7. Kejutan tidak menyenangkan
Bayu berlari-lari kecil, melintasi halaman lapang depan gedung fakultas teknik. Tadi saat dia tengah asik bergelut mengerjakan proyek robotic dengan beberapa mahasiswa Teknik Mesin dan mahasiswa Teknik Informatika tingkat empat di Laboratorium Ekektro, salah satu Junior menghampirinya dan membawa berita yang tak penting buat Bayu.
Dosen pembimbing skripsinya dimutasi ke luar kota dan alhasil Bayu memiliki dosen pembimbing baru. Kayak Bayu peduli aja dengan skripsinya. Dia bahkan sudah lupa mengambil judul dan tema apa buat skripsinya. Parah banget kan? Dan lagi kata Si Junior yang Bayu tidak tahu namanya.
Bayu di'suruh' menghadap dosen pembimbingnya. Katanya wajib. Bah... sejak kapan tingkah laku Bayu di kampus ini ada yang memerintah. Dan sejak kapan ada orang bahkan dosen yang berani memeberikan mandat buatnya? Bayu adalah individu bebas di kampus ini.
Walaupun dia sangat bodoh dan pemalas dalam masalah pelajaran tapi tak seorangpun di kampus dalam jajaran dosen maupun para pejabat tinggi itu yang bisa seenaknya mengatur tingkah polah Bayu. Bukan!! Bukan tidak bisa, tapi mereka tidak diperbolehkan menyentuh Bayu. Seujung kuku sekalipun.
Tapi kini? What the hell... siapa pula orang songong yang berani-beraninya mengusik ketenangan Bayu? Bayu memang sangat bodoh. Nilai pelajaran menghafal dan segala hal berbau teori, tengkurap semua. Tapi herannya nilai praktikumnya selalu menjawari semua mahasiswa fakultas teknik.
Bayu selalu bersemangat jika berhubungan dengan Laborat Elektro. Itu merupakan dunia keduanya di kampus ini setelah Basecamp Mapala. Dan tadi Bayu sedang dalam proses pembuatan sistem elektronika robot yang dia dan tim robotiknya ciptakan.
Mendesign PCB (Printed Circuit Board atau papan sirkuit cetak, papan penuh sirkuit dari logam yang menghubungkan komponen elektronik yang berbeda jenis maupun sama lain tanpa kabel) dengan program Altium DXP (salah satu software yang mendukung perancangan Multi-Layer PCB, dengan simulai dan hasilnya dapat ditampilkan dalam model 3D). Sebuah tahapan penting sebelum rekan setimnya dari jurusan Teknik Informatika melakukan tugas mereka dengan membuat software yang nanti akan ditanamkan pada Mikrokontroler, sehingga robot dapat berfungsi sesuai dengan harapan.
Padahal dia sedang mood banget, apalagi robot yang dia dan timnya buat akan di ikut sertakan dalam Baronas (Lomba Robot Nasional) tapi tiba-tiba seorang dosen mewajibkannya untuk menghadap. Taik banget! Shilit lah! Bayu memang tidak suka banget jika dia diganggu saat sedang serius mengerjakan sesuatu.
Moodnya bisa langsung rusak. Kabar buruknya moodnya sudah amburadul saat ini. Dan satu-satunya orang yang menjadi tersangka udah melucuti moodnya adalah dosen pembimbing barunya. Kabar baiknya, Si Junior tadi ngomong pakai nada antusias banget kalau dosen pembimbing skripsinya kali ini adalah dosen baru Teknik Elektro. Om-om tua yang Yasin omongkan sering ngentot Yani tempo hari. Ah.. sial, makin nggak bernafsulah dia berurusan ama pedofil kayak dia.
Sebelum Bayu melangkahkan kaki ke ruang dosen yang udah bertahun-tahun tak pernah disatroninya, seseorang memotonng jalannya terlebih dahulu. Mata Bayu tertumbuk pada Laki-laki tinggi dengan tubuh atletis dan memiliki kulit coklat eksotis yang mengkilap tertimpa sinar matahari sedang berjalan menuju arahnya.
