8. Yin dan Yang

Bayu tak pernah menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat hanya gara-gara sebuah hutang. Padahal, dulu saat dia melakukan touring ke Jogja bareng Nobita berawal dari iseng-isengan saja. Berangkat touring hanya berbekal beberapa rupiah dan sebuah catatan kecil alamat yang seorang yang akan dia tuju. Tidak pernah terduga sebelumnya, bahwa dia harus mememinjam uang sebanyak lima juta, hanya demi aksi sosialnya membantu korban bencana Sinabung. Kalau dipikir-pikir, tindakannya yang sok pahlawan ini memang jauh dari kata kedewasaan. Pantas saja kemarin saat Gempita mengetahui alasannya terlilit hutang sedemikan banyak, dia langsung marah dan memukul wajah Bayu begitu saja. Sekarang, siapa sih yang tidak gemas mengorbankan diri sendiri sampai melampaui batas kemampuannya demi aksi sosial seperti itu? Walaupun jauh dari lubuk hati Bayu, dia tidak merasa sedikit keberatan dengan tindakannya tersebut.

Membantu korban bencana Sinabung, setidaknya membuat Bayu merasa sedikit bersyukur atas nikmat Tuhan yang dia terima. Setidaknya, dibalik kekereannya tersebut ternyata banyak orang bahkan anak-anak yang jauh lebih menderita darinya. Selain itu, berkat aksi nekat heroiknya, dia jadi memiliki seorang sahabat cukup menyenangkan yang sekarang tercatat sebagai mahasiswa di ISI Solo. Sahabat dari dunia chatting yang juga ikutan kopdar di Jogjakarta.

Dulu kegiatan Bayu tidak pernah sekompleks ini. Hidupnya hanya berisi kampus, Kanvas, bermalas-malasan di kos, sama rokok. Tidak ada acara memasak untuk sarapan pagi walaupun dia jago masak, tidak ada acara memandikan bocah lima tahun, mengantar si bocah ke Taman Pendidikan Anak Usia Dini yang juga merangkap sebagai tempat penitipan anak, setiap jam tujuh pagi dan menjemputnya setiap jam tiga sore. Tidak ada acara berepot-repot membuat makan malam. Bahkan dalam catatan kehidupannya, yang namanya menjadi pembantu juru masak dan baby sitter tidak pernah tertulis.

Dulu sebelum dia terlilit hutang, harinya selalu berawal dari jam sepuluh pagi, dan berakhir jam dua dini hari. Bangun tidur langsung ke kampus, tanpa memperdulikan mau mandi apa tidak. Rokokan sepanjaang jalan dan mendekam di basecamp mapala seharian. Kalau bosan, dia akan mengunjungi bengkel si Gaple di daerah Rungkut. Main gaple sama Gaple sampe otaknya sempor atau mengotak-atik si Nobita bareng Bang Reza yang sangat dikaguminya. Atau kalau nggak,  ya pergi ke markas Kanvas di daerah Sepanjang. Rokokan di basecamp skuter tersebut sampe paru-parunya mau koit. Opsi lain mangkal di Taman Bungkul sambil main skateboard hingga lututnya bengkak.

Tapi sekarang hidup Bayu berubah drastis. Jungkir baliknya tidak main-main. Hidupnya terjadwal. Waktunya sudah tercatat sistematis. Sekarang harinya berawal jam setengah lima pagi. Bagitu bangun dia harus membersihkan tempat tidur pembantunya. Kemudian pergi ke dapur mempersiapkan sarapan buat majikan plus bekal makan siang Mike selama di penitipan anak. Selesai dengan prosesi pembuatan sarapan dia harus berkutat dengan bocah kecil yang sialnya sangat disayang dan dicintai Bayu. Acara mandi pagi bareng Mike malah hal wajib yang harus dilakoninya setiap hari. Selesai mandi, Bayu  mendandandi bocah kecil itu dengan seragam PAUD, kemudian mengajaknya ke ruang makan dan menyuapinya makan. Ini adalah aktivitas paling membahagiakan Bayu sepanjang masa. Karena percaya atau tidak, dia akan melakukan apapun demi bisa melihat Mike tertawa. Tak masalah buat mandi sehari dua kali. Pun larangan merokok selama di dalam rumah. Asal dia bisa melihat Mike bahagia, dia sudah merasa cukup.

Selesai Mike sarapan, dia harus mengantar Mike ke PAUD yang merangkap tempat penitipan anak. Karena bagaimanapun juga, Panji dan Budhe Irma selalu sibuk tiap pagi sampai sore. Sementara dia sendiri masih harus mengurusi beberapa keperluan di kampus. Oh acara malam inagurasi itu masih menyita perhatian khususnya. Ditambah acaranya sendiri dengan tim robot kampus yang akan mengikuti lomba robot nasional dua bulan lagi.

Namun itu semua terjadi sebelum dia diingatkan tentang jadwal latihan band. Oh siapa orang bodoh yang memasukkannya di band kampus itu? Catatan hariannya pun nambah lagi. Rutinitas kegiatannya nambah satu lagi. Yeah selamat datang latihan band sialan.

Pergelangan tangan Bayu terasa kebas. Kaki-kakinya pegal. Tadi ketika dia lagi sibuk berdiskusi dengan Bram sama beberapa panitia OSPEK kampus termasuk Karina di basecamp mapala, datang Andra ama dua konconya menculik Bayu.

Ferdi yang berbadan gempal dan cadas tersebut langsung mencengkeram pergelangan tangan Bayu. Tanpa permisi bahkan ba bi bu, mereka menggondol Bayu begitu saja.

Ferdi menarik paksa Bayu sambil berlari-lari cepat. Sesekali dia melihat arloji hitam yang melingkar di tangan kirinya. Entah apa yang ada dipikirannya, tiap kali jarum jamnya berotasi, langkah larinya membawa Bayu semakin gencar menuju parkir belakang kampus yng letaknya cukup jauh dari basecamp mapala.

"Fer... hosh... hosh.. cepet-cepet banget.... mau kemana sih.... capek nih capek.." ucap Bayu ngos-ngosan. Di belakang mereka terlihat Andra ama Rega yang juga ikut-ikutan lari kesetanan.

"Buruan Mas Bay, kita telat banget," jawab Ferdi tenang sambil melirik ke arlojinya.

"Telat ngapain hah..... gilaa,,, brenti brenti... aku sudah nggak kuat..." Bayu meraih-raih lengan Ferdi, sambil mencoba melepas genggaman Ferdi. Nafasnya kembang kempis, paru-parunya enyot-enyotan. Bayu sudah pernah bilang kan kalau dia sangat tidak suka olahraga kecuali olah raga extream? Salahkan lari yang tidak masuk kategori olahraga extream sehingga Bayu seperti orang sekarat sekarang.

Belum sempat melepaskan tangan Ferdi yang menguncinya, Ferdi sudah terlebih dulu menyuruh Bayu duduk di motor Honda CB merah mengkilapnya. Bayu pasrah saja sambil mencoba mengatur nafas. Dia mengenakan helm yang disodorkan Ferdi padanya. Sejurus kemudian dia yang ada di boncengan Ferdi dengan diekori Andra ama Rega, sudah meninggalkan area kampus dan membelah jalanan sore Surabaya yang padat.

