End - Madness
Bayu terbelalak, melotot seketika. Ditatapnya Budhe Irma yang tersenyum lembut di sana sambil merapikan selendangnya yang suka melorot ke lengan. Bayu menggeleng nggak percaya, bibirnya terbuka, namun terkatup lagi tatkala tak ada satupun kata yang keluar dari sana.
Mike anaknya? Mike lahir dari sperma yang dia jual sepuluh juta beberapa tahun lalu? Benarkan? Ya ampun, Bayu nggak tahu harus ngomong apa atau harus menanggapinya gimana. Berita dia punya anak aja udah cukup membuatnya terkejut luar biasa, kini ditambah anaknya itu adalah Mike. Dada Bayu menghangat.
Padahal, dia udah berusaha mengubur jauh-jauh kegiatan gelapnya itu dari ingatan. Bahkan, Bayu sudah lupa uang sepuluh juta dari donornya itu dia habiskan buat apa. Sang dokter hilang begitu aja. Dan sekarang, dari secuil kekoplakannya di masa lalu, lahir seorang anak kecil luar biasa menggemaskan, yang Tuhan hadiahkan pada Surabaya. Malaikat tanpa sayap yang menjadi pelipur segala lara dan menjadi obat segala kesakitan.
Kelopak Bayu mengatup. Merasapi luapan emosi yang menggerayangi halus dan merambat penuh sika cita dalam pembuluh darahnya. Untuk kali pertama dalam hidup penuh penderitaannya, dalam hidup penuh dengan siksaan serta topeng besar yang susah payah dia pakai untuk mengelabui masa lalunya, air mata itu jatuh atas sebuah rasa bernama bahagia. Air mata penuh cinta. Yang selama dua puluh tiga tahun ini nggak pernah teraduk ataupun bergulir.
Air mata-air mata Bayu selama ini adalah air mata kesakitan dan kehilangan. Dan sekarang, dari perjalanan panjang melelahkan yang menguras hati dan pikiran itu, Tuhan akhirnya menciptakan selembar bening luapan emosi yang berasal dari kata bahagia.
Ya ampun, akhirnya si udik berambut kriwil dan bau itu, bertubuh kerempeng dan sangat dekil itu, yang jarang mandi dan lebih doyan rokok ketimbang nasi itu, yang sering menggembel dan mendaki gunung itu, yang sering touring bersama Nobita itu, mendapat sebuah keajaiban bernama bahagia dalam separuh hidup panjangnya.
Bayu mendesah. Perutnya bergolak. Ratusan sapi betina seperti berterbangan di sana. Membumbungkan hatinya. Akhirnya, akhirnya dia memiliki keluarga, ya Tuhan. Akhirnya, apa yang dia idamkan selama ini, yang menjadi sesuatu paling mahal dan berharga dalam hidupnya selama ini, dia dekap dalam hatinya.
Mata Bayu terbuka, lalu terkejut melihat Mike sudah ada di samping Budhe Irma. Si kecil itu tertawa cekikikan, memamerkan sederet gigi kecil putihnya. Budhe Irma menggendong Mike, meletakkannya di sisi Bayu. Dan Mike langsung membenamkan wajahnya di dada Bayu.
"Is it true that you are really my mother, mom?"
Bayu tak kuasa menjawab. Diciuminya kepala Mike penuh sayang berulang kali. Dia sudah kehilangan sosok ibu, dia sudah kehilangan sosok abang, dia sudah kehilangan sosok sahabat sekaligus adik kandung, dan sekarang, segala kehilangan-kehilangan yang direnggut secara paksa dalam hidupnya itu, tergantikan oleh malaikat kecil yang demi apapun di dunia ini, akan Bayu jaga seumur hidup.
"Mom, i dont care that you're a man like daddy. I dont care if my friends insult me just because i have two daddy in my life. Im happy mom, im happy, finally i found my happiness in my life. Finally, i found someone who will always loves me. Finally, i found someone who will always hug me."
Mike, bocah kecil yang hadir dalam hidupnya, dan memberikan sebuah makna yang selama ini sangat Bayu benci dalam hidupnya. Keluarga.
Teringat sesuatu, Bayu buru-buru mendongak, menatap Budhe Irma, "Budhe, bagaimana dengan Yani? Dia hamil anak Panji, kan?"
Budhe Irma tersenyum, menggeleng, mengangkat tubuh si kecil, "Yani menitipkan surat buatmu, Bayu," Budhe menggendong Mike lalu menghampiri meja, mengambil tas tangan, membuka, dan mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalamnya. "Sebelum Yani pulang ke Australia, dia mengirimkan surat buatmu."
Bayu menerima surat yang disodorkan Budhe Irma padanya, keningnya mengkerut. "Yani pulang ke Australia?" Budhe Irma mengangguk, Bayu menimang amplop dalam tangannya, "Surat apa ini, Budhe?"
"Kamu baca saja isinya, Bayu. Budhe mau pulang dulu, Mike butuh istirahat."
Mike merajuk, nggak mau pulang, tapi Budhe Irma ngotot, akhirnya, setelah mendapat kecupan-kecupan di seputar wajahnya dari Bayu, Budhe Irma bersama Mike beranjak meninggalkan kamar inap Bayu.
"Budhe...."
Budhe Irma yang masih berada di pintu, berbalik.
"Bayu jadi ingat. Budhe tadi bilang jika anak pertama mama masih hidup dan berada sama orang yang paling mama sayang. Siapa dia Budhe? Berada di mana kakak kandung Bayu? Cewek atau cowok, Budhe?"
Budhe tersenyum, mengganti posisi gendongan Mike, lalu menjawab, "Bayu, sampai Budhe menceritakan segala rahasia mama kamu, sampai Budhe sekarang mau balik ke rumah, Budhe tidak tahu siapa itu anak mama kamu yang pertama. Budhe juga tidak tahu dia cewek atau cowok. Biarkan ini menjadi rahasia antara mama kamu dan kehidupannya, yang akan melengkapi hidupmu. Jika kalian ditakdirkan untuk bertemu, Budhe jamin, kalian akan berjumpa dalam satu nuansa penuh kehangatan," Budhe membuka pintu, dan sudah akan keluar dari sana tatkala Bayu kembali menginterupsinya.