Rambut lurus sebahunya diikat kuda ke atas. Memaparkan wajah maskulinnya yang di sekitar rahang ditumbuhi jambang-jambang halus sesuai porsi. Jambang-jambang yang membuat kontur mukanya terlihat tegas dan manis dalam waktu bersamaan. Kedua alisnya lebat, mengikat kuat mata hitam tajamnya yang kayak pisau itu. Bibirnya merah ranum, sedikit tebal, mengingatkan Bayu akan sosok Chiko Jerrico dalam film Beta Maluku. Eksotis dan seksi dan keren. Dan... kenapa pula Bayu memperhatikan sosok itu berlama-lama? Dan kenapa pula Bayu memuji cowok itu? walaupun memujinya dalam hati, kan aneh aja rasanya.
"Yo. Bay,, Ini rokok dji sam soe yang gue udah janjiin ke lo, malam lalu," Kata cowok itu saat udah berada tepat di hadapan Bayu sambil mengulurkan sebungkus rokok dji sam soe kretek 16 pada Bayu.
"Ya ampun kevin masih inget aja kamu," Ujar Bayu sedikit terkejut lalu tertawa kecil menerima bungkusan nikotin tersebut dengan mata berbinar.
"Aku bahkan sampai lupa kalau dua minggu lalu kamu ulang tahun. Selamat ya, hehe, maaf telat. Kemarin-kemarin aku lagi banyak banget masalah."
Kevin mengangguk, menjabat tangan Bayu yang terulur padanya lalu dia tersenyum menawan, menampilkan jejeran gigi putihnya bak biji mentimun tersebut.
"Makasih. Iya telat banget. Gue kan ulang tahunnya udah dua minggu lalu. lo aja udah gue traktir tapi malah ucapan selamatnya baru gue terima," Katanya tegas dengan suara berat sambil mengerucutkan bibir.
Sumpah rahang Bayu sampai terasa ngilu menahan tawa. Cowok semaskulin dan berbadan macho di hadapannya itu sangat tidak cocok dengan ekspresi manyun. Apalagi sambil mengerucutkan bibir lagi. Satu-satunya cowok yang pantas dengan ekspresi seperti itu kayaknya Cuma Gempita aja deh. Bayu terkekeh kecil, menggaruk tengkuknya, "Mau gimana lagi. Aku sibuk banget sih."
"Hmmm.. Well bagaimana kalau untuk menebus keterlambatan lo ngucapin gue selamat, lo nemenin gue makan ntar siang di AW," Kata kevin lembut terus memasang senyum menawan yang lagi-lagi membuat Bayu merutuk dalam hati kenapa dia selalu memuji Adam di hadapannya itu.
"Wow... Emang ada peraturan kayak gitu?" Tanya Bayu yang merasa familiar dengan pertanyaannya sendiri. Untuk sesaat bayang wajah Mike entah kenapa tiba-tiba saja mampir di pelupuknya.
Wajah saat Mike merona bahagia memanggilnya papah dan melontarkan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaannya barusan. Perasaan menghangat berdesir di dada Bayu. Sebuah perasaan kehilangan dan .. Rindu?
Bayu sendiri tidak tahu bagaimana dengan perasaannya saat ini. Padahal dia baru mengenal Mike dalam sehari tapi sosok bocah kecil bak malaikat tanpa sayap itu seakan telah menawan seluruh perhatian Bayu. Semenjak Bayu diusir oleh daddy-nya Mike, dini hari, seminggu lalu itu.
Bayu sudah tidak pernah lagi mau menampakkan batang hidungnya di rumah besar tersebut. Harga diri dan perasaannya sudah dilukai sedemikian rupa. Tapi dia juga tidak menampik bahwa seminggu ini dia lalui dengan sangat berat karena bayang-bayang wajah Mike yang bahagia banget saat bersamanya selalu menderas pikirannya. Menyita seluruh waktu luangnya.
"Woyyy Bay jangan ngelamun lo..." Sentak Kevin melambaikan tangan besarnya di hadapan wajah Bayu.
"Ups sorry," Bayu terhenyak, menggelengk kepalanya keras untuk membuang wajah Mike dari ingatannya. Bayu tahu dan sangat sadar bahwa dia telah jatuh terlalu dalam dengan perasaan sayang kepada si kecil Mike.
