01 - Black Mask

Penerangan mulai berkedip-kedip, perlahan ruangan demi ruangan mulai padam pencahayaan. Hanya butuh sepersekian detik sampai seluruh bagian gedung tersebut diselimuti kegelapan. Penghuni seluruh gedung hanya bisa berteriak dalam kepanikan tanpa bisa melihat apa di dekat mereka. Tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi. Hanya saja, seorang lelaki dengan topeng hitam berbentuk tengkorak merasa ada yang salah. Pemadaman itu bukanlah sesuatu yang bisa terjadi secara alamiah di kantornya sendiri.

"What the hell is going on?" Lelaki itu berseru sembari menggebrak meja kerja di kantornya.

Suara bisik-bisik pelan-pelan terdengar dari beberapa lelaki lain yang juga ada di ruangan yang sama. Sampai suara seorang wanita kemudian tertangkap pendengaran si pria bertopeng dari sisi sampingnya berkata, "Sudah saya hubungi pihak keamanan."

"Tidak berguna! Ada energi cadangan di setiap ruangan dan pilihanmu hanyalah menghubungi keamanan? Bereskan ini cepat, Laurien!" Suara tinggi tetapi berat dari si lelaki sudah menjadi ciri khas yang didengar oleh asistennya. Terutama bagian tempramen yang tidak bisa dikontrol.

Laurien–asisten pribadi yang sudah mengabdikan diri sejak beberapa tahun lalu ketika dirinya memutuskan untuk menjadi bagian dari organisasi False Face Society dan dikepalai oleh Black Mask–segera bergerak ke sisi samping ruangan. Tangannya meraba-raba dinding mencoba menemukan saklar yang terhubung dengan alat penyimpan energi cadangan. Begitu ditemukan, Laurien menekan tombol yang ada dan membuat ruangan tersebut kembali menyala.

Bersamaan dengan lampu ruangan yang terang, setidaknya empat orang lelaki bersenjata segera mengangkat senapan dan mengarahkannya pada satu titik. Black Mask sempat menganggap bahwa anak buahnya itu menodongkan senapan padanya sebab moncongnya sejajar dengan lokasi duduknya. Namun, ketika ia melihat lebih teliti, tinggi dari todongan pistol itu mengarah ke sesuatu di belakangnya.

Black Mask lantas menoleh hanya untuk mendapati seseorang misterius kini sedang berdiri santai sambil memandangi dinding kaca tembus pandang yang menyajikan suasana kota Gotham di malam hari dari ketinggian. Orang tersebut mengenakan pakaian serba hitam, tertutup pula oleh mantel panjang dan tudung kepala.

"Wah, ada orang gila yang sedang bermain-main di tempat kerjaku rupanya." Black Mask bersuara.

"Halo." Si sosok misterius membalikkan badan dan melepaskan tudung kepalanya. Sosok tersebut beradu pandang dengan Black Mask hingga membuat ia menyadari bahwa tamu tak diundangnya itu adalah seorang wanita.

Black Mask bisa melihat setengah bagian dari wajah wanita berambut panjang sebab bagian mata ke atasnya tertutup oleh topeng hitam. Mata Black Mask memicing, pun bentuk mata pada topengnya yang bisa mengikuti mimik wajah serta gerak mata dari si pemakai. Ia jelas tidak mengenali siapa tamu sialan yang mengganggu waktunya. Namun, satu hal yang membuat Black Mask merasa pasti adalah bahwa wanita itu bukanlah orang yang bersahabat. Terbukti dari bagaimana cara dia datang dengan memadamkan seluruh lampu gedung dan menyelinap masuk entah bagaimana sudah bisa ada di ruang kantornya yang dijaga ketat oleh ratusan penjaga.

"Oho! Penampilan hitam-hitam mirip dengan si kelelawar sialan itu. Kau ... pasti budak kelelawar itu, kan?" Black Mask menebak.

"Batman? Oh, tidak. Aku datang untuk menawarkan sesuatu." Wanita itu menjawab. Dari balik jubah panjangnya, si wanita kemudian mengeluarkan tas jinjing yang segera dilempar ke arah Black Mask. Ia berkata, "Buka."

Black Mask diam untuk sesaat meski pada akhirnya membuka benda tersebut dan mendapati berlipat-lipat tumpukan uang di dalamnya. Ada juga sebuah flashdisk di atas tumpukan uang dalam tas jinjing tersebut.

"Apa maumu?" Black Mask bertanya.