"Kita mau kemana sih?" tanya Bayu sebal. Bukan hanya ditarik paksa dan diajak berlari-lari, tapi juga karena dia telah diculik saat tengah sibuk berdiskusi membahas malam inagurasi penerimaan mahasiswa baru. Siapa yang tidak jengkel coba? Apalagi dia kali ini didaulat menjadi ketua penyelenggara — lagi. Walaupun dia tidak mementingkan reputasinya di hadapan junior-juniornya, tapi dia tidak suka saja diganggu saat sedang bekerja. Ah Bayu keki.

"Latihan ngeband Mas Bay. Minggu kemarin kan nggak jadi gara-gara Meri mencret, trus Andra kelimpungan nganterin Meri ke klinik," jawab Ferdi asal sambil berteriak untuk mengimbangi suara mesin motor yang berkolaborasi ama deru angin dan suara klakson mobil ama motor lainnya.

"Kalau Cuma latiha ngeband ngapain pake acara lari-lari segala?" pekik Bayu merengut. Tubuhnya yang sudah banjir keringat terasa sangat lemas. Apalagi dia belum makan siang. Sarapan di rumah Budhe Irma rasanya sudah masa lalu saja, ditambah mulutnya belum mengenyot sebatang rokok pun sedari selesai sarapan tadi. Bah makin merana sajalah mahasiswa Teknik Elektro tersebut.

"Soalnya acaranya sudah mulai dari tadi Mas Bay," Ferdi kembali menjerit, menyalip ugal-ugalan beberapa mobil dan motor di depannya dengan kecepatan penuh.

Angin yang menderas menabraki tubuh mereka, membuat kaos Bayu yang duduk di jok penumpang berkibar-kibar kayak bendera.

"Acara apa sih?" lantang suara Bayu, mendekatkan moncong bibirnya ke telinga Ferdi, "Kan tinggal sewa studio, tinggal masuk trus latihan. Kenapa ribet banget elah?"

"Waduh lupa ngasih tahu," celetuk Ferdi, tidak mengindahkan pertanyaan Bayu. Pandangannya fokus ke Jalan Kutai yang ramai akan para karyawan yang baru pulang kerja sore itu.

"Katanya kemarin kita mau ke Dalton, kok malah ke Wonokromo sih?" tanya Bayu gemas akibat dari tadi merasa dikacangin, saat Ferdi menghentikan motor CB-nya di stopan lampu merah.

"Lupa Mas Bay."

"Maksudnya?"

"Ya lupa daftar mau sewa studio. Pas tadi aku telfon pemiliknya, eh studio full sampai ntar malam jam sembilan. Jadi ya batal latihan di sana."

"Anjiirr... nggak pro banget sih," tukas Bayu jengkel. Untuk acara seheboh festival band se Jawa Timur mereka bisa lupa latihan? Oh Bayu merasa dipermainkan. Tapi dia Cuma diam saja, toh Ferdi juga sama diamnya.

Ferdi memasukkan gigi satu dan tancap gas begitu lampu menyala hijau. Dia melajukan motornya melewati Jalan Bengawan lalu berbelok ke Jalan Raya Darmo.

"Lho kok?" Bayu mengernyit, namun tidak meneruskan ucapannya, saat motor Ferdi masuk ke area Taman Bungkul.

Ferdi mematikan mesin motornyanya ketika sudah menemukan tempat parkir. Tak berselang lama Andra yang membonceng Rega dengan motor bebeknya parkir di samping Ferdi. Bayu masih terbengong, ngapain latihan ke Taman Bungkul? Oh great sekarang jam pulang kantor, pasti Erick lagi main skateboard di sini. Bayu bakal malu kalau latihan ngeband dilihat Erick. Citra Bayu selama ini kan bukan band banget. Idih...!!

Lagi-lagi Ferdi mencekal tangan Bayu dan menyeretnya berlari.

"Gila kita telat banget!!" seru Andra, ikut berlari di samping Bayu sambil sesekali memelototi arlojinya, "Semoga sponsornya belum menutup pentas mereka. Bisa berabe kita. Bakal gatot lagi latihan. Tadi gue udah telfon semua studio di Surabaya dan great sudah penuh semua," cerocosnya yang membuat Bayu kembali mengerutkan kening.

"Sponsor? Maksudnya?" tanya Bayu, tubuh berkeringatnya yang sempat kering tertimpa angin tadi, kini basah lagi diajak berlari-lari.

"Hari ini Djarum mengadakan pementasan di plaza Mas Bay. Mau mempromosikan produk rokok terbaru mereka, tadi gue sempat telfon pihak promotor untuk ijin ikutan mengisi acara ngeband di pementasan mereka. Dan beruntungnya mereka setuju dengan usul gue. Katanya, acaranya bakal tambah meriah jika ada anak band yang ikut manggung."

Bayu menganga. Shock bukan main. Berbicara di depan forum maupun organisasi dia sudah biasa. Menjadi humas di komunitas pecinta alamnya pun udah berkali-kali, tapi menyanyi di atas panggung dan dilihat puluhan orang? seriously? Dalam kemasan ngeband pula? Oh kiamat. Kiamat.

Bayu mau protes. Dia jelas-jelas nggak mau dong. Kan belum ada persiapan? Tapi gak jadi. Suara protesan dalam hatinya tergulung buncahan saliva yang susah payah dia tenggak. Di sana, Andra udah terlebih dahulu berlari ke samping panggung lumayan besar, mengobrol dengan seorang laki-laki yang memakai seragam warna putih yang banyak tulisan Djarumnya. Sedangkan tepat di hadapan panggung. Glek. Bayu menelan ludahnya lagi. Grogi bukan main. Puluhan bahkan ratusan penonton sudah memadati area kosong.

Plaza adalah sebuah open stage di Bungkul yang bisa digunakan untuk live performance sebagai jenis entertainment. Biasanya tiap malam minggu, Bayu sama Andis dan Gempita sering melihat berbagai macam konser kecil dari band-band lokal di sana. Dia yang dulu menjadi penonton, sering mencacat tiap penampilan mereka ,yang suara vokalisnya fals lah, kurang ini lah, kurang itulah, dan sekarang, oh Tuhan membalasnya. Bayu bahkan tidak pernah bermimpi untuk menjadi penampil di sana. Disaksikan ratusan penonton lagi. Pasti cacatan untuk penampilannya nanti bakal banyak banget. Karma nih. Mau membatalkan diri juga tidak mungkin. Sudah kepalang tanggung.

Penyanyi dangdut berpakaian minim saat Bayu sampai sedang menyanyikan lagu Buaya Buntung tadi, sudah selesai. Dia turun dari panggung, lalu seorang cewek cantik dengan pakaian sexy casual naik sama seorang bapak-bapak yang kumisnya kayak ekor tikus. Bayu tidak tahu apa yang dibicarakan duo MC tersebut. Tiba-tiba telinganya berdengung. Semua keramaian di sana ditelan dengan kecemasannya. Demi Tuhan, Bayu grogi saat ini. Apalagi keringat dingin mulai menetes-netes. Oh Bayu sangat demam panggung. Dan dia berharap telinganya tuli untuk saat ini. Tapi tidak. Tuhan masih sayang sama Bayu. Telinga Bayu sangat normal, apalagi tiba-tiba si cewek berbaju sexi casual tersebut menyebut-nyebut nama Elek Yo Band. Bayu merasa familiar dengan nama itu. itu nama apa ya??