Mike mengingatkan Bayu akan seseorang yang sangat dia kenal di masa kecilnya. Bocah laki-laki manis kesepian yang hidup dan besar tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Si Kecil yang menderita apalagi saat berusia tujuh tahun kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai dan dia secara paksa diajak tinggal bareng papanya di kota yang jauh dari mama. Sahabat Bayu paling mengenaskan yang meninggal dunia sejak tujuh tahun lalu.
"Yeeee dibilang jangan ngelamun..." Kevin menepuk bahu Bayu yang langsung gelagapan.
"Maaf-maaf, lagi kepikiran ama dosen pembimbing skripsi baruku nih, makanya rada soak kepala ku," Jawabnya asal mengeplak kepalanya sendiri supaya nostgianya mengingat sahabat masa lalu tersebut enyah dari ubun-ubun.
"Ntar jam satu siang gue jemput lo. Temenin gue makan. Oke?" Kevin menepuk bahu Bayu lagi, tersenyum simpul lalu menghilang begitu saja.
Tanpa sadar Bayu melepas nafas yang tidak sengaja dia tahan saat melihat senyum Kevin. Baru kali ini, dalam dua puluh tiga tahun hidup Bayu dia benar-benar bisa memuji senyum menawan seorang cowok. Dan anehnya hati Bayu ikut-ikutan senyum lagi saat melihat wajah menawan kevin. Ada yang salah ini ama otak Bayu. Dia menggelang, menengok kebelakang untuk melihat punggung Kevin yang mulai menjauh dari jangkauan matanya. Tiba-tiba dadanya berdesir aneh. What the hell,, benar-benar ada yang tidak beres di kepala Bayu.
Bayu kembali melenggang. Dengan adanya sebungkus rokok dji sam soe dalam kantong, moodnya mananjak seketika. Setidaknya ntar setelah minggat dari kantor dosen pedofil itu dia bisa mengenyahkan pikirannya yang akhir-akhir ini kalut di halaman depan gedung fakultas Andis. mungkin dia bisa mengajak Andis ama Gempita jika tidak sedang sibuk untuk nongkrong-nongkrong sebentar. Sumpah deh dua sahabat ngeselin itu memang Mood Booster paling ampuh.
Bayu mengernyitkan kening saat salah satu dosen yang dia temui di ruang sekretariat tadi menyuruh Bayu untuk masuk ke dalam ruang khusus yang hanya diisi oleh satu orang. ruang kerja yang serupa dengan kantor Rektor.
Bayu jadi berpikir — walaupn dia malas menggunakan otaknya untuk memikirkan dosen pedofil nggak guna itu — sehebat apakah dosen barunya itu sampai dia memiliki ruang kerja pribadi? biasanya dosen-dosen juga tempatnya di ruang dosen yang selalu berantakan itu.
Bayu mengetuk pintu tiga kali dan memutar kenop pintu lalu membukanya saat suara berat dari dalam sana menyuruhnya masuk. Bayu menutup pintu perlahan. Berjalan mendekati dosen baru itu yang sedang berkutat di balik layar laptopnya. Dia sudah akan membuka mulut untuk menyampaikan maksud tujuannya saat dosen tersebut menengadah dari laptopnya dan menatap tepat di matanya.
Bayu terpana. Koreksi. Dia terkejut sekejut-kejutnya entahlah Kosa Kata macam apa itu barusan. Intinya Bayu benar-benar kaget.
Dunia memang sempit bukan.
Dosen—yang seenak jidatnya Bayu katai dengan pedofil—yang tengah duduk di tempat kerjanya itu..... Panji. Daddy-nya Mike. Bah...!!!! dunia memang tak selebar biji upil.
===
Bayu menyandarkan tubuh di punggung kursi empuk di hadapan dosen pembimbingnya. Matanya melirik papan nama dari kaca yang ada di meja tersebut. Armada Panji Kelana. Panji?? Untuk sesaat Bayu merasa dunia sedikit mempermainkannya saat ini.