"Sebrangkan The Gotham Syndicate ke Metropolis dan serahkan senjata kryptonite yang kau punya pada mereka." Black Mask tertawa nyaring mendengar penuturan si wanita berambut hitam panjang tersebut.

"Laurien, kau dengar itu? Ada bocah yang sedang bercanda denganku! Hahaha!" Black Mask tertawa. "Kau tidak tahu siapa aku, kid. Jangan bermain-main dengan–"

"Roman Sionis, the King of Crime, pimpinan organisasi False Face Society, Big Mafia di Gotham. Namun, apa artinya itu semua jika pada akhirnya bisnismu shut down selama hampir sepuluh tahun lamanya? Kau masih mau mengaku raja kriminal setelah dipermalukan mentah-mentah oleh Batman dan membuat dirimu sekarang bergerak sembunyi-sembunyi seperti tikus."

Ekspresi topeng tengkorak Black Mask berubah datar, tatapannya kembali memicing. Tidak suka. Tangannya terangkat sebagai pertanda aba-aba kepada empat orang pemegang senjata di sekitarnya. Hanya dengan satu gerakan tangan, moncong senapan itu sudah terarah tepat ke kepala tamu tak diundang tersebut. Hingga pada detik berikutnya, tembakan demi tembakan pun diarahkan.

"Hahaha! Karena itu kau jangan main-main denganku, anak kecil!"

"Siapa yang kau panggil anak kecil, Mr. Roman Sionis?"

Tawa Black Mask terhenti, matanya membulat melihat si wanita bahkan tidak bergeming dari tempatnya. Ia masih berdiri, menatap lurus kepadanya tanpa mengindahkan hujan peluru yang menembus kepalanya.

"Peluru ... menembusnya ...." Black Mask tidak habis pikir, bagaimana bisa hujan peluru itu menembus tubuh si wanita seakan-akan manusia di depannya itu adalah hologram. Peluru itu tidak menggores musuhnya sedikitpun, justru malah membuat retak dinding kaca yang menjadi pembatas di kantornya. Kaca anti peluru itu pada akhirnya retak juga karena peluru-peluru milik anak buahnya terbuat dari logam khusus.

"Pengecut! Tunjukkan wujud aslimu!" Black Mask berseru kesal, ia sudah bergerak meninggalkan meja kerjanya dan mengambil senapan milik salah satu anak buahnya. Dengan tidak sabaran, si raja mafia itu mendekat ke arah si wanita untuk memastikan apakah orang di depannya adalah manusia atau sekedar ilusi optik.

Namun, satu hal yang tidak Black Mask prediksi adalah kecepatan musuhnya yang tiba-tiba bergerak hingga berhenti tepat di samping dirinya. Senapan yang semula sudah digenggam kini diambil alih oleh wanita tersebut. Todongan pistol dari tiga orang bersenjata sekarang terarah lagi pada si tamu. Akan tetapi, tindakan mereka terhenti mana kala melihat wanita itu justru menembak kepalanya sendiri dengan senapan yang telah direbut. Kali ini, mereka semua melihat kepala si wanita yang berlubang dan dipenuhi dengan darah menetes hingga ke lantai. Anehnya, wanita itu tetap berdiri tegak dan masih bersikap santai.

"Kau berpikir bisa membunuhku dengan cara seperti ini?" Suara wanita itu lebih dingin dari sebelumnya, seiring dengan tangannya yang bergerak menodongkan senapan ke kepala Black Mask.

Suasana dalam ruangan tersebut menjadi lebih berat. Asisten Black Mask segera melompat menginterupsi ketegangan di antara keduanya. Namun, ia justru terjatuh entah bagaimana padahal tidak ada apa-apa. Laurien telentang di atas lantai dengan mata membelalak menghadap ke langit-langit ruangan.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin!" seru Laurien.

Kening Black Mask mengernyit dalam. "Kau sudah gila, ya?! Aku tidak mempekerjakanmu untuk bersikap konyol seperti itu! Bangun!"

Namun, Laurien tetap saja meracau di lantai dan tidak berbuat apapun selain hanya telentang.

"Bagaimana? Mau mendengarkan tawaranku yang lebih menguntungkanmu?" Si wanita berjubah hitam kembali berucap.

Merasa tidak memiliki cara untuk menumbangkan musuhnya dan dibingungkan oleh situasi sekarang, Black Mask pada akhirnya menyuruh anak buahnya menyimpan senjata. Ia kembali duduk di kursi meja kerjanya dan mengajak tamu tersebut duduk di satu kursi kosong di depannya.