"Ayo Mas Bay naik. Untung pihak promotornya langsung kasi kita kesempatan tampil. Jadi nggak perlu berlama-lama nunggunya. Latihan perdana nih. Semoga sukses ya," kata Andra lancar sambil nyengir keren.

Untung? Dari mananya? Bayu mau kabur. Ayo kabur Bayu. Tapi, dan selalu ada tapi, karena sepertinya Dewi Fortuna sedang malas menyapa Bayu hari ini, lagi-lagi Ferdi menyeret Bayu ke atas panggung.

Bayu mau mati sajalah rasanya. Keringat dingin semakin terlucuti dari tubuh Bayu. Kakinya tiba-tiba menjadi sangat berat. Oh.. Bayu berdoa kena mantra petrificus totalus saja. Biar tubuhnya kaku nggak bisa digerakkan. Sangat menyeramkan sekali bukan ide Bayu? Bayu Kau keren banget.

Ferdi yang jengkel seniornya bergeming saja, jadi gemas sendiri. Dia tahu-tahu mengangkat tubuh kurus Bayu. Mamanggulnya kayak kuli panggul di Pasar Turi. Mengajaknya naik ke pentas dengan diikuti Andra ama Rega yang tertawa culas di belakang mereka.

Detak jantung Bayu mengebom dada kirinya. Mau meledak saja rasanya. Sendi-sendi engselnya seperti berkarat kekuarangan oli. Mendadak saja Bayu lupa caranya bernafas. Ayolah Bayu kamu lebai banget. Tangannya yang dingin memengangi stand mic. Dia menoleh kebelakang, dan mendapati Rega yang sudah siap dengan gitarnya, Andis dengan bassnya, dan Ferdi jadi terlihat keren duduk di balik drum besar.

Bayu tercekat. Disapunya puluhan pasang mata penonton yang menatap lurus ke arahnya. Mereka yang didominasi remaja-remaja cewek dan remaja cowok berteriak-teriak histeris menyemangati. Suara yel-yel suporter Bonek juga entah kenapa mampir di telinga Bayu. Bayu mengarahkan pandangannya ke arah sudut area dan shilit. Itukan Erick? Ama jersey hijau khas Bonek, sedang menenteng skateboard dan sial, kenapa dia ketawa sih?

"Pssst... Mas Bay cepetan nyanyi," bisik Andra dari sampingnya sambil melambaikan tangan ke arah penonton.

Bayu meringis, senyum garing, "Nyanyi apa bego? Aku belum persiapan," desisnya sambil mengangguk-ngangguk kayak boneka biasa ada di dashboard mobil. Ekor matanya menangkap sosok Erick yang tertawa-tawa nista. Kampret kamu Erick.

"Apa aja kek. Cepetan sebelum kita ditimpuki botol-botol."

Ditimpuki botol-botol? Horror banget tuh!!! Ini pengalaman baru. Bayu harus segera bertindak supaya hidupnya tidak memiliki sejarah memalukan plus memilukan tersebut.

Karena kepala Bayu hang, dan sama sekali tidak ada satu lagu pun terlintas di benaknya, dia Cuma menyanyikan asal

"ma ma ma ma ma ma ma...

Entah Derdi yang super duper jenius atau emang Bayu lagi beruntung kali ini, tiba-tiba saja Ferdi langsung menendang drum bass-nya untuk mengiringi nyanyian asal Bayu. Dan sejurus kemudian, Rega memetik gitarnya dengan intro A, lalu diikuti suara bass dari betotan Andra.

Nada ini, oh Bayu ingat lagu ini, lagu yang dia nyanyikan saat merana kehilangan rokok Dji Sam Soe.

"i, i can't get these memories out of my mind

And some kind of madness has started to evolve

I, i tried so hard to let you go

But some kind of madness is swallowing me whole

Yeahh...

Ajaibnya, adrenalin Bayu menjadi terpacu, berdentum-dentum menggairahkan di sekujur tubuhnya. Gerakan tubuhnya luwes mengikuti irama musik yang menghentak. Dia berjalan dari satu sisi panggung ke sisi panggung lainnya, menyanyikan dengan suara serak sexinya yang lantang.

Para penonton yang hafal dengan lagu yang dibawakan Bayu ikutan bernyanyi sambil jingkrak-jingkrak. Tangan mereka berarak ke kanan ke kiri. Apalagi ditambah suara gitar solo dari Rega di sela-sela jeda nyanyiannya,membuat Bungkul sore itu semakin bergelora. Puluhan bahkan ratusan dari para penonton yang notabene penikmat Taman Bungkul bersorak-sorak histeris. Melompat-lompat, ikutan terpantik semangat dari nada-nada cadas dan dentuman-dentuman drum Ferdi.

Suara bariton Bayu yang menyentuh nada tinggi di akhir lagu disambut pekikan heboh. Pekikan-pekikan lantang dan melengking ABG-ABG labil, mengelu-elukan Elek Yo Band. Padahal itu performa pertama mereka di sana, tapi sepertinya mereka bisa diterima dengan lapang sama para penonton tersebut.

Lagu kedua, Bayu jadi semakin pede. Dia membawakan lagu lawas dari 4 Non Blondes yang berjudul what's up. Diiringi intro panjang dari Rega, lagu yang sangat familiar tersebut disambut meriah para penonton.

And so i cry sometimes when im lying in bed

Just to get it all out

What in my head and i, im feeling a little peculiar

So i wake in the morning and i step outside

And i take a deep breath and i get real high and

I scream at the top of my lungs WHATS GOING ON

And i said heyeyeyeyeyy

I said hai whats going on

Gema suara penonton membumbung angkasa sore itu saat Bayu sengaja mengarahkan mic nya ke arah penonton saat di bagian heyeyeyeye. Penonton yang merasa ikut andil, meneriakkan heyeyeye serempak sambil berangkulan rantai dari ujung ke ujung. Membuat Bayu semakin tersulut semangat, bergerilya menguasai area panggung. Seolah seluruh perhatiannya tercurah pada penonton. Menyapu tiap mata penonton, menunjuk mereka, membuat para penonton merasa diperhatikan dan dilibatkan dengan performanya.

Suara berat Bayu yang serak berteriak ngerock saat dia sampai di chorus dengan diselingin falset tinggi yang semakin mempercantik penampilan apik mereka. Dia berdendang sambil ikutan melompat, menghentak keras, untuk sesaat bikin siapa saja merasa autis, menyampingkan segenap masalah yang ada di rumah. Para penonton itu melampiaskan kepenatan mereka bersama irama culas lagu yang dibawakan Bayu sambil ikutan bernyanyi.

