02 - The Titans

Dalam ledakan yang tiba-tiba dan dahsyat, bangunan megah membentuk huruf T menjulang itu runtuh. Saat puing-puing dan debu dari bangunan yang runtuh memenuhi udara, seorang gadis muda terluka dan terjebak di bawah reruntuhan. Dia tidak bisa bergerak dan kesakitan, teriakan minta tolongnya nyaris tidak terdengar di tengah kebisingan dan kepanikan. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ia miliki hanya bisa digunakan untuk memberikan sinyal bahwa ia membutuhkan bantuan. Cahaya hitam dengan campuran keunguan berpendar di tangannya seiring ia yang mengangkat tangan dan membuat cahaya itu membubung ke langit.

"Raven!" Seorang lelaki berpakaian ketat kombinasi warna hitam biru bertopeng mendekat ke arah sumber cahaya ungu tersebut. Dia mengobrak-abrik reruntuhan hingga mendapati gadis yang dimaksud sedang telentang tertimpa puing-puing dan bersimbah darah.

The Titans, nama sekelompok pahlawan yang kini mendapatkan serangan teror akibat longgarnya penyegel iblis di kening Raven, si gadis setengah iblis itu menjadi korban dengan luka terparah sebab hanya sihirnya yang mampu mengembalikan raja iblis Trigon ke dalam kristal segel. Serangan dari bawahan Trigon membuat anggota lain kesulitan. Runtuhnya gedung Titans Tower dan luka yang dialami setiap anggota cukup membuahkan hasil meski menyakitkan. Kecuali Koriand'r sang leader yang datang terlambat untuk menangani kasus penyerangan itu.

Kori mendekat ke arah rekannya yang sedang membawa Raven ke dalam gendongannya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan penuh rasa bersalah. "I'm so sorry."

"Sorry? Just it?" Lelaki bersurai hitam itu memicingkan mata.

"Nightwing, kau tahu bahwa planetku dan kerajaanku sedang membutuhkanku saat ini." Kori berbicara. Sudah menjadi peraturan wajib meski tak tertulis di antara para pahlawan untuk menyebut nama pahlawan masing-masing saat dalam situasi demikian.

"So do we, Starfire." Dick menanggapi. Dia menyerahkan Raven kepada Beast Boy, rekannya yang saat ini masih berada dalam wujud gorila. Sedangkan dirinya menfokuskan atensi menatap Kori lebih serius. "Sepenting apa sampai kau meninggalkan posisimu sebagai seorang pemimpin pahlawan?"

"Dick, aku–"

"Nightwing."

Kori menghela napas. "Listen, Nightwing. Aku adalah putri kerajaan Tamaran sehingga tanggungjawabku di sana juga harus kupenuhi."

"Tanggungjawab yang seperti apa, Starfire? Masalah kudeta sudah terselesaikan oleh The Titans, pembentukan pemerintahan, dan pemulihan kerajaan. Tamaran sudah aman dan damai. Apa yang kau lakukan di sana sampai meninggalkan bumi?" Dick menyorot Kori dengan pandangan meminta penjelasan lebih.

"Kau ... tahu jawabannya, Nightwing." Kori tertunduk sedih.

"Lelaki itu?" tebaknya.

Meski Kori tidak menjawab, Dick bisa mengetahui tebakannya benar. Beberapa waktu terakhir ini Kori memang dekat dengan seorang lelaki sesama ras Tamaranian dan berasal dari keluarga bangsawan. Dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya di hadapan Kori. Bisa ditebak pula olehnya kalau mungkin saja ketidakhadiran Kori di Titans adalah karena ia bertemu dengan si lelaki itu, makan malam bangsawan atau pesta semacam itu di sana. Ia kecewa. Bagaimana bisa seorang pemimpin organisasi pahlawan meninggalkan tanggungjawab atas dasar alasan demikian? Ditambah lagi, mereka berdua masihlah dalam status berpacaran.

"Kita butuh bicara, Dick." Kori berucap, hilang sudah panggilan yang seharusnya diucapkannya ketika bertugas.

Dick tidak menjawab, tangannya justru merogoh ke dalam sabuk utilitas di pinggangnya dan mengambil sebuah ponsel yang bergetar. Di layar tersebut muncul nama Alfred Pennyworth, sang butler keluarga kelelawar. Dick buru-buru menerima panggilan tersebut hanya untuk mendengarkan bahwa ia diminta segera kembali ke Gotham. Dick menyimpan kembali ponselnya. Sekali lagi ia menatap Kori hanya untuk berpamitan.