"Apa yang akan aku dapatkan jika menyetujui permintaanmu, kid?" Black Mask bertanya.

"Pertama, jangan panggil aku kid karena aku wanita dewasa. Kedua, benefitnya adalah ... kau bisa mengambil peruntungan untuk kembali ke masa kejayaan False Face Society." Jawaban itu membuat Black Mask sedikit mengeluarkan kekehan.

"Jangan bercanda! Kau kira kelelawar sialan itu akan membiarkan kita bergerak dengan mudah?"

"Flashdisk yang ada di tas jinjing itu adalah informasi detail mengenai Batman dan para budaknya beserta operasinya. Jika kau mengetahui pergerakan mereka, bukankah mudah bagimu untuk bisa menghindarinya?"

"Terdengar menarik."

"Sudah lama kau tidak berjalan-jalan di kota Gotham dan menguasainya, kan? Anggap saja ini hiburan. Orang sepertimu aku yakin akan menerimanya."

"Dasar licik!"

"Jadi, deal?"

"Kau akan bertanggung jawab untuk segala hal yang akan terjadi." Black Mask menekankan.

"Aku pastikan rencana ini akan aman." Dia menjawab.

Black Mask dan wanita berjubah itu pada akhirnya berjabat tangan. Meski begitu, si wanita misterius tetap membiarkan dirinya menjadi misteri sebab tak meninggalkan nama atau hal lainnya selain hanya sebuah ponsel yang akan membuat keduanya terhubung. Hal mengejutkan berikutnya yang Black Mask saksikan adalah bagaimana wanita tersebut menembus dinding kaca seperti hantu lalu terbang dari balkon lantai dua puluh dan menghilang di langit-langit malam.

"Dia ... bukan manusia," komentar Black Mask.

Penerangan di gedung tersebut baru menyala penuh ketika wanita misterius itu pergi. Bersamaan pula dengan pintu ruang kerjanya yang dibuka paksa dan masuklah beberapa orang bersenjata yang merupakan penjaga keamanan gedung tersebut. Melihat mereka sekarang membuat Black Mask naik darah.

"Telat! Kalian telat, sialan!" serunya marah.

Black Mask mengambil segelas air dari dispenser di pojok ruangan, ia berjalan santai sampai ke tengah-tengah ruang kerja lalu menyiram Laurien yang masih telentang di lantai. Kaget, Laurien terduduk sambil mengusap-usap wajahnya. Ia memandang sekeliling, penglihatannya berubah menjadi lebih buram dan ia perlu membersihkan kacamatanya untuk bisa memandang jelas.

"Di mana monsternya? Tadi ada monster di langit-langit ruangan." Laurien memandang ke sekeliling dan tidak menemukan monster mengerikan seperti yang diucapkan. Dalam ruang tersebut hanya ada Black Mask dan anak buahnya yang semakin bertambah jumlah.

"Monster? Setelah tiduran di saat genting, sekarang kau berpura-pura gila, ya? Tidak ada alasan untuk tidak bekerja! Cepat hubungi para eksekutif dan kita mulai operasi baru kita!" Black Mask menyerukan perintah.

Sebelum pergi dari sana, dikarenakan emosi yang belum reda, Black Mask masih sempat-sempatnya menendang perut Laurien sebagai bentuk hukuman baginya. Langkah kaki Black Mask baru berhenti di lantai teratas gedung, di sebuah tempat tersembunyi yang merupakan lokasi ia menimbun senjata kryptonite yang diminta oleh wanita misterius sialan itu.

.
.

Dipublikasikan pertama kali pada :
Rabu, 01 Mei 2024, 23:05 WIB.


A/N: Siapa di sini yang suka selingkuh naskah?

Iyap saya sendiri.

Cerita ini diikutsertakan dalam 20k Words Writing Challenge yang diselenggarakan oleh komunitas FLC Writers periode Mei-Juni. So, paling enggak up-nya bakalan seminggu sekali lah minimal. Semoga lancar. 🙏🏻

Btw, ini bakalan jadi cerita edisi serius karena cerita serius-ku yang Nightwing mangkrak. Please itu masih mau di-remake entah kapan.

Mohon maaf kalau tiap bab aku bakalan sering cuap-cuap soalnya ya gitu deh, aku gak suka nulis prakata jadi kalau mau bilang sesuatu mending di akhir per-bab saja.

See you ✨✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top