Pukul delapan malam Elek Yo Band selesai menampilkan performa mereka. diselingi ama penyanyi dangdut jawatimuran mereka sukses besar membawakan lima lagu barat, tiga lagu dari S.I.D  serta dari lagu Iwan Fals. Para penonton yang semakin banyak itu bubar satu per satu.

Bayu sama kedua personel bandnya yaitu Rega ama Ferdi duduk selonjoran di samping panggung. Sementara Andra sedang ngobrol sejenak dengan si empunya acara.

"Gila, baru kali ini Elek Yo Band bisa mentas sukses besar!!" seru Rega meninju udara bebas untuk menyalurkan gairahnya.

"Benar banget kamu Reg, penampilan kita tadi benar-benar hidup, apalagi para penonton itu juga ikutan menyanyi, hadeeeh berasa lagi konser tunggal deh," timbrung Ferdi, membuka tutup botol air mineral lalu menggasaknya sampai habis.

Bayu Cuma nyengir-nyengir di samping mereka, meminum air putih yang disediakan panitia sambil memakan snack ringan untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Lalu Dia mengeluarkan bungkus rokok Dji Sam Soe dari dalam saku celana belakang, menarik sebatang , menjepitnya di antara belahan bibir, memantik korek bensol kemudian menghisapnya perlahan, sedetik berikutnya mulutnya yang asem karena seharian ini alpa menyulut tembakau, terasa menggeliat. Asap-asap rokok keluar dari mulut dan hidung Bayu secara bergantian.

"Ini berkat mas Bayu," pekik Rega menepuk bahu Bayu, "Nggak nyangka perorma Mas Bayu di atas panggung sangat ciamik. Apa aku bilang dulu mas, kalau Mas Bayu itu hebat banget deh. Nggak suara, nggak aksi panggungnya. Paket komplet deh. Aku jadi semakin pede untuk ikutan lomba. Kita pasti menang."

"Coba kalau dari dulu Mas Bay mau gabung ama Elek Yo, aku jamin sekarang kita punya fans yang banyak."

Bayu tergelak geli, menghisap rokoknya sambil sesekali menggoyang rokoknya untuk membuang abu yang ada di ujung.

"Kabar baiiiik bleeehhhhh!!!!" teriak Andra tiba-tiba. Berlari-lari kecil mendekati Bayu dan kedua temannya dengan tampang ceria, "Pihak Djarum suka banget ama penampilan kita. Dan kalian tahu? Mereka berencana mengontrak kita. Jadi, jika nanti mereka ada acara lagi, mereka akan mengikut sertakan kita. Nggak Cuma itu aja bleh, mereka juga membayar kita secara profesional," ujarnya berapi-api sambil mengeluarkan amplop coklat dari saku celana belakangnya, "Ini upah pertama kita. Satu juta bleh, satu juta," Andra memamerkan sepuluh lembar uang berwarna merah dari sana, sambil berlagak sedang berkipas dia mengkibas duit itu di hadapan Bayu, Rega ama Ferdi.

"Mantab bleeehh. Mantab!!! Baru kali ini kita diupah gedhe," seru Ferdi.

"Kita bagi duit ini sama rata, dua ratus per orang, sisa dua ratusnya lagi kita buat makan di Pujasera. Gimana?" tanya Andra senang menaik-naikkan alisnya.

"Siippp. Setuju, setuju...." timpal Bayu sambil terus menyedot rokoknya.

Bayu sudah menerima upah pertamanya dan akan megikuti langkah ketiga teman bandnya saat tiba-tiba kaki-kakinya terkunci. Matanya melotot lebar. Ruas jarinya yang mengapit batang rokok tertahan di udara. Kenapa dia bisa ada di sini?

"Ngapain saja kamu seharian ini Lencana??" tanyanya bengis, mengabaikan Andra dkk. Dia berjalan tepat di hadapan Bayu yang kini menghisap pelan rokoknya.

"Seharian menghilang dari rumah. Melalaikan tugas. Kamu pikir kamu siapa? Di rumah Mike sedang menangis mencari papanya," dia mendelik gusar, "Hukuman buat kamu Lencana. Hukuman!!!" ujarnya sadis, menarik rokok yang ada di bibir Bayu, membuangnya ke tanah lalu menginjaknya perlahan, "Akan saya buat kamu menyesal karena telah kabur dari saya seharian ini!!"

===

Bayu menggeliat dan menguap entah untuk keberapa kali. Di hadapannya duduk Gempita dan Andis yang melongo menatapinya. Bayu mengabaikan makanan adalah bukan Bayu banget. Seperti melihat amerika dan rusia tengah berkebun di kebun anggur. Dan sekarang pasti mereka sedang berkebun karena kini Bayu Cuma meletakkan malas kepalanya di aatas meja. Di sampingnya seporsi pizza golden brown menggiurkan dengan lelehan keju mozarella serta moyanes dengan pinggiran sossi sole teronggok merona bersama cold frappe yang masih belum terjamah sedikitpun.

"kalo lo nggak mau makan makanan yang udah Gempita pesanin jangan harap gue traktir lagi lo ke ph." Ultimatum Andis mengagetkan membuat Bayu kontan menengadahkan kepala.

"jangan gitu donk ndis. Ah nggak asik banget sih." Sungut Bayu keki. Menusuk-nusuk permukaan pizzanya dengan garpu, mengirisnya kecil lalu melahapnya ogah-ogahan. Jambang yang seminggu ini nggak bertemu gillete foam tumbuh tipis-tipis membingkai rahangnya. Diatas bibirnya juga sudah tumbuh lagi kumis tipis. Dia membiarkan surai kritingnya yang baru dikeramas ama shampo strawberry saat mandi bareng mike tadi pagi terurai menyentuh bahu.

"lo kenapa sih nyet? Gedek banget deh liat muka lo yang udah kayak baju kusut itu?" sengit Andis gemas menatap wajah Bayu yang stuck di mode manyunnya ,"lo nggak punya rokok? Gue beliin! sekerdus kalo perlu biar tuh ekspresi nyeremin minggat dari muka menakutkan lo."

Bayu Cuma menggeleng kecil, mengunyah malas potongan pizza dalam mulutnya dengan mata yang nyaris terkatup.

"mas Bayu lagi sakit ya?" tanya Gempita lembut menyentuh punggung tangan Bayu.

"nggak kok pit, aku Cuma capek plus ngantuk banget!" jawab Bayu pendek, menyesap cold frappednya lalu menguap lagi.

Bayu kehilangan semangat itu adalah topik pagi jam sepuluh ini. sepulangnya dia dari taman bungkul tadi malam dengan diseret lagi ama panji, tuh bapak-bapak soak benar-benar menghukum Bayu. Bayu dihukum memncuci bed cover setebal tumpukan kamus tujuh buah sekaligus. Nggak Cuma itu dia juga disuruh mencuci baju-baju panji yang menggunung. Lalu disuruh mengepel rumah segedhe lapangan tersebut. Seperti belum puas dengan aksi menghukumnya Bayu Masih disuruh masak lagi tengah malam jam 12, katanya panji nggak bisa tidur kalau belum kenyang. Bah....!! dia kata kelelawar?? Jam satu dini hari Bayu baru bisa menghempaskan tubuhnya ke kasur.tapi belum lama dirinya menikmati indahnya tidur dalam balutan selimut tebal tepat jam setengah lima tahu-tahu sosok panji yang nyelonong ke kamarnya menendang tubuh Bayu begitu saja sampai Bayu terjungkal mencumbu ubin. Sakit banget bleh. Udah gitu matanya perih banget lagi dibangunin paksa.