Dengan mengendarai motor besar berwarna biru yang sudah lama ia pakai, hanya butuh beberapa menit dirinya tiba di Gotham dalam kecepatan penuh. Wayne Manor menjadi tempat tujuan, motor diparkirkan di depan pintu utama kediaman tersebut. Dengan langkah terburu-buru, ia masuk ke dalam, menyingkirkan sebuah jam bandul yang ukurannya setinggi manusia ke samping. Dia membuka kenop pintu di balik jam dinding, mendapati sebuah pintu besi lagi yang hanya bisa dibuka dengan sidik jari. Dick bisa memasuki ruang rahasia tersebut. Hanya perlu berjalan sebentar ke ruang bawah tanah hingga dia tiba di bat cave, markas Batman dan rekan-rekannya.

"Are you okay, Master Dick?" Sapaan yang sangat khas dari pria yang rambutnya sudah putih semua ketika ia berjalan ke tengah-tengah bat cave. Alfred menghampirinya untuk memeriksa luka-lukanya yang kebanyakan hanya gores dan lebam.

Dick menjawab, "Aku baik-baik saja, Alfred."

Sang butler kemudian berpindah ke sisi lain, memberikan ruang lebih banyak kepada Dick untuk mendekat ke arah seorang lelaki dengan kostum kelelawar di depan bat computer. Layar komputer besar tersebut menampilkan pemandangan kota Gotham dalam beberapa waktu terakhir. Jumlah layar yang tidak hanya satu itu menampilkan hal-hal berbeda, aktivitas banyak kriminal di titik tertentu, serta tangkapan layar tentang sosok misterius yang terbang di langit-langit Gotham.

"Wow, kau menyiapkan ini untuk ditunjukkan padaku?" Dick bertanya.

Bruce menyesap kopi yang tadi sempat ditinggalkan Alfred di sana. "Dia bukan manusia."

Tangan Bruce mengotak-atik komputernya, kini memperlihatkan kepada Dick sebuah rekaman ketika sosok misterius berpakaian serba hitam dengan rambut panjang tertiup angin itu menembus keluar dari sebuah gedung dan terbang di sana.

"Metahuman? Oh, ayolah, tidak ada satupun metahuman yang bergerak bebas di Gotham selain Duke Thomas." Dick menanggapi.

Bruce tidak lagi berbicara apapun, tangannya dengan cepat bergerak di atas tuts super komputer miliknya. Ia memeriksa file-file lama yang tersimpan di penyimpanan bat computer, mulai dari laporan harian Justice League serta segala dokumen investigasi Gotham. Dengan kecerdasan Bruce, ia bisa berpikir cepat sekaligus memilah-milah informasi yang muncul di otak lalu mengerucutkannya ke dalam satu kesimpulan.

"Alien." Bruce berucap.

"Alien? Di Gotham? Kau tidak sedang bercanda, kan, B?" Pertanyaan tersebut tidak mendapatkan respon dari si lawan bicara.

Bruce berdiri dari kursinya, ia membenahi penampilannya lalu memeriksa kelengkapan utility belt miliknya sembari kemudian menutup wajahnya dengan topeng kelelawar yang khas.

"Jangan-jangan kau sudah mengetahuinya?" Dick kembali bertanya. Helaan napas juga terdengar dari mulutnya, sudah biasa ia berbincang dengan Bruce si Batman yang hemat bicara. "Oh, ayolah. Berbicara dan menjelaskan secara rinci padaku tidak akan membuat mulutmu kaku, B!"

Tidak. Bruce hanya terlalu malas berbicara panjang lebar untuk menjelaskan sesuatu yang bahkan akan diketahui sendiri oleh Dick nantinya. Dia tidak merespon dan berjalan menjauh dari pusat bat cave.

"Master Dick."

Atensi Dick teralihkan pada sumber suara. Didapatinya Alfred yang membawa nampan dan menyerahkan padanya. Itu adalah segelas coklat panas dan sepiring kukis favoritnya. Senyum lebar mengembang di wajah tampan pemilik nama hero Nightwing tersebut. Matanya yang tertutup oleh topeng hitam berteknologi tinggi membulat lebar karena kegirangan. Ia segera mengambil gelas minuman itu dan menenggaknya perlahan sambil mengigit kukis manis tersebut.

"Dick!"

Tangannya kemudian merogoh lagi pada utility belt tempat ia menyimpan ponselnya. Benda pipih itu bergetar sesaat, pertanda adanya pesan masuk.

"Dick!"

Dick membuka pesan tersebut dan melihat nama Kori sebagai pengirim. Wajahnya mengeras mana kala membaca isi pesan yang tertera.