Pantas saja Budhe Irma menyebut-nyebut kampus saat berusaha membujuk Mike yang sedang berontak mengejar daddy-nya. dan menyebut kampus lagi waktu beliau tersulut marah dengan tingkah polah anak semata wayangnya. Bahkan sekarang Bayu—tidak tahu bagaimana kerja otaknya—sangat menghafal setiap suku kata yang wanita anggun pensiunan TNI AU tersebut ucapkan ketika memarahi anaknya.
'Memang kampus kamu ada kelas dini hari?'
Dia tersenyum kecil tanpa sadar. Lalu sepenggal obrolan Yasin dan kawan-kawan kosnya beberapa minggu lalu menggores salah satu lokus ingatannya.
'Eh Bat beneran dosen barumu Si Mada om-om ganteng itu'
Panji? Mada? Armada Panji Kelana? Tuhan benar-benar sukses bermain petak umpet dengannya. Ini semacam permainan rubik yang biasa Bayu mainkan jika dia sedang malas untuk bermalas-malasan.
Menggabungkan potongan-potongan warna yang tersebar acak lalu menjadikannya utuh dalam kesatuan. Menampilkan hasil akhir berupa slide-slide warna nyata dan sejenis dan hei 'Budhe Irma tak tahu kah engkau jika anak tunggalmu ini memang ada kelas malam?? Pelajaran ngentot dengan mahasiswanya sendiri'.
Oh... Bayu benar-benar benci dengan sosok di hadapannya.
Sepuluh menit penuh ruangan tersebut dalam keadaan hening. Baik Bayu maupun Panji atau Mada — Bayu nggak mau ambil pusing memutuskan memanggil dosen itu dengan sebutan apa — saama-sama bungkam. Hanya desahan nafas mereka saja yang sepertinya tidak memiliki keengganan untuk bercengkerama.
Saking heningnya bahkan Bayu sampai bisa mendengar pergerakan jarum jam dinding yang menggantung di belakang tubuh Panji — oke sekarang Bayu memutuskan untuk memanggilnya panji.
Panji menelanjangi Bayu dengan tatapan mematikannya. Sinar mata coklatnya menatap tajam. Kedua alis lebatnya menukik menyeramkan. Rahangnya terkatup keras dan kedua bahunya sangat tegang.
"Sebenarn—
Belum sempat Bayu menyelesaikan omongannya suara pergesekan roda yang melindas lantai terdengar saat tiba-tiba panji bangkit dari kursi putarnya. Bayu bahkan belum berkedip tahu-tahu sosok monster Panji telah berada di dekatnya. Mencengkeram pergelangan tangan Bayu kuat.
"Kamu pulang ke rumah saya sekarang." Desis panji sengit.
"Hah mak—
"Saya tidak mau mendengar penolakan. Mulai sekarang kamu tinggal di rumah saya," Pungkasnya mutlak, tak terbantah.
"Nggak. Ka—
"Akan saya pastikan kedua tangan saya sendiri yang akan mencekik kamu jika kamu tidak mau tinggal di rumah saya."
Mata Panji mendelik semakin mengerikan. Membuat Bayu bergidik dan bulu tengkuknya meremang.
"Apa-apaan in—
"Dengarkan saya Lencana!!! Rumah kamu sekarang saya!!!"
"Tunggu dulu!!!" Jerit Bayu kesal menepis cengkeraman Panji. Tapi sia-sia telapak tangan Panji seperti borgol yang mengikatnya erat. Dia akan mengeluarkan seluruh protesan sarkas dan segenap sakit hatinya saat perkataan Panji berikutnnya membuatnya bungkam.
"Mike pengen ketemu sama kamu."
"..."
"Saya tidak tahu sejauh mana kamu meracuni otak anak saya."
"..."
"Dia tidak berhenti memanggil nama kamu seminggu ini."
"..."
"Dia tidak mau makan apapun."
"..."
"Dia tidak mau main apapun."
"..."
"Bahkan dia menolak saya suapi."
"..."
"Mike jatuh sakit beberapa hari lalu Lencana!!!"
"..."
"Anakku kangen papahnya."