Ini benar-benar penyiksaan. Perutnya sampai kram hingga sekarang akibat kebanyakan membungkuk saat mengerjakan pekerjaan rumah. Semenjak kepepergian budhe irma yang melakukan perjalanan bisnisnya ke solo selama beberapa hari membuat panji blingsatan menyiksa Bayu, jadi Bayu tidak ada yang melindungi dari penindasan ini.

"gue belum pernah deh lihat sosok dosen baru yang lo ceritakan barusan nyet." Kata Andis setelah Bayu menceritakan deritanya tadi malam, "sesongong apa sih dia? Kalau ketemu gue bakal gue kasih bogem juga tuh orang." lanjutnya sinis dengan tangan terkepal.

"Andis ah nggak boleh menganiaya dosen. Dosa tahu." Tegur Gempita sambil me-roll matanya malas.

"habis jengkel banget deh pit, dia kan dosen masa tingkah lakunya killer seperti itu ama mahasiswanya? Ini namanya penyiksaan. Jadi pembantu nggak gitu-gitu juga kali. Gue aja nggak pernah nugasin hal-hal berat ke pembantu gue."

"iya nih, tuh orang jadi jelmaan iblis tahu nggak. Sifatnya itu lho uh bikin aku mau nelen dia bulet-bulet. Kalau aku nggak mengingat sekarang aku terikat kontrak kerja dengannya dan sangat membutuhkan uang untuk membayar utang aku juga udah pasti cabut dari sana." Bayu mendengus. Lesu bukan main. Saat dia terbatuk perutnya akan mengejang hebat dan menghasilkan rasa sakit yang luar biasa di sana. Jangankan untuk batuk, dibuat nafas saja perutnya pasti berkontraksi. Ah udah kayak mau hamil saja deh pokoknya.

"namanya panji ya?? Kok kayaknya familiar gitu ya di telinga Gempita."

"ya familiarllah Gempita, panjikan dosen di kampus kita." Ujar Andis gemas, mengacak-acak rambut Gempita.

"tapi kayaknya Gempita udah mengenal dia jauh sebelum di kampus kita deh. Nggak tahu benar atau nggak Cuma feeling Gempita sih gitu. Padahal Gempita juga belum tahu sosoknya seperti apa."

Aduh Gempita bikin statement bingung aja deh. Andis merapikan rambut Gempita yang mencuat saat di acak-acaknya tadi. Bayu yang melihat keromantisan dua sahabatnya itu hanya melengos seraya membuang pandangannya ke arah pintu. Entah sempat janjian atau emang tuhan hari ini lagi seneng banget menguji emosi Bayu, tatapan netra madu Bayu yang gak tahu kenapa ngebet banget pengen menikmati pemandangan pintu tertumbuk dengan gerakan pintu yang mengayun ke dalam secara tiba-tiba. Lalu tak berapa lama kemudian dua orang berkelamin beda masuk. Sembari rangkulan. Kayak orang lagi kasmaran. Tangan kiri si cowok menggamit mesra pinggul pasangannya yang ramping kayak gitar buatan jepang. Sementara tangan kiri cewek itu bertumpu dengan mantab di atas tangan kekasihnya, sambil menyelusupkan jari-jari mereka.Bayu menanggapinya sambil lalu sampai pupilnya tiba-tiba membengkak untuk mempertajam pengelihatannya.

Untuk sesaat Bayu merasa hukuman kejam yang diterimanya sedari malam membuat matanya membias sosok panji. Jadi ketika dia melihat laki-laki yang memiliki ciri-ciri sebelas dua belas ama panji otaknya akan langsung mengatakan bahwa itu memang panji. Bayu menggeleng-gelengkan kepala. Mengucek mata mengantuknya lalu memelototi lagi sepasang kekasih tadi yang kini sedang berjalan beriringan ke counter pemesanan. Tapi ternyata mata Bayu memang masih normal. Otaknya juga masih waras. Laki-laki yang memakai kemeja slim fit putih dengan balutan blezer hitam itu kan??

"oh iya... Gempita baru ingaat!!!!" pekik gempiita histeris, membuat Bayu memutar sendi kepalanya reflek ke arah Gempita. Kemudian dia mengernyit, Andis dan Gempita yang duduk di hadapannya membelakangi arah pintu masuk ternyata juga sedang mengekori arah mata penglihatan Bayu. Gempita yang sembunyi-sembuni di balik sandaran kursi berseru heboh, "dia kan panji yang itu. anaknya budhe irma." Desisnya mendramatisir yang kontan membikin Bayu nggak kalah terkejut. Gempita mengenal panji? Bahkan budhe irma juga? Padahal tadi dia bilang belum pernah bertemu dengan dosen barunya tersebut. Oke ini ternyata lebih mengagetkan dari perkiraan Bayu. Bayu menegakkan telinga untuk menyerap banyak-banyak informasi dari Gempita, "makanya kayak familiar gitu. Diakan anak pebisnis apalah-apalah seantero jawa ini. budhe irma selalu mengajak anak ama cucunya di pertemuan antar bisnisman sejawa timur. Gempita pernah lihat dia ama anaknya beberapa kali di acara pertemuan bisnis yang mami ikuti."

Oke kini Bayu benar-benar penasaran tentang kehidupan majikannya. Matanya terus fokus ke arah panji yang masih memegang mesra pinggul ceweknya. Merapatkan erat tubuh mereka seolah tidak ada celah. Bayu mengernyit, entah mengapa ada perasaan tidak suka di hatinya sekarang. mungkin dalam fikirnya panji tak pantas berperilaku mesra di depan umum sementara di rumahnya ada mike yang kesepian. Ya... pasti karena itu. sepasang kekasih tersebut berbalik membuat Bayu dan lainnya langsung kembali ke posisi semula sambil berpura-pura menikmati makanan mereka. tapi karena tak mau melewatkan momen mendebarkan tersebut berlalu begitu saja, Bayu sedikit mendongakkan kepala agar bisa terus mengintai mereka, retina matanya menangkap sosok dua orang itu mengambil duduk di pojok bersebrangan jauh dengan tempat duduk Bayu.

"itu kan yani?" desah Andis dengan mata memicing dan ekspresi sedikit shock. Dia yang ternyata masih penasaaran dengan tingkah majikan sahabatnya tersebut membalik badan untuk menghadapai Bayu, kemmudian mengaduk-aduk chocolate blastnya dengan sedotan lalu menyeruputnya perlahan, "kok bisa-bisanya ya dosen seperti dia memacari mahasiswanya sendiri. Kalau dia butuh kehangatan fine gue bisa terima andai saja yang diajak ngentot purel-purel murahan. Tapi ini yani man? Mahasiswa. Statusnya sama kayak kita. Pedofil banget njing!!!"