"Ya... Nak, ada yang ingin kamu tanyakan lagi?"
Bayu sedikit ragu, namun rasa penasaran yang menyangkut di ujung lidahnya tak kuasa Bayu bendung. Dengan penuh harap, kemantapan hati serta sebuah kerinduan yang mendesak-desak, Bayu bertanya lirih.
"Budhe, apakah Panji pada akhirnya bisa sembuh dari kejiwaannya?"
Lagi-lagi Budhe Irma tersenyum. Tak menjawab ataupun hanya sepenggal anggukan kepala, dia pamit keluar dari ruang.
Kepala Bayu berpusing. Orang tua itu, kenapa selalu menyimpan rahasia besar dalam hidupnya, sih? Bayu membetulkan posisi bantalnya, menghepaskan kepala yang berdenyut di atas sana, sambil bergumam penuh tanda tanya.
Jadi... siapa sebenarnya anak pertama mama?
Bayu mendesah, lalu berusaha tidur.
Entah berapa lama Bayu tertidur, tatkala dia menggeliat dalam remangnya malam dan dinginnya suhu AC. Bayu meregangkan tubuh, mengerjap. Lalu terkejut ketika sosok laki-laki yang sangat familiar berada di hadapannya.
Bayu beringsut. Mengerjap-kerjap lagi. Dadanya mencelos. Laki-laki tersebut mengucapkan kata yang membuat malam Bayu terasa menggigil dan semakin mencekam.
"Maafkan mas mu, Dek. Maafkan kami," setitik bening air mata bersenggama di matanya, dia mendekat, Bayu semakin menjauh. Kemudian dia melesakkan pantatnya di samping Bayu.
Bulu kuduk Bayu berjingkat semua. Mata Bayu berpijar ketakuatan teramat sangat. Laki-laki itu mengingatkan Bayu pada seseorang yang sangat Bayu kenal seumur hidupnya.
Tubuh laki-laki tersebut condong ke depan. Membuat Bayu semakin beringsut menempel di headboard. Kemudian, dalam satu detik mengejutkan, laki-laki familiar itu mengecup kening Bayu.
==
Bayu nggak pernah merasakan apa itu cinta yang sesungguhnya dari seorang lover untuk tempatnya bersandar. Porsi-porsi cinta yang takdir kenalkan dalam hidupnya selama ini, hanya berwujud seorang ibu, seorang adik kandung sekaligus sahabat sehidup semati, juga dari anak tunggalnya.
Selama ini, dada Bayu belum pernah berdebar-debar atas kehadiran seseorang. Bayu belum pernah merasakan pentingnya kehadiran seseorang dalam dirinya. Belum pernah ada, hingga orang itu datang. Mengisi harinya dengan kebencian. Dan menuangkan wine berasa pahit yang manis di ujung kedatangannya.
Orang yang mampu membuat Bayu melambung segitu tingginya di angkasa dalam beberapa detik saja, namun, mampu membuat Bayu dihempas secara nggak manusiawi dalam detik berikutnya.
Orang yang mampu merenggut kebencian Bayu sedemikian sempurna, namun, mampu merenggut perasaan Bayu tanpa ampun.
Di dekat orang itu, Bayu pernah menanggalkan arogannya bernama harga diri. Di depan orang itu pula lah, Bayu pernah melupakan kerendahan hatinya bernama menyerah.
Orang itu, sekarang berada di salah satu bangsal RSJ terbesar di Surabaya. Selama hampir dua minggu ini ngamuk-ngamuk nggak jelas sambil berteriak-teriak histeris. Tubuhnya yang dulu bagaikan Dewa Yunani, sekarang kurus dan penuh cakar dari kukunya sendiri. Rambutnya yang dulu kelimis, sekarang panjang dan berantakan. Kedua mata singanya yang selalu berpijar penuh ambisi dan keangkuhan itu, kini di balik penjara rumah sakit, pijar-pijarnya ambruk dan mengenaskan.
Dia bagaikan mayat yang terpaksa hidup atas seutas nyawa yang masih memeluknya. Ideologi-ideologinya, keegoisan-keegoisannya kini tampak menyerah dalam satu kondisi
Hati Bayu seperti diiris melihat fisik Panji. Dadanya terasa diremas dan dikoyak sedemikian rupa. Demi Tuhan, jika Bayu disuruh memilih, Bayu lebih memillih diperbudak Panji daripada melihat bosnya menderita seperti saat ini.
Bayu menutup pintu kamar Panji. Membuat pemuda tiga puluhan tahun tersebut mendongak. Mata Panji melotot, seketika itu juga dia berdiri, dengan tubuh menegang sempurna.
"Lencana...," ucapnya lemah lalu menyongsong kedatangan Bayu dan memeluk laki-laki kurus yang baru mandi setelah hampir sebulan menginap di rumah sakit itu. "Saya sangat kangen sama kamu, Lencana."
Perlahan Bayu mengalungkan kedua tangannya di punggung Panji, lalu membenamkan kepalanya di persinggungan leher Panji. Menghirup dan mencium aroma laki-laki yang mampu membuatnya karut-marut.
"Lencana, saya mohon jangan tinggalkan saya. Saya mohon, beradalah di sisi saya. Saya membutuhkan kamu, Lencana. Saya membutuhkan kamu."
Bayu merasakan bahunya basah. Panji menangis. Bayu mendesah. Laki-laki angkuh itu menangis di hadapannya? Tubuh Panji bergetar dalam pelukan Bayu. Dia tumpahkan apa yang menjadi kegamangannya selama ini. Dan Bayu bersumpah, demi matahari beserta orbitnya, Bayu nggak akan meninggalkan laki-laki ini.
Persetan dengan omongan orang. Persetan dengan anggapan orang. Dua orang penuh kesakitan itu, menginginkan bahagia dengan cara mereka sendiri. Membutuhkan kebahagiaan untuk melanjutkan hidup. Bukan gunjingan orang lain yang Bayu risaukan, tapi, bisakah dia mengisi cawan dalam hidupnya dengan manisnya sebuah kebahagiaan?