===
Sumpah deh ini apaan gitu? Processor otak Bayu aja bahkan masih meloading maksud dari ucapan-ucapan tegas tak terbantahkan dari mulut Panji tadi tapi sekarang dia sudah diseret oleh dosen pembimbingnya melintasi pelataran area parkir khusus dosen.
Catat dan garis bawahi bagian diseret. Karena Bayu benar-benar merasa seperti seekor kambing sekarang. Untung yang diseret Panji tangannya coba kalau lehernya, dia benar-benar jadi kambing deh.
Mahasiswa-mahasiswa cewek berseru heboh dan lebay ketika dua Adam berparas menawan tersebut melewati mereka. Bayu merasakan sekarang seluruh darah terpompa di kedua pipinya. Kalau dia bercermin —satu-satunya hal yang Bayu tidak suka — sekarang pasti dia bisa melihat kedua pipinya sudah semerah tomat.
Pemandangan ini aneh banget. Bayu yang selama ini tidak pernah tersentuh dosen manapun tiba-tiba diseret paksa sama dosen yang bahkan belum genap sebulan mengajar di sana. Trending topic nih. Bahkan tadi para dosen yang ada di ruang kerja mereka sampai keluar ruangan hanya demi melihat kejadiaan langka ini. Ajaib pokoknya.
Dia dan Panji sudah berada di dekat sebuah mobil corona sport warna putih ketika jaguar hitam mengkilap yang sangat elegan dan tentunya mewah parkir di samping mobil Panji. Tak lama kemudian pak burhan keluar dari sana. Dia sempat tersentak melihat penampakan Bayu dan panji tapi buru-buru mengulas senyum hangat sambil mengangguk kecil penuh hormat pada Panji.
Panji melakukan respon serupa. Dia melepas cengkeramannya pada Bayu dan mendekati Pak Burhan. Menjabat tangannya seraya ngobrol entah apa. Cuma sebentar sih, tapi Bayu menatap meraka tidak suka. Tanpa sadar dia sudah membuang mukanya sambil mendengus kesal.
Ketika Pak Burhan meninggalkan mereka tanpa mengindahkan sosok Bayu sedikit saja. Panji sudah membuka pintu mobil dekat kursi penumpang, mendorong Bayu masuk dengan kasar lalu membanting pintu hingga mengeluarkan suara cukup keras. Dia berjalan memutar membuka pintu sisi kemudi lalu sejurus kemudian mobil yang berpenghuni dua manusia berseteru tersebut lenyap dari parkiran.
"PAPAAAAAAHHHHHHHH!!!!!!!!!!!" Suara jeritan Mike menggema seluruh ruangan begitu Bayu yang takut-takut mengikuti langkah besar Panji memasuki rumah megah Panji lima belas menit kemudian sesaat setelah mobil yang membawa mereka, terparkir sempurna di garasi.
Tubuh kecil Mike menyongsong Bayu lalu sedetik berikutnya dia sudah melompat dan menghambur ke pelukan Bayu. Bayu yang juga sudah merasa kangen berat dengan anaknya tersebut langsung mendekap Mike, mengangkat tinggi-tinggi badan Mike sambil mengajaknya berputar-putar. Mike tertawa keras, dengan wajah merah merekah sempurna. Suara lantangnya membumbung tinggi, rautnya sangat ceria, matanya berair saking bahagia.
"Papah Mike kangeeeeeennn!!!!" Teriak Mike, menciumi muka Bayu bertubi-tubi sampai wajah Bayu basah terkena air liurnya, "Ya ampuuuun. Papah jahat banget tau..... Kenapa papah ninggalin Mike? Mike takut banget nggak bisa ketemu papah. Papah tahu nggak Mike tuuh mimpiin papaaah mulu," Celoteh Mike lucu, suara cemprengnya terceklik membahana di rumah besar tersebut. Bibirnya manyun, membuatnya semakin menggemaskan.
"Papa juga kangen banget sama Mike sayang," Bayu mengecup kening Mike, "Seminggu nggak ketemu Mike rasa-rasanya papa mau mati saja."