Bayu mengernyit dengan bulir-bulir pertanyaan menggantung dalam benaknya, "hah... jadi itu yang namanya yani?" Bayu mencuri-curi pandang ke arah mereka lagi yang — oh damn mereka ciuman?? Ditempat seramai ini?? walaupun tempat mereka sedikit tersembunyi di balik standing banner tapi tetap saja mereka ciuman? Dan Bayu melihatnya bleh.

"cih menjijikkan banget!!!" komentar Andis yang rupanya juga masih menguntit mereka dan melihat adegan normal sepasang kekasih di tempat abnormal ini.

Bayu mengacuhkan Andis, seluruh perhatiannya sekarang terpusat sama pemandangan menjijikkan jauh di sebrang sana. dan perasaan tidak suka entah karena semakin membebat seluk beluk hatinya. Jadi itu yang namanya yani?? Bayu menggumam pelan. cantik, pakai banget pantas erlang sampai kepincut ama dia. Pantas juga fotonya sering dibuat imajinasi coli teman-teman yasin. Tubuhnya tinggi, ramping lagi, dengan surai hitam legam sampai punggung, kulitnya putih bersih dan —Bayu pasti gila sampai memperhatikan hal sedetil ini demi menyempurnakan rasa tidak sukanya ke pasangan itu — dadanya gila gedhe, kayak semangka sepuluh ribuan kalo lagi musimnya. Oh shit... shit... tiba-tiba Bayu menggeram, membuang pandangannya dengann perasaan sesak, barusan dia lihat tangan panji sengaja meremas payudara yani. Murahan. Dasar murahan.

"yani siapa?" tanya Gempita polos, sepertinya dia tidak melihat adegan mesum barusan, "emang Andis kenal?"

Andis yang sepertinya sudah enggan menaruh atensi berlebih ke arah dua sejolli itu memilih untuk melanjutkan menyantap seporsi pizza black pappernya, "yani anak akper. Cewek bispak. Kegatelan banget tingkah lakunya. Masa tahun kemarin pernah godain gue mentang-mentang gue ketua bem. Maruk banget deh. Gue mah ogah disodorin siluman seperti dia. gue masih nggak habis fikir aja bleh. Yani emang ayam kampus. Murahan banget sampe pernah ngobral diri seharga dua juta. Temen gue di senat pernah cerita kalau empat bulan lalu dia make service tuh jalang hanya dengan nyetor dua juta. But come on, is he really having relationship with that bitch? I means he is our university instructor.our leader, first person which can be good behave example for us. Person who can be our protector, not demage us instead."

Persis banget jawabannya kayak yang yasin katakan tempo itu. Dengan sorot menilai intens, Bayu masih terus menelanjangi sosok yani sedetil-detilnya. Hanya satu kata yang pas disematkan buat cewek yang saat ini sedang menggelayut manja lengan panji. Cantik. Demi tuhan Bayu mengakui itu. kecantikan alami asli pribumi. Tak ada unsur blesteran atau apalah yang biasa Bayu lihat berseliweran di surabaya. Gadis jawa kalem dengan alis sinchan kekinian. Serta sebaris bibir tipis merah mawar. Kalau dia tersenyum kedua lesung pipinya bersembunyi malu. Ditambah pijar indah mata beloknya dia benar-benar menjelma menjadi wanita tercantik dan diidam-idamkan setiap pria.

"ohmahgad!!!" Gempita tersentak, Bayu ama Andis buru-buru menolleh ke arahnya, "itu kan yani?" dia menjerit parau seperti benar-benar terkejut saat selesai Andis mendeskripsikan who is yani Gempita membalik tubuhnya untuk semakin mengeksplore wajah waniita yang nempel kayak lilntah di samping panji, "tunangannya panji!!!"

Uhuk... Bayu tersedak potongan sosis, membuat isi mulutnya berhaburan, buru-buru dia menyambar cold frapped dan menenggaknya sadis, ketika kerongkongannya pulih dari rasa sakit dia langsung menatap tajam ke arah Gempita. Andis yang mengabaikan segala bentuk drama murahan Bayu malah sudah mencengkeram bahu Gempita.

"tunangannya? Nggak salah?" tanya Andis mewakili isi kepala Bayu dengan ekspresi muka yang sulit ditebak

"beneran Andis. dia tuh yani. Adiknya yuni, almarhumah istri panji."

Oke Bayu bener-bener speechless sekarang. nggak tahu lagi mau ngomong apa. Jadi cewek 'yang katanya' binal itu tunangan panji? Tunangan? Sebuah hubungan yang jauh dari ekspektasi Bayu. Bersumber dari informasi yang dia terima dari yasin, dia kira hubungan yang panji jalin dengan yani tak lebih dari sekedar fuck buddy. Pernyataan jahat memang. Tapi Bayu sudah dulu menyimpulkan begitu. Apalagi melihat betapa berkharismanya seorang panji, sulit rasanya untuk membayangkan kenyataan bahwa dia bertunangan dengan wanita se—nakal itu. tunangan bleh, tunangan. Yang bentar lagi merid trus sah deh jadi bini.

"kalau nggak salah pas acara unniversary perusahaan budhe irma dua tahun lalu, panji memperkenalkan yani sebagai tunangannya di depan podium. Mengikat yani sebagai Calon istrinya. Karena tradisi di keluarga yuni yang mengharuskan adanya turun ranjang, jadi secara otomatis semenjak kematian yuni panji sudah terdaftar sebagai calon suami adiknya."

"shilit banget njiirr!!!" umpat Andis terheran-heran, "dua tahun lalu dia sudah dilamar resmi ama panji tapi setahun lalu dia godain gue, Dan baru empat bulan kemarin zaki teman senat gue nyodok tuh lacur seharga dua juta. gue bertaruh pasti banyak cowok di kampus kita yang pernah ngegilir dia. Dasar sampah murahan."

"Andis plis tidak ada kata-kata kasar oke. Sejak tadi kamu misuh-misuh aku biarin saja supaya kamu sadar sendiri. Tapi ternyata masih aja kata kasar. Aku nggak suka Andis. aku nggak suka." Gempita cemberut, menyenderkan punggungnya di sandaran kursi sambil menendang-nendang kaki meja.

"maaf sayang. Gue keceplosan mulu nih dari tadi. Habis empet banget gue ada dosen yang perilakunya nggak becus seperti itu. mana dia udah nyiksa-nyiksa Bayu lagi, makin gondok lah gue. Maafin gue ya Gempita sayang?" kata Andis tersenyum lembut sambil membelai perlahan surai indah milik Gempita, membuat si empunya merona sendiri karena malu.

"tapi Andis aku nggak tahu ya jika yani punya sifat seperti itu. dia sering banget diajak ke pertemuan bisnis sama panji. Dan selama di sana sifatnya juga baik. Kalem. Sopan. Aku pernah berkali-kali ngobrol sama dia. Walaupun usianya masih sembilan belas tahunan tapi sikap dari perilaku yang ditunjukkannya dewasa banget. Nggak cerewet. Nggak neko-neko. Tipe-tipe istri idaman. Apalagi dia selalu bisa berbaur dengan rekan bisnis budhe irma. Nalurinya yang hangat itu membuat para pebisnis mudah akrab dengannya. Namun jika apa yang kamu omongin tentang yani itu ternyata benar, yang aku kasihin itu bukan panji atau budhe irma. Tapi anak dia. Anak panji masih kecil, masih polos. Akan jadi apa besarnya dia jika diasuh sama seorang ibu yang bahkan tidak bisa menjaga kehormatannya sendiri?"