"Saya menyayangimu, Lencana. Saya membutuhkan kamu."
Lalu Bayu teringat isi surat Yani yang panjang kayak ular itu. Suatu hari, jika dia bertemu dengan Yani, Bayu ingin mengucapkan terimakasih kepadanya.
Hai, Bay. Terkejut dengan kenyataan manis ini? Sebelum gue pergi, izinkan gue untuk meminta maaf karena gue nggak bisa menjaga lo seperti apa yang bokap lo dan gue inginkan. Sungguh, Bay, jika gue mampu, mungkin ini semua nggak akan terjadi. Mungkin Andis, nggak akan menjadi korban, mungkin lo nggak akan menderita, mungkin Bang Reza nggak akan mati, dan pastinya akan ada banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain.
Sekali lagi maafin gue, Bay. Maafin gue yang terlalu naif selama ini.
Gue berusia empat tahun waktu gue melihat Panji menjadi mentor gue di les khusus para anak indigo di Makassar, dan lo menjadi teman sekelas gue. Gue tahu, saat itu gue terlalu kecil untuk mengenal apa itu cinta. Gue sadar, perasaan gue saat itu apa sih, selain omongan nggak penting dari bocah yang gemar main boneka Barbie?
Tapi gue salah, Bay. Kenyataannya, setiap hari, gue semakin cinta dan semakin sayang dengan Panji, mentor gue sendiri. Mentor kita.
Gue selalu bersemangat tiap berangkat ke tempat privat. Tujuan gue Cuma satu, melihat Panji. Setiap hari gue meminta mama untuk membuatkan gue bekal yang nantinya bakal gue kasih ke Panji. Setiap harinya, gue selalu mendekati Panji. Hingga rasa cinta gue semakin tumbuh dan berkembang.
Namun, gue yang seorang puteri dari kerajaan papa gue, ternyata harus sakit hati begitu gue lihat dengan mata kepala gue sendiri jika Panji sering diam-diam melihat lo di kelas. Panji sering nemenin lo menunggu mama lo jemput ke sekolah. Bahkan, pernah berkali-kali gue memergoki dia memberikan kotak bekal yang gue kasih, ke lo.
Hati gue sakit. Sejak itu gue tahu, jika Panji benar-benar jatuh cinta ama lo. Ama seorang anak dari penguasa Satya Lencana, sahabat bokap gue. Jujur, gue patah hati. Bocah ingusan itu tumbuh dengan perasaan nggak normal. Gue habiskan masa-masa kecil gue dengan menanggung dua perasaan sekaligus. Cinta yang teramat dalam buat Panji, juga kebencian luar biasa hebat buat lo.
Lalu dalam suatu hari, lo menghilang dari sekolah. Dan lo tahu? Pangeran gue kesepian. Setiap sore dia selalu menghabiskan waktu di ayunan sendiri, hanya untuk mengenang kehadiran lo. Setiap gue minta diajarin ama dia, yang selalu dia bahas itu lo. Satya begini, lah. Satya begitu, lah. Gue bener-bener hilang kendali, Bay. Gue bener-bener cemburu luar biasa. Dan atas perasaan yang nggak bisa gue bendung ini, akhirnya gue pindah sekolah ke Australia.
Selama bertahun-tahun gue berada di sini, nyatanya, kebencian gue terhadap lo dan rasa cinta gue terhadap Panji tak mampu pupus begitu aja.
Lo dan Panji bagaikan arak dalam hidup gue. Pahit, namun membuat candu. Dan terlalu kuat feromonnya buat gue tolak. Karena gue juga nggak bisa menepis perasaan yang mengharu biru dunia gue di Australia, gue meminta untuk kembali ke Makassar. Dan lo tahu, berita bahagianya? Gue semakin kehilangan sosok Panji dalam hidup gue begitu gue melihat dia dipenjara. Yang nggak pernah gue tahu kala itu adalah, gue juga kehilangan sosok sempurna orang yang gue benci. Lo, Bay. Gue kehilangan lo di waktu bersamaan.
Dengan meminta ayah untuk mengeluarkan Panji dari penjara, gue berharap ada rasa terimakasih dari si Irma buat gue. Gue menginginkan hadian dari keberhasilan gue menggeret ayah untuk melepaskan Panji dari penjara, adalah dengan bersatunya gue ama Panji.
Namun, lagi-lagi, putri dari kerajaan mewah itu, harus rela dengan sebuah kata bernama sakit hati saat gue melihat orang yang paling gue cinta dijodohkan dengan kakak kesayangan gue. Gue nggak tahu harus seperti apa lagi menjalani kehidupan ini, Bay.
Hidup gue bener-bener berantakan. Hidup gue bener-bener penuh keputusasaan. Dengan serpihan hati yang berkeping-keping, gue tegapkan tubuh di hari pernikahan Panji ama kakak gue. Saat itu gue harus tersenyum, gue harus ikhlas, karena Yuni adalah satu-satunya orang yang mampu membuat gue merasa hidup dari penjara kerajaan mewah orang tua gue.
Gue juga harus merelakan Panji, karena ketika Panji mengikrarkan Ijab Qabul disaksikan para wali, kakak gue menderita penyakit yang semakin hari semakin menggerogotinya. Penyakit itu pula lah yang membuat kakak gue meminta gue untuk memberikan keturunan buat Panji.
Kakak gue yang kondisinya semakin lemah dengan rahim yang harus diangkat, memohon kepada gue untuk mengabulkan permintaannya. Tapi gue nggak bisa menikahi Panji, karena kakak gue sangat mencintai dia. Untuk itulah gue mengusulkan mengadakan bayi tabung, dan menginginkan donor sperma.
Pernah kah lo bertanya-tanya, kenapa dalam satu malam ajaib datang seorang dokter muda mengajak lo one night stand dan mau membeli sperma lo?
