya. Meskipun, rencana yang sudah ia siapkan dengan sedemikian rupa itu harus gagal sebab dihalangi Batman dan ideologi no killing-nya. Kalau saja waktu itu ia benar-benar membunuh Joker .... Kalau saja ....
"You didn't win. He's the one who won." Ucapan Joker merujuk pada Batman yang menjadi penengah dari panasnya prahara mereka kala itu. Red Hood benci itu.
"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan tapi kau benar-benar akan mati kali ini." Red Hood kembali memberikan tembakan pada Joker.
Kali ini, Joker menjadikan sosok Robin dengan wajah sama persis seperti masa muda Red Hood itu sebagai tameng, mengangkat si anak remaja hingga sejajar dengan tinggi badannya. Peluru yang dilesatkan Red Hood mendarat sempurna di bagian dada si Robin. Hal ini membuat dia mengumpat kesal, mendecakkan lidah, mengeraskan rahang sebab merasa seperti telah membunuh dirinya sendiri.
Darah mengucur dari dada berlubang Robin lalu tergeletak tak berdaya di atas tanah basah gang tersebut. Red Hood hendak menyingkirkan Robin dari sana tetapi saat ia mencoba menyentuh tubuh si remaja itu, tangannya menembus seakan-akan sosok tersebut adalah hantu.
"HAHAHAHA! HAHAHAHA!" tawa Joker semakin nyaring terdengar. "Biar kuperlihatkan yang lebih menarik lagi, Red Hood."
Sosok yang tadinya hendak Red Hood sentuh menghilang entah ke mana. Kasus yang sama seperti saat ia hendak meninju Joker dalam wujud Black Mask sebelumnya. Mudah berpindah-pindah, seperti teleportasi. Tidak menutup kemungkinan bahwa menghilangnya sosok Robin juga sama. Dia segera menoleh ke belakang, mendapati Robin yang sekarang penampilannya berbeda. Tidak ada lagi luka di dada, tubuh bugar remaja tersebut bersih dan hanya kehilangan sepatu saja. Namun, posisinya terlentang di atas tanah. Di samping Robin, berdirilah Joker yang memegang linggis dan kemudian menghantam tubuh Robin berkali-kali.
"HENTIKAN, YOU FUCKING ASSHOLE!" Red Hood berteriak tidak karuan.
Kepalanya rasanya pecah, suara tawa Joker sangat mengganggunya, apa yang disaksikan olehnya pun membangkitkan kembali kenangan buruk yang mengundang trauma. Di saat pikirannya masih kalut oleh pemandangan melihat dirinya sendiri disiksa oleh Joker dengan pukulan linggis, gedung-gedung di sekitar gang tersebut bergeser. Tidak ada tanda-tanda gempa atau proses peretakan tanah. Tempatnya berpijak juga tidak bergetar sama sekali. Apa yang dilihat olehnya seperti teknologi simulasi tempur di bat cave yang membuatnya berada dalam lokasi simulasi seakan-akan itu adalah realita.
Mirip.
Mirip seperti itu tapi apa yang dialami Red Hood terasa begitu nyata. Hanya dalam waktu beberapa kedipan mata, ia sudah menyadari dirinya berpindah tempat ke pangan bola. Sekelilingnya adalah stadion, ada kursi-kursi penonton dan yang duduk di sana adalah Joker.
Tidak. Red Hood tidak salah. Matanya memang melihat ada ratusan atau bahkan ribuan Joker memenuhi seluruh kursi stadion. Para Joker itu memandang ke satu titik yang sama, tengah-tengah lapangan di mana ia berdiri bersama sosok Joker yang tadi sedang menyiksa Robin.
Telinga Red Hood berdenging. Dia tidak tahan dengan tawa serempak dari ribuan Joker yang mengelilinginya.
Tidak. Kali ini bahkan bukan hanya Joker yang jumlah dirinya bertambah, melainkan sosok Robin. Sosok remaja yang tak lain adalah Red Hood itu sendiri bertambah banyak dengan pose yang sama. Telentang di atas rumput hijau lapangan bola, mengelilingi Red Hood dari banyak arah, berikut pula dengan Joker dan linggisnya.
"Hentikan!" Gemetar. Red Hood tidak bisa menahan tubuhnya untuk tidak menegang menyaksikan dirinya disiksa.
Memori yang sudah coba ia taklukkan setelah berlangsung sekian tahun tetapi sekarang kembali muncul di hadapannya. Tampak begitu nyata. Bahkan suara tawa Joker bisa dia dengar, suara tulang kaki Robin yang patah akibat pukulan linggis, suara tulang rusuk Robin yang hancur akibat pukulan dan injakan dari Joker.
Wajah Robin yang sudah babak belur, kostumnya yang robek-robek, darahnya yang mengalir hingga menggenang di lantai akibat siksaan itu. Red Hood tidak sanggup melihatnya.
"Run! Run baby run! HAHAHAHA!" Joker menertawakan Red Hood yang berbalik arah dan hendak lari darinya.
Namun, sayangnya dia malah menabrak Joker-Joker yang lain hingga dirinya terjatuh. Tangannya gemetar ketika menodongkan pistol ke arah para Joker. Tembakannya pun membabi-buta. Meski menembak sembarang arah, dia bisa memastikan itu mengenai Joker-Joker gila itu. Sayangnya, seberapapun banyak ia menembak, situasi di lapangan bola itu tidak berubah. Dia tidak berdaya. Bukan melawan Joker, melainkan traumanya.
Dalam keadaan normal, Red Hood bisa saja menyingkirkan badut sialan itu jika tanpa hambatan Batman. Namun, di situasi abnormal ini dan bagaimana Joker mempertontonkan ingatan masa lalunya secara nyata, dia hanya bisa menembak sembarang arah hingga pelurunya habis dan sia-sia. Kepalanya sakit, pandangannya mengabur.
Tangan Red Hood semakin tremor parah saat ia menekan tombol SOS pada utility belt lalu mengirimkan pesan suara. "Help me, B."
Red Hood tahu betul siapa yang paling dia butuhkan dalam situasi dan keadaannya saat ini.
.
.
Jum'at, 11 Mei 2024, 07:23 WIB.
A/N : Waktu ngetik ini aku sambil bayangin Wayne Family Adventure pas bagian J dengerin suara benturan linggis dan lantai terus noleh ngeliat Cass yang lagi bawa linggis ke arahnya. Traumanya kambuh jadi dia lari terbirit-birit padahal Cass waktu itu datang niatnya mau bantuin J benerin motornya. Kasian adik ipar saye. 😢
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top