Bayu tertohok. hatinya berasa nyeri. Ini bukan perkara kram lagi. Tapi perkara kenyataan pahit yang Gempita lontarkan barusan. Dia menatap nanar daddy-nya mike yang lagi tertawa-tawa bahagia dengan yani. Kalau dilihat-lihat yani emang ppunya wajah kalem. Keibuan gitu. Kalau dia nggak pernah mendengar cerita tentang keburukan yani mungkin dia juga nggak akan percaya kalau cewek secantik dan sepolos dia bisa memilliki sifa sedemikian buruk. Mudah-mudahan saja yang diommongin yasin ama Andis Cuma bualan belaka. Tanpa sadar dia mengamini perkataan Gempita. Bagaimanapun juga kepentingan dan kebahagiaan mike yang utama buatnya saat ini. dan satu-satunya kebahagiann terbaik buat mike adalah memiliki sepasang orang tua. Memiliki ayah. memilliki ibu.

===

Sumpah banget deh, apalah-apalah gitu ceritanya. Disaat Bayu kere dan memohon-mohon datangnya sebuah traktiran doanya itu tak akan pernah terkabul, dia bahkan nyaris koit gara-gara nggak makan berhari-hari sambil terus mengharap traktiran entah dari mana. tapi di saat kantongnya sedikit tebel, dan perut dalam keadaan kenyang, Traktiran itu ujug-ujug merayunya. Bayu kan orangnya alim bleh, sekenyang apapun dia, yang namanya traktiran jika disodorin gitu aja ke ujung hidungnya pasti diembat lah. Haram gitu bleh ditolak. Seharam memakan daging cicak. Itu nurut isi otak Bayu yang kadang timbul kadang kelelep gitu ya. Jangan dicontoh.

Jadi ketika dia balik ke kampus setelah mendapat traktiran pizza dari Andis, Bayu buru-buru menuju lab elektro. Melanjutkan proyek robotnya yang udah jadi setengah jalan. Mau membantu tahap pembuatan programming walaupun dia agak-agak nggak paham ama bahasa pemrograman. Namun belum sempat dia bersay-hello ama rekan timnya yang terdiri dari dua orang itu, kevin udah terlebih dulu menyambanginya. Pake masang muka cemberut yang nggak pantas buat wajah machonya. Memaksa-maksa Bayu supaya mau diajak makan. Bayu kan emang selalu ditakdirkan seia sekata ama sesuatu bernama traktir.

Maka di sini lah Bayu sekarang. duduk di salah satu spot A&W di jalan jendral basuki rachmad sambil menikmati seporsi asian chicken mixbowl plus root beer. Di depannya duduk sambil senyum-senyum nggak jelas seorang kevin yang kali ini —lagi-lagi mendapat pujian dalam hati Bayu — memakai short shirt pink list batik. Demi apa, cowok segahar kevin memakai kemeja warna pink? Dan sialnya dia terlihat makin ganteng lagi di mata Bayu. Apalagi shirtnya ngepas gitu di badan gempalnya. Walaupun nggak segdhe Andis apalagi panji tapi dada bidangnya yang tercetak jelas dari balik kemeja semakin membuatnya nampak seksi. Trisep bisepnya pun terpampang nyata tanpa balutan lengan panjang.

"gue cariin lu kemana-mana nggak pernah ketemu. Ke kos lo pun lo juga raib. Kayak ditelen bumi aja deh lo. Emang lo habis travelling lagi bay?" tanya kefin sambil mencomot cheese burger dengan mata yang terus bisa bikin Bayu salting.

"aku lagi nggak ada jadwal buat travelling sih. Cuma akhir-akhir ini aku lagi sibuk kerja."

Ekspresinya sama kayak pertama kali Andis menyangsikan niatan Bayu untuk kerja, dengan alis kanan naik satu tingkat serta mata yang agak kedut-kedut gimana gitu. Kevin sampai menghentikan gerakan mengunyahnya demi mencerna kalimat Bayu. Lebai banget deh pokoknya.

"tadi gue kayaknya denger lu lagi sibuk kerja. Tapi pasti kuping gue lagi budek nih. Coba lo ulangin lagi kemana lo akhir-akhir ini. pastikan kuping gue emang lagi eror sekarang."

"apaan sih kamu kev. Berlebihan banget sumpah. Emang kalau aku kerja kenapa?"

"ya nggak kenapa-kenapa juga sih. Cuma nggak kayak Bayu yang biasa gue kenal aja." Kevin nyengir, sambil garuk-garuk tengkuknya. Menggigit dengan rakus cheese burger seraya sesekali membasahi kerongkongannya dengan menyesap root beer.

Bayu tersenyum simpul, "emang yang kamu tahu dari aku apa aja? Kayaknya kita dulu nggak pernah seakrab ini deh semenjak kamu ama temen-temen kamu nraktir aku ama temen sekos di hari ulang tahunmu?"

Dan kevin terbatuk seketika, remahan keju muncrat dari mulutnya, buru-buru Bayu mengangsurkan minumannya buat kevin, yang langsung disambar dan ditenggak habis. Setelah kerongkongannya terselamatkan kevin cepat-cepat membersihkan meja yang berhamburan kejunya.

"sorry... sorry." Ucap kevin gelagapan, mengambil tissue dari kotaknya untuk mengelap mulut, "ehm.. lo emang belum kenal deket ama gue. Tapi sejak gue menjadi tetangga kos lo jujur gue tertarik buat ingin tahu lebih jauh tentang diri lo."

Bayu mengangguk canggung, mengusap tengkuknya kemudian bertopang dagu. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Mendengar jawaban jujur dan nggak bertele-tele dari pemuda tampan di hadapannya entah mengapa membuat hatinya menghangat. Dia memang belum tahu siapa itu kevin. Masih kuliah atau sudah lulus, walaupun Bayu beberapa kali pernah melihat kevin berseliweran di kampus tapi sampai saat ini dia tidak tahu cowok yang sekilas mirip chico jericco itu mahasiswa apa atau malah bekerja di sana.

"jadi kamu kepoin aku gitu kev." Tanya Bayu menyelidik dan sukses membikin kevin blingsatan kayak cacing kepanasan. Mata segelap arangnya berputar-putar di dalam rongga. Dan entah mengapa Bayu malah terkikik geli. Nggak menyangka sama sekali bahwa cowok yang telah menjadi tetangga kosnya selama kurang lebih tiga tahunan itu bisa berekspresi imut. Dalam haribaannya kan kevin itu 11-12 ama Andis yang sangar apalah-apalah gitu.