Ya, Bay, itu karena gue menginginkan sperma yang akan membuahi sel telur gue adalah sperma dari lo. Gue sampai melacak keberadaan lo di Surabaya. Namun, laki-laki bernama Satya nggak berhasil gue temui. Sampai suatu hari, waktu gue masuk di hari pertama OSPEK kampus, gue bertemu dengan lo. Beberapa baris dari gue, lo berdiri di hadapan sahabat lo bernama David. Saat itu pula lah, gue meminta Paman Felix untuk mendekati lo,dan membeli sperma dari lo.
Aneh kan hidup gue? Kebencian gue kepada lo lambat laun membuat gue menginginkan lo berada berada di dekat gue. saat itu pula lah, gue merasa kalau gue telah jatuh cinta ama lo. Mengenaskan memang, gue mencintai tiga orang dengan cara gue sendiri. Gue ikhlaskan rahim gue atas kemauan Yuni, gue meminta lo sebagai pendonor dan membuahi sel telur gue karena gue menginginkannya, dan itu semua untuk seorang ana bernama Mike buat kebahagiaan Panji. Tiga cinta, dengan tiga pengungkapan berbeda. Namun ketiganya, sukses menyakiti gue.
Nyatanya, Bay. Setelah gue melahirkan anak Yuni untuk suaminya, dan kakak kesayangan gue meninggal, gue tetap nggak bisa mendapatkan hati Panji selain hubungan seks kami selama ini. Bertahun-tahun, gue berjibaku untuk meraih simpatinya. Gue udah korbankan segalanya, dari kuliah gue yang harus gue hentikan selama tiga tahun, dari masa muda gue yang harus hamil, semua itu demi memepet Panji,namun yang ada, laki-laki tersebut tetap nggak mampu berpaling dari masa lalunya.
Saat itu lah, gue baru menyadari jika Yuni tak pernah bisa mengalihkan perhatian Panji. Pernikahannya dengan Yuni tak lebih dari sebatas rasa balas budi karena ayah gue telah membebaskannya dari penjara. Karena dari dulu, cinta Panji itu buat lo, Bay. Dunia Panji, hanya berotasi pada lo. Pada bocah laki-laki yang pernah dia temui di taman sekolah sedang menunggu jemputan dari mama lo.
Jujur gue frustasi, Bay. Hati gue sangat kecewa melihat Panji yang apatis terhadap kehadiran gue. Pernah lo bertanya kenapa gue sampai bisa menjajakan tubuh gue hanya demi uang? Sejatinya Bay, Informasi tentang uang yang gue hasilkan dari menjual seks untuk membuka yayasan kanker itu hanyalah kamuflase semata.
Yayasan kanker yang gue dirikan itu, murni dari uang halal, Bay. Dari hasil tabungan Yuni dan gue. Uang hasil gue melacur itu masih ada, Bay. Sampai sekarang. Masih utuh. Nggak tersentuh.
Gue menjajakan diri gue karena gue stress menghadapi Panji. Gue kesakitan mendapat perilaku darinya. Selama puluhan tahun gue memendam cinta untuknya, tapi secuil perhatian pun nggak gue dapatkan. Gue lampiaskan sakit hati gue dengan melakukan seks. Gue tahu gue salah, tapi gue bisa apa? Hidup gue udah karut marut. Hati gue udah mati.
Gue semakin tenggelam dalam lembah nista sampai gue lihat lo menjadi pengasuh Mike di rumah Panji. Ketika itu gue sadar, bahwa takdir memang nggak pernah menjodohkan gue dengan Panji maupun dengan lo. Perilaku jahat gue buat lo, hanyalah ungkapan dari isi hati gue yang nggak pernah terungkapkan selama ini. kejudesan gue kepada lo, juga buah dari kegelisahan gue nggak bisa menyuarakan isi hati gue.
Pernah juga lo bertanya, kenapa gue sampai bisa berbuat keji terhadap Mike? Anak yang gue lahirin dari rahim gue?
Gue hanyalah manusia biasa, Bay, yang punya kelemahan. Gue kandung Mike sembilan bulan, Bay. Gue pertaruhkan diri gue atas kelahiran Mike. gue korbankan hari-hari gue semasa kehamilan gue. Dan setelah anak yang gue kandung penuh perjuangan, penuh dengan tangisan malam, anak itu harus direnggut dari gue, bayi itu berpindah kepemilikan dari tangan gue. Pengorbanan gue terasa sia-sia. Keringat, air mata dan kesakitan gue, bagaian lebur tak berbekas.
Setiap gue ke rumah Panji, gue selalu bujuk Mike untuk memanggil gue ibu. Gue selalu bujuk Mike untuk bisa gue ajak main bareng. Gue selalu bujuk Mike untuk tinggal ama gue, namun si kecil itu menolak keras. Dia berteriak lantang di hadapan gue. gue tahu Mike masih anak kecil, tapi Bay, hati ibu mana yang nggak sakit jika lo ditolak kehadirannya ama buah hati lo sendiri?
Gue kalap, Bay. Gue khilaf dengan mencelakakan Mike.
Lo juga pernah bertanya kenapa gue sampai begitu benci ama Irma? Karena berkat keegoisan dia lah, awal dari semua kemalangan hidup gue.
Sekali lagi maafin gue, Bay.
Gue ama Panji adalah dua anak yang kehilangan cinta. Dulu gue egois menginginkannya. Namun sekarang, gue ingin melihat dia bahagia. Gue ingin melihat lo bahagia. Hiduplah bersama Panji, Bay, maka hidup gue akan sempurna.
Gue nggak akan mengambil Mike dari kalian, Mike memang nggak akan pernah tergantikan dari hidup gue. Tapi sekarang, gue udah ada teman. Adik Mike. Lo tenang aja, selama gue berhubungan badan dengan Panji, dia selalu pakai pengaman, kok.
Dan janin yang gue kandung ini, bukan anak dia. Dia anak dari orang yang lo kenal. Suatu saat, ketika Mike udah gedhe, dan anak yang gue kandung juga udah gedhe, gua janji gue akan kembali lagi ke Surabaya. Menyentuh langit Surabaya dengan kuas yang berbeda.