[ I apologize to you, Dick. Tetapi sepertinya, hubungan ini kita cukupkan saja sampai di sini. Untuk The Titans, aku akan segera memberitahu Superman bahwa aku mengundurkan diri dari jabatanku dan mengembalikan posisi itu padamu. I'm sorry. ]

Kukis di tangan kanan Dick tidak lagi dimakan olehnya. Ia termenung, tidak tahu harus merespon bagaimana terhadap pesan yang diterima.

"Dick!"

Dia menyadari hubungannya dengan Kori memang merenggang beberapa waktu terakhir. Tetapi ia masih berharap bisa memperbaikinya, bukan seperti ini. Namun, dipikirkan lagi juga tidak mungkin bisa bersama. Kori adalah calon ratu di Tamaran, ia membutuhkan seorang lelaki yang bisa dijadikan raja, bukan seorang main hakim sendiri seperti dirinya.

"Master Dick!" Alfred menyentuh pundak Dick, membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya yang kacau.

"Alfred?" Sorot mata Dick tertuju penuh pada si pria tua.

"Master Bruce mengajak Anda pergi." Alfred menjawab.

Kepala Dick menoleh ke arah Bruce yang sekarang berada di sisi samping bat cave dan sudah lebih dulu masuk ke dalam batmobil dengan mesin menyala. Dua tangan si Batman itu juga telah bertengger di kemudi. Ia mengeluh, "C'mon, B! Apa susahnya berbicara sampai mengajakku pergi saja kau tidak mengucapkan apa-apa."

"Master Bruce sudah berulang kali memanggil tetapi Anda tidak mendengar, Master Dick."

Dengan wajah tidak merasa bersalah, Dick berkata, "Oh, ya?"

Tidak ada tanggapan dari Alfred selain hanya helaan napas kasar sementara Dick kemudian berlari cepat dan masuk ke dalam batmobil lantas duduk di sebelah kursi pengemudi.

"Apa?" Dick berucap, sedikit tidak nyaman dengan tatapan sinis Bruce yang sudah dalam mode Batman di sebelahnya.

Canggung. Tidak biasa.

Bruce merasa aneh dengan anak angkatnya tersebut. Dia melirik, melihat ke arah Dick yang sekarang menyenderkan kepala ke kaca batmobil dengan wajah terlihat lesu. Kening Bruce berkerut. Sungguh beda. Biasanya sepanjang perjalanan dalam misi bersama pasti tidak akan dilewati dengan keheningan seperti sekarang. Si cerewet Dick Grayson itu selalunya akan berceloteh tentang segala hal yang dirasakan dan dialaminya selama seharian penuh hingga telinga Bruce rasanya berdenging karena semangat si sulung keluarga kelelawar terlalu menggebu.

Ia tidak tahan dengan perbedaan cukup mencolok tersebut sehingga bertanya, "Dick, ada apa denganmu?"

Si pemilik nama fokus pada Bruce. Diam cukup lama. Bruce bisa mengetahui bahwa mungkin Dick sedang mencari-cari alasan untuk tidak menjawab jujur. Sebagai orang tua tunggal baginya, Bruce sudah sangat hapal dengan kebiasaan putra pertamanya itu sehingga mudah dibedakan ketika berkata jujur dan berbohong.

"Markas The Titans runtuh." Ucapannya benar. Bruce juga memantau ketika Dick tidak kunjung kembali setelah mendapatkan sinyal bahaya dari markasnya. Tetapi, bukan jawaban itu yang ingin didengar Bruce. Perkara hancurnya bangunan tidak akan membuat Dick membisu cukup lama.

Akan tetapi, Bruce membiarkan. Dick mungkin punya alasan tersendiri mengapa tidak mau bercerita. Ia kemudian menekan tombol auto pilot pada batmobil lalu beralih mengambil ponsel. "Sudah kutransfer, gunakan itu untuk membangun markas kalian lagi."

Ucapan Bruce membuat Dick terlonjak kaget, buru-buru ia memeriksa ponsel dan benar-benar mendapatkan notifikasi masuknya dana ke dalam rekening pribadinya sejumlah miliaran dolar. Mata Dick membulat, memandang Bruce hingga kehilangan kata-kata. Dasar orang kaya!

.

.

Selasa, 07 Mei 2024, 21:54 WIB.

A/N : Aku gak ngikut timeline mana-mana. Timeline-nya yang ngikut aku.

Kalau kalian udah nonton Batman : Under The Red Hood, di sana interaksi Dick sama Batman lucu banget. 😭 Dick ngeluh-ngeluh sama Batman yang beneran irit bicara sedang beliau sendiri cerewet banget.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top