"gimana ya gue ngediskripsiinnya bay. Lo itu manusia super extrovert yang pernah gue lihat selama ini. temen-temen lo banyak. Di kampus siapa sih yang nggak kenal cowok gunung bernama Bayu S. Lencana? Semua orang di sepanjang koridor selalu say hello-in lo. Bahkan sampe dipojok-pojok kampuspun ada aja anak menyapa lo. Di semua penjuru fakultas, di semua komunitas, Bayu S. Lencana selalu dikenal. Itu nggak hanya karena lo yang gue nggak tahu kenapa ngegantungin skripsi sampe bertahun-tahun,tapi juga karena prestasi berorganisasi lo. Lo emang nggak pernah demo tapi perhatian lo ke lingkungan sekitar menyentuh sampai lapisan terbawah."

Itu berlebihan banget. Bayu kan nggak sehebat itu. dia hanya melakukan itu semua berdasar insting aja sih. tapi mendengar tingkah lakunya sendiri dari orang lain kok malah nggak kayak Bayu banget ya. Berasa dilebih-lebih kan gitu lah. Kevin pasti lihatnya dari sisi luar yang lempeng-lempeng aja. Sisi luar yang oke.. benar-benar mampu menggambarkan sosok Bayu kayak orang jenius. Bayu kan nggak jenius bleh masih ingat ip nya hanya mentok di nilai dua koma nol satu?? Kalau kevin melihat Bayu dari sisi dalam, dia bakal tahu kalau Bayu hanyalah seonggok sampah yang ikutan menyumbang sesak kota metropolitan surabaya. Sisi amburadul dan jungkir balik dunia Bayu yang sampai sekarang tidak pernah hafal secara harfiah apa itu medan elektromagnetik, padahal dia mahasiswa elektro njir.

"tapi..." kevin mengambil jeda, menghela nafas perlahan. Dia mengabaikan cheese burger yang tinggal separo di tempatnya. Menata anteng posisi tubuhnya yang tadi sempat salah tingkah. kedua tangannya dia tautkan di atas meja. Dengan mata yang sedari tadi berputar liar sekarang terpaku ke satu arah ... Bayu!!! Matanya menatap intens. Menyorot hangat seolah-olah berkata bahwa kedua netra itu memang diciptakan hanya untuk melihat Bayu seorang. Ya... fokus pandang retina gelap itu benar-benar mengkotak jasad Bayu.

Terbersit — walau hanya sedikit — Bayu seperti familiar dengan tatapan mata di hadapannya. Seperti sudah mengenal. Samar sih. Bayu sendiri tidak begitu yakin. Sorotan hangat tapi memberi efek membekukan. Bayu mengernyit, sesekali senyum timpang.

"walaupun lo orang yang terbuka dan open minded tapi bukan itu jati diri lo sebenarnya. Gue lihatnya keakraban lo itu adalah topeng yang selama ini lo pake untuk menutupi latar belakang kehidupan lo sebenarnya. Nggak tahu juga sih kenapa sampai gue berfikiran seperti itu. yang jelas sifat yang ada dalam diri lo selama ini hanyalah kamuflase semata. Sorry kalau omongan gue nyinggung lo atau gimana. Cuma dari yang selama ini gue ngamatin lo, hasilnya sih ya seperti itu."

Tubuh Bayu seratus persen kaku. Seberkas senyum yang terulas di sudut bibirnya pudar. Matanya membulat dengan pupil menyempit. Bulu kudu disepanjang lintasan punggungya meremang. Dan hawa gigil dari sosok di hadapnnya semakin menggigit.

Kevin yang kelihatannya tahu dengan perubahan Bayu, bangkit dari duduknya lalu duduk di samping Bayu. Tangannya yang besar dan kuat itu mengusap lembut punggung Bayu. Tangan satunya lagi yang bebas memegang dagu Bayu agar menoleh ke arahnya.

"lo kenapa bay? Tersinggung ama ucapan gue?" aroma soda dari minumannya tadi berhembus hangat menerpa wajah Bayu. Dengan jarak sedekat ini Bayu bisa melihat pantulan wajahnya yang seolah tenggelam dalam mata kevin. Tatapan mengintimidasi, dingin tapi menenangkan dalam waktu bersamaan. Bayu menggeleng lemah, "maafin gue bay.Gue Cuma mau jujur aja kok sama lo kalau selama ini dimata gue elo itu orang paling cerdas untuk berkamuflase. Tawa dan senyum tulus lo itu tak lebih dari semacam kedok untuk menutupi liang yang menganga dalam diri lo. Gue nggak butuh sekolah kepribadian hanya untuk mengenali kepribadian orang. tapi orang yang kenal lo betul dia akan tahu siapa lo sebenarnya. Bayu S. Lencana bukanlah mahasiswa bersahabat yang selama ini dikenal semua orang. tapi dia hanyalah artis pandai berakting untuk bersembunyi dari kenyataan hidup.

"sekali lagi gue minta maaf bay. Gue nggak berniat untuk menyakiti hati lo, Gue cuma nggak pengen berbohong aja ama lo. Gue mau diawal pertemanan kita ini kita buka dengan kejujuran. Gue juga nggak mau dan nggak pernah kepikiran untuk menyembunyikan apapun dalam pikiran gue kepada lo. Kalau boleh, gue pengen lo lah orang pertama yang mengetahui isi hati dan kepala gue. Gue emang bukan sahabat lo bay tapi setidaknya ijinkan gue untuk menjadi satu-satunya orang yang tidak akan pernah berbohong dalam hidup lo. Gue nggak akan menjadi manusia munafik di hadapan lo bay. Gue akan bilang A jika itu memang A, dan bilang B jika itu memang B. Gue bukan manusia yang hidup di dunia abu-abu. hitam, hitam sekalian, putih, putih sekalian. Percaya atau tidak di hadapan lo seperti saat ini gue benar-benar tidak mempunyai kekuatan untuk menyembunyikan sesuatu dari lo. Mungkin gue pernah bohong tapi lidah gue selalu kelu untuk berujar bohong di hadapan lo."

Sadis, kasar, dan terlalu frontal. Pendeskripsian Kevin tentang Bayu, jujur membuat Bayu tersinggung bukan main. Sekarang siapa sih yang mau dibilang hidupmu penuh kamuflase? Tidak ada!! bahkan Marvin si mahasiswa terpolos se Surabaya bakal mencak-mencak dikatain kalimat-kalimat pedas barusan. Tapi, ucapan-ucapan culas dan bengis yang lolos dari bibir Kevin, bener-bener mampu melumerkan hati Bayu. Menyentuh bagian dalam hidupnya yang selama ini terkunci rapat dalam ruang apak yang jauh-jauh pengen dia depak. Ini kejadian lagi. Sesuatu yang sudah terkotak dalam kubus usang itu kembali terjamah. Oleh dua orang yang berbeda. Pertama Mike, si malaikat kecil tanpa dosa, dan kedua Kevin, tetangga kos tiga tahunannya yang baru dia kenal dekat dua minggu ini. Jika mike menyentuh sisi terusang Bayu dengan kehangatan cintanya, maka, Kevin menyentuh sisi itu dengan kalimat dingin yang terkondensasi secara sempurna. Panas dan dingin. Dua hal berbeda tapi berada dalam kubah yang sama. Yin dan Yang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top