Love you, Bay. Gue pergi.
Bayu menangkup wajah Panji kemudian mencium bibir Panji lembut. Dia leburkan perasaan lain yang berbunyi lirih dari kolong hatinya. Partitur-partitur yang selama ini membisu di sudut dadanya mengeluarkan nada-nada menimang hati. Bayu memejamkan mata, dan membiarkan bibirnya bergerak seirama degub jantung yang berdebar-debar.
Bibirnya melumat bibir bawah Panji, lelehen saliva yang berada di sana menyatukan dua daging dingin yang terpisah selama belasan tahun terakhir ini. Bayu jadi ingat, kenapa saat pertama kali bertemu dengan Panji dia merasa familiar dengan perasaan dingin dan angkuh yang Panji keluarkan, karen jauh sebelum malam itu, Bayu dan Panji pernah membagi rasa yang sama di bawah naungan Makassar yang penuh dengan kenangan pahit.
Suara kecipak terdengar lirih ketika dua lidah laki-laki penuh luka tersebut saling bergumul. Menukarkan rasa getir yang selama ini mereka cecap. Kedua tangan Bayu memainkan rambut belakang Panji yang berantakan, menarik tengkuk laki-laki yatim piatu tersebut untuk semakin mendekat dan memperdalam persetubuhan dua daging lembab.
Panji merengkuh pemuda kurus tersebut dalam pelukannya. Kedua tangannya posesif memeluk tubuh Bayu, jari jemarinya membelai punggung Bayu, menyalurkan hangat rindu yang selama ini mengisi seluruh malam dan siangnya.
Ciumannya merambah di dagu Bayu, menggigit kecil-kecil kulit terluar Bayu, giginya yang rapi menyalami daging Bayu. Menyapa si pemilik tubuh dan menebarkan pesan bahwa dia sangat mencintai laki-laki itu. pemuda kurus tersebut.
Tangan Panji menyelusup ke kaus Bayu, meraba punggung telanjang Bayu hingga kulit Bayu meremang dan nobita kecil menggeliat penuh kerinduan. Mengusap penuh rasa kulit Bayu, mengenali tiap jengkal tubuh yang selalu dia mimpikan dalam malam-malamnya. Ini adalah harinya, ini adalah harinya mereguk sesuatu bernama cinta yang selama ini enyah.
"Enghh...," Bayu mendesah ketika Panji mencium jakunnya, menjilati tiap inci lipatan-lipatan kulitnya, menyapu leher jenjang sekaligus kurus tersebut dengan lidah yang selama ini terlalu banyak menyesap pahitnya sebuah rasa.
Ciuman Panji turun ke tulang selangka Bayu. Mengenduskan napas panas di sana hingga Bayu merinding dan berdesir. Dengan lihai, Panji mengarahkan Bayu ke ranjang tempat dia biasa tidur. Menyibak kaus Bayu sambil mencium perut, dada, leher, rahang, dan terakhir mulut Bayu tatkala kaus oblong tersebut tanggal dari kepala Bayu.
Tubuh Bayu membara, terbakar panas dingin. Cita-citanya akhirnya kesampaian juga. Ngentot di atas ranjang rumah sakit. Petualangannya bercinta tambah satu lagi. Oh Bayu bahagia.
Bayu membantu melepaskan pakaian rumah sakit yang dikenakan Panji. Kemudian membantu Panji melepas jeans belelnya dan sempak doraemonnya, hingga si kecil imut berkepala pink pucat mendekati keputihan tersebut menantang minta diemut.
Panji berdiri, melepas celana kolornya, dan batangan jenderal perang yang nggak disempaki itu teracung tegak lurus.
"Enghh...," Bayu mengerang hebat tatkala Panji mengulum nobita kecil, membelit daging berurat itu dengan lidah kenyalnya. Mendekap dan menggosok-gosokkan ke langit-langit mulutnya yang lembab dan hangat. Sementara tangannya sibuk mengurut jenderal perang yang siap akan bertempur.
"Panjiih...," tubuh Bayu menggelepar, birahinya terpantik luar biasa. Ya ampun, dia sudah lama nggak bersenggama dengan Panji. Dan sekarang, ketika keinginan itu akhirnya tersampaikan, tubuh Bayu memberikan respon diluar jangkauan. Dia merasa panas. Dia menginginkan sesuatu yang liar, yang lebih dari ini.
"Amhh...," birahi Bayu terbakar ketika Panji memasukkan jarinya di lubang anus, lalu menyentuh dan mengurut prostatnya. Tubuh Bayu mengejang, menyentak-nyentak, dia menggeram sambil meremas sprei.
Panji menarik ulur jari jemarinya, sementara lidahnya membekuk penis Bayu hingga ke permukaan tenggorokan. Sedangkan tangan yang lain sibuk dengan mengurut jenderal perang yang sudah tegang sekujur-kujur.
Ketika penis Bayu terasa berkedut-kedut di dalam liang mulut Panji, Panji mengeluarkan barang mungil tersebut dari sana. Kemudian melumat bibir Bayu lagi, mencium dan merenggutnya.
Bayu berantakan dalam servisan Panji, dia melenguh, berteriak, nggak peduli jika mereka sedang berada di dalam bangsal rumah sakit, nggak peduli jika Panji masih tercatat sebagai pasien di RSJ tersebut. Dan ketika akhirnya sang jenderal perang telah berada di dalam medan perang, suara lenguhan serta desahan mereka berdua, seolah mengabarkan kepada dunia jika mereka bersatu.
Saling menyalurkan rasa yang selama ini usang dalam sudut biru. Panji menghantamkan keperkasaannya dalam Bayu, memenuhi lubang itu penuh perasaan. Bibirnya yang kasar mencium dan menjilati seluruh tubuh telanjang Bayu, tangannya yang satu mengocok penis Bayu, sedangkan yang lain memelintir puting Bayu dan memainakannya.
Bayu melenguh, mendesis-desis, suaranya bertegursapa dengan erangan Panji. Dia memainkan surai masai Panji, mengacak-acaknya sementara lidah Panji mencumbu dengan beringas putingnya yang megeras.
Bayu memekik, menyentak. Keringatnya bercampur air liur Panji yang melumuri badannya.
Panji terus mendobrak liang Bayu, kejantanannya yang panjang dan gemuk mengisi ruang kosong di sana. Menggunting kesisetan Bayu, dan memanjakan prostat Bayu. Suara geramannya bersenggama dengan Bayu. Saling menyahut, menyatukan diri mereka dalam nyanyian merdu.
"Lencana... saya moh...oonn, sayahh... mohonn...,"
Panji terus merudalkan penisnya di sana, dia mengangkat tubuh Bayu, mendudukkannya ke dalam pangkuannya.
Bayu memebenamkan kepalanya dalam pundak liat Panji, tangannya mencengkeram punggung licin Panji, mengerjap-kerjap, menikmati tiap kenikmatan yang tubuhnya rasakan. Ketika dia merasa penis Panji dalam liangnya berkedut-kedut, Panji mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat kebahagiaannya terasa lengkap dan sempurna.
"Lencana...h menikahlah... ha... dengan sayah...."
==
Delapan bulan, lima belas hari, beberapa jam kemudian.
Suara cempreng Mike yang ribet membetulkan rompi ama sepatu boatnya terdengar tumpang tindih di balik backstage festival group band se-Jawa Timur. Bayu, Andra, Rega, ama Ferdi terlihat sibuk mempersiapkan penampilan mereka.
Saat ini mereka sedang mengikuti perlombaan band terbesar se Jawa Timur dalam memperebutkan sepuluh juta sebagai hadiah utamanya. Puluhan peserta lain saling seliweran. Membetulkan ini itu, mencoba tes vocal maupun tes gitar yang mereka bawa masing-masing.
Sementara pihak penyelenggara memberikan berbagai macam instruksi yang harus dipatuhi para peserta.
Bayu sendiri mondar-mandir dengan ponsel pemberian Gempita setahunan yang lalu, menghubungi seseorang yang sedari tadi masih berada di kampus, sedangkan Bayu sangat menginginkan kehadirannya saat ini.
"Mom...," Mike menarik ujung kemeja kotak-kotak yang baru Bayu beli seminggu lalu. "Aku terlihat ganteng, nggak?"
Bayu memutar mata, berjongkok. Sejak kapan Mike memiliki sifat narsis dari papanya?
"Ya ampun sayang, kalau mommy boleh lebai, kamu udah menanyakan pertanyaan itu dari dua jam yang lalu."
"Jadi rompi biru ini cocok dengan celana aku? Kayaknya nggak matching deh, Mom. Atau aku ganti aja, gimana mom?" mata hitam Mike berpijar menyebalkan.
Bayu mencubit pipi Mike gemas, lalu mencium kuncup hidungnya. "Kamu ganteng, sayang. Ganteng. Kamu ama Om Gahar ama Om Erick dulu, ya. Mommy mau menelepon laki-laki tua itu dulu."
Mike terkekeh, lalu pergi ke arah Gahar yang baru diekstension rambutnya sebulanan lalu atas paksaan Erick. Bayu kembali memencet badan ponselnya, menekan angka yang udah dia hafal di luar kepala. Lalu menempelkan benda slim tersebut di kupingnya.
Suara tuut... terdengar berkali-kali, dan kalau kali ini sang pemilik ponsel nggak mengangkat teleponnya, Bayu tahu apa yang akan dia lakukan di rumah nanti. BDSM sepertinya keren, tuh. Selama ini kan dia belum memiliki pengalaman seks yang kayak begituan.
Ketika akhirnya telepon Bayu diangkat, suara orang di seberang sana sudah terlebih dulu menyapa.
"Dua jam lagi, Lencana, sedang ada seminar ama dosen-dosen lainnya. Saya berjanji akan ke sana tepat waktu. Sudah dulu ya, Lencana, acaranya dilanjutkan."
Dua jam lagi? What the ngentot? Sebentar lagi dia tampil. Bayu menutup telepon geram. Mendekati Erick yang sedang mengepang rambut baru Bang Gahar. Dia berdiri menantang, telunjuknya terhunus.
"Lo masih menginginkan jabatan lo sebagai Manager Marketing di mantan perusahaan lo dulu?"
Erick menaikkan alisnya, mengernyit bingung. "Maksud lo?"
"Kalau lo bisa membawa laki-laki tua bedebah itu sekarang juga ke sini, lo mendapatkan jabatan lo."
"Hah...."
Bayu menyalak, mata madunya melotot. "Seret Panji dari kampus sialan itu ke sini. Gue mau memberikan pertunjukan khusus buatnya."
Elek yo Band tampil diurutan kedua puluh. Bayu yang emang terbiasa nggak pernah rapi terlihat biasa-biasa aja dengan penampilan acak-acakannya saat naik ke panggung. Di belakangnya Andra, Rega, ama Ferdi mengikuti.
Sedikit merasa grogi, Bayu memegang stand mic dan mengedarkan tatapannya. Rega ama gitar, Andra di bass, sementara Ferdi seperti biasa, tampak gagah di balik drum besar.
Bayu berjanji, jika Panji nggak bisa dibawa ke sini ama Erick, dia akan marah besar dan nggak akan memasakkannya selam seminggu. Oh Bayu benar-benar merajuk sekarang. Agaknya, BDSM benar-benar harus dilakukan biar si aki-aki itu jera.
Sorak-sorai ratusan penonton yang memenuhi Jatim Expo menyambut penampilan Elek yo Band. Mereka bersuit, meneriakkan nama Elek Yo yang timbul tenggelam dilumat desak-desakan orang-orang.
Bayu berdeham untuk membasahi kerongkongannya. Panji belum terlihat. Kemana sih duda satu anak itu? Dia menoleh ke arah Andra yang mengangguk mantap. Ke arah Rega yang memberikan dau jempolnya, lalu berbalik ke arah Ferdi yang mengacungkan dua stick drumnya.
"Sebuah lagu, untuk seseorang yang memenuhi hidup gue selama ini. Suara hati gue yang nggak pernah terungkap, dan untuk lo-lo yang merasa gila akan arti cinta. Satu kalimat dari gue buat lo semua, kadang lo harus menjadi gila untuk mengerti makna dari cinta, karena cinta nggak sesederhana itu saat lidah kita mengucapkannya."
Tepuk tangan menggema di ruangan ber-Ac tersebut, teriakan-teriakan nama Elek Yo serta nama personel satu persatu memenuhi Jatim Expo dari ujung ke ujung, para penonton tampak antusias menunggu performa mereka.
Andra memulai permainan, yang disusul dengan suara dentuman drum dari Ferdi dan gitar dari Rega.
I can't get these memories out of my mind (Tak bisa kuusir kenangan ini dari pikiranku)
And some kind of madness has started to evolve (Dan semacam kegilaan tlah mulai berkembang)
I tried so hard to let you go (Tlah kucoba segala cara tuk mengusirmu)
But some kind of madness is swallowing me whole, yeah (Dan semacam kegilaan menelanku mentah-mentah)
I have finally seen the light (Akhirnya bisa kulihat cahaya)
And i have finally relized what you mean (Dan akhirnya kusadari apa maksudmu)
Dia ada di sana, tergopoh-gopoh diseret Erick. Rambutnya berantakan, mungkin akibat Erick yang ngebut bawa motor. Beberapa kancing kemeja bagian atasnya terbuka, dasinya longgar dan miring. Begitu mata singa tersebut melihat Bayu tengah tampil di atas panggung, dia terkesiap, lalu meringsek para penonton untuk menyeruak ke dalamnya.
And now i need to know this is real love (Dan kini aku harus tahu ini adalah cinta sejati)
Or is it just madness keeping us afloat (Atau Cuma kegilaan yang terus membuat kita terapung?)
And when i look back at all the crazy flights we had (Dan jika kukenang segala pertengkaran yang kita jalani)
It's like some kind of madness was taking control, yeah (Sepertinya semacam kegilaan lah yang memegang kendali)
Dada Bayu berdegub lebih kencang, satu fokusnya berpusat pada Panji seorang. Manik madunya tak pernah bergeser sedikit pun. Lalu kenangan-kenangannya yang absurd bersama Panji, silih berganti memenuhi memorinya. Saat pertama kali dia melihat Panji secara brutal menabrak Nobita. Lalu dia memisuhi Panji dengan kata keramat 'dancuk'. Kenangan diludahi Panji, serta kalimat menyakitkan Panji yang mengatakan jika Nobita sang belahan hati adalah seonggok sampah.
And now i have finally seen the light (Dan kini akhirnya bisa kulihat cahaya)
And I have finally realized what you need (Dan akhirnya kusadari apa yang kau butuhkan)
And now I have finally seen the end (Dan kini akhirnya bisa kulihat akhirnya)
And I'm not expecting you to car no (Dan aku tak mengharapkan tuk peduli)
But I have finally seen the light (Tapi akhirnya bisa kulihat cahaya)
Bayu mengambil mic dari stand-nya, kemudian berjalan menuruni tangga. Para penonton langsung bersorak heboh, memegang-megang kemejanya, menoel-noelnya, namun suara merdu Bayu yang terdengar tetap mengalun merdu. Dia menyeruak rimbunan penonton, berjalan menuju ke seseorang yang telah kampret sekali beran-beraninya membuat hari-hari Bayu seperti orang gila.
Dia terlihat di antara kerumunan orang-orang, tersenyum sambil bersedekap dan menaikkan sebelah alis. Ketampanannya memang selalu membuat Bayu terpesona, senyum merekahnya emang mampu membangkitkan gairah Bayu juga si nobita kecil.
And I have finally realized (Dan akhirnya kusadari)
I need to love (Aku harus mencintai)
I need to love (Aku harus mencintai)
Tangan Bayu terulur dari beberapa kaki di hadapan Panji, melanjutkan lagunya.
Come to me, just in dream (Datanglah padaku, meski hanya dalam mimpi)
Come on and rescue me (Datanglah dan selamatkan aku)
Yes I know I can be wrong (Ya aku tahu mungkin aku salah)
Maybe I'm too headstrongi (Mungkin aku terlalu keras kepala)
Our love is... (Cinta kita adalah...)
Kenangan dipilihkan baju ama Panji, ciuman pertama dengan Panji, memasak buat Panji, bermain di Surabaya Carnival ama Panji. Ciuman di padang Bromo, pelukan di dalam rumah, bercinta di bathup, bersatu di kamar inap Mike. Semua kegilaan-kegilaan itu, akhirnya bermuara pada satu kata. Pada satu haribaan. Pada satu tujuan dan harapan.
Our love is...
MA-MA-MA-MA-MA-MA-madness (KE-KE-KE-KE-KE-KE-kegilaan)
Bayu berlutut di hadapan Panji, mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru gelap dari dalam kantongnya. Semua orang yang ada di sana bergeming, melihat apa yang akan dilakukan Bayu kepada salah satu penonton spesial tersebut.
Saat Bayu membuka kotaknya, dan memperlihatkan sebuah cincin putih di dalamnya, para penonton berseru, ada yang memekik-mekik heboh (diduga fujo dan fudan), ada juga yang mencibir. Tapi Bayu nggak ambil pusing, ini hidup dia, ini kebahagiaan dia.
Di depan ratusan orang, dan para dewan juri, Bayu berkata, "Armada Panji Kelana, satu-satunya cowok yang sukses membuat gue mengalami kegilaan-kegilaan selama kurun waktu setahun ini. satu-satunya manusia yang mampu meninggikan gue, tapi juga sangat sanggup menghempaskan gue ke dasar keputusasaan. Armada Panji Kelana, cowok bajingan, cowok taik babi yang udah membuat gue hilang kewarasan, di depan ratusan pasang mata, gue mau melamar lo. will you marry me?"
Nggak ada kalimat-kalimat romantis. Nggak ada ungkapan-ungkapan mutiara. Sangat blak-blakan. Sangat frontal. Tapi mampu membuat orang-orang di sana hanyut dalam romansa yang diciptakan Bayu.
Panji yang berdiri menjulang di hadapan Bayu tersenyum. Menarik tubuh Bayu untuk bangkit. "Seharusnya lamar melamar itu tugas saya," dia lalu melumat bibir Bayu, yang diiringi sorak sorai penonton. Mendekap Bayu posesif, memeluk tubuh mungil itu dalam hangat dirinya. Kemudian berbisik di antara ciumannya. "Yes, I will."
Perjalanan panjang dalam hidup Bayu, segala kegilaan-kegilaan yang dialami Bayu, perjalanan gokilnya dengan Nobita, touringnya dengan Bang Gahar, Bang Reza, serta anggota Kanvas lainnya, puncak-puncak gunung yang pernah dia daki. Luatan-lautan yang pernah dia selam. Hidup menggembelnya, kelaparan-kelaparan yang dia derita, kekereannya. Hari-hari penuh tawanya dengan dua sahabatnya, Andis dan Gempita.
Segala macam terror yang menghantui hidupnya. Segala sakit hati dan kematian dalam dunianya. Segala hal nggak masuk akal yang terjadi dalam diri Bayu, berlabuh pada sebuah frasa bernama cinta. Sebuah frasa yang menakdirkan dia pada akhirnya menjumpai sebuah maha ajaib Tuhan bernama cinta.
Hidup Bayu penuh dengan hal-hal gila. Hidup Bayu penuh dengan kerumitan-kerumitan. Hidup Bayu penuh dengan kejutan. Hidup Bayu nggak hanya berada dalam satu warna. Hitam, putih, dan abu-abu.
Bayu jadi percaya bahwa, hidup tak melulu soal pacaran, tak melulu soal cinta-cintaan ABG labil, tak melulu soal geng-gengan, tak melulu soal gaya hidup hedon yang sering ditampilkan di tipi-tipi nasional. Karena sejatinya, 'Hidup' itu memiliki sutradara bernama Tuhan, yang kuasa membolak-balikkan seluruh hati umat sejagad.
Bahwa sejatinya, Tuhan tidak menciptakan manusia untuk menjadi bahagia, Tuhan juga tidak menciptakan manusia untuk menjadi sengsara. Tuhan menciptakan manusia untuk berusaha menggapai apa yang diinginkannya. Bahagia atau sengsara itu adalah pilihan. Dari sudut pandang mana kita menilainya.
Terakhir dari Bayu, jika kamu mendengar nama Bayu disebut, ingatlah Bayu si dekil, si rambut gondrong, si kerempeng pengidap cacingan, si bau berskuter, si cuek doyan Dji Sam Soe, si mesum bergigi kuning. Jika bertemu dengan orang sepertinya, jangan sungkan untuk menegur dan menyapa: "Mas Bayu." siapa tahu dia menoleh, siapa tahu dia memiliki sempak bergambar Doraemon. Siapa tahu, dalam tampang sederhananya, tersimpan sebuah kegilaan dalam hidupnya.
End
Nganjuk, 9-2-2016
==
Ini adalah secangkir kopi dan sebatang rokok terakhir yang ane hidangkan buat cerita ini.
Akhirnya, setelah beberapa bulan ane mengerjakan cerita nggak masuk akal ini, cerita ini berujung di satu kata... End.
Banyak orang yang ikut andil dalam pembuatan cerita ane, semangat-semangatnya, masukan-masukannya, juga kritikan-kritikannya.
Cerita ini ane buat disaat ane gelap dengan teknik menulis, ane gelap pemakaian tanda baca. Pokoknya, ane lagi bego-begonya nulis lah, lah malah ane nekad publish cerita gak jelaas ini.
Itulah mengapa, di awal part typo seperti ranjau, penulisan sangat berantakan.\
Ane ucapkan beribu-ribu terimakasih karena masih mau membaca cerita berantakan ane, jika ane nggak ada kerjaan, ane bakal edit tuh part-part awal, hihihi...
Ane mau ucapkan kata-kata teng yu buat orang-orang yang udah nyuport ane, di antaranya :
ChristianJCB --> Author pertama yang mau review cerita ane, yang mau kasih-kasih ane masukan untuk kepenulisan ane. Teng yu so mad gan.
HanRin97--> Author pertama yang mau kritik ane, mengingatkan ane pada huruf-huruf yang harus dikapitalkan, juga mengingatkan ane tentang panjang-pendeknya chapter. Teng yu somad dear
liejohnlie--> Author pertama yang mengingatkan ane untuk penggunaan tanda baca koma yang sangat krusial, yang membuat keseluruhan cerita ane terasa ngos-ngosan. hahah. teng yu om.
heri_shu--> Sahabat ane yang tetep nggak mau baca cerita inni meskipun ane udah kasi spoiler, hahahah,
Mario_DE3 & frans_ss--> orang yang mau mempromokan cerita ane, sini peluk, berkat kalian cerita ane banyak yg baca, cipok-cipok
Untuk 'Sebut dia Mawar' & ularuskasurius --> atas motivasinya, uhlalala...
hafidzfdl & novi88--> atas review-review membangkitkannya.
Untuk my spc 1, Mr. R yang gk pernah puas ama ini cerita. huhuhu.
dan paling spesial, untuk seluruh pembaca yang udah setia menanti cerita ini update, kasi vote, komen, kritik, review2nya, sini dipeluk si bayu, dikecup ama Kevin. Terimaksih soooooo maaaaaddddd... gk bisa sebutin atu-atu :( :(
Cerita ini bakal ada sekuelnya, tapi kapan tepatnya kalian sendiri yang akan mengetahuinya.
kalau dari kalian mau dibikinin epilog(walaupun cerita ini nggak ada prolog, gpp ya, hihihi), cukup ketik SETUJU di sini. Jika kata SETUJU-nya menembus 200, saya bikinin deh. kalau nggak, ya gpp, hihi...
Selamat malam
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top