Er .. agak lebai sih, Bayu mencium kelopak mata kiri anaknya, "Papa selalu kebayang wajah Mike. Sampai papa nggak bisa makan karena kepikiran Mike mulu."
Emm.. Oke emang ini agak sedikit menuju lebai. Bayu kembali menjatuhkan ciumannya di kelopak mata kanan Mike, "Setiap papa tidur wajah kamu selalu muncul sayang."
Semakin lebai saja, Bayu mencium pipi kiri Mike, "Mike tuh anak papa yang paling papa sayang."
Oke fix Bayu sangat lebai sekarang, dia mendaratkan ciumannya di pipi kanan mike, puncak hidungnya, dan mencium sekilas bibir mungil Mike.
Bayu menelungkupkan tangannya di wajah Mike, sehingga si kecil itu mendongak dengan muka terekspos sempurna di hadapan Bayu. Kaki-kaki kecilnya mengait erat di pinggang ramping Bayu, "Sayang kamu kenapa kurusan begini sih?? Kamu jadi terlihat seperti kacang panjang tahu."
Mike tergelak. Tubuhnya berguncang-guncang kemudian dia menenggelamkan wajahnya di dada Bayu. Menghirup dalam-dalam aroma papahnya yang sangat dia rindukan. Mengusap-usap mukanya di kaos Bayu.
"Mike nggak bisa makan papah. Tiap mike makan pasti Mike selalu keingat waktu papa nyuapin Mike. Makanya tiap Mike makan Mike musti nangis. Karena Mike kangen papah. Kangen berat pah," Rajuk Mike, kepalanya mendongak.
Bayu menempelkan dahinya di dahi Mike. Hidungnya yang mancung merepet kuncup hidung mungil Mike sehingga deru nafas mereka saling bertabrakan. Menyalurkan segenggam rindu yang mengikat erat lubang hati mereka.
"Papa juga kangen banget sama Mike, sayang," Ucap Bayu lembut, tersenyum hangat—membuat bocah kecil dalam rengkuhannya tertawa lebar sambil meneteskan air mata.
"Mike nggak mau kehilangan papah lagi. Hiks.. hiks.. Pokoknya papah janji papah nggak akan meninggalkan Mike lagi. Hiks..hiks.. Papah harus janji agar selalu berada di samping Mike. Pokoknya papah janji ya pah. Ya pah ya...."
Bayu mengangguk. Berkali-kali. Dia sangat bahagia. Demi tuhan Bayu sangat bahagia. Kebahagiaan pertama dalam hidupnya. dia merasa seperi benar-benar hidup saat ini.
"Pokoknya papah itu milik Mike. Nggak ada yang boleh mengambil papah dari Mike. Pokoknya hiks hiks papah harus selalu ada di samping mike. Hiks hiks... pokoknya papah harus selalu nyuapin Mike, dongengin Mike, hiks hiks... pokoknya papah musti gosok punggung Mike saat mandi, nemenin Mike tidur sampai bangun. Ya pah ya. Janji ya pah ya...."
Bayu nggak tahu mau ngomong apa lagi. Tenggorokannya tercekat mendengar kalimat demi kalimat yang terucap di sela-sela isakan Mike. Hatinya menghangat. Rongga dadanya mengembang. Jutaan kupu-kupu, tawon, laron, lebah, capung entah apalah itu serasa berterbangan di perutnya. Ungkapan perasaan bocah kecil tanpa dosa itu telah sukses menyentuh sesuatu yang apak dan berlumut di benak Bayu.
Rasa kesepian yang selama ini bersembunyi di balik tirai senyumnya perlahan-lahan purna. Bayu semakin yakin jika saat ini sampai kapanpun nanti dia sayang, koreksi, benar-benar sayang sama Mike. Malaikat kecilnya.
"Iya sayang papah janji. Papah janji. Papah janji."
Tak jauh dari mereka yang saling menyalurkan rasa rindu teramat, berdiri dengan sangat tegang serta raut muka yang nggak bisa santai seorang panji. Biji matanya memicing. Dia mendengus kasar nggak suka. Tangannya melonggarkan seutas dasi yang melingkar di dalam kerah, melepas dua kancing teratas kemeja meah Maroonnya.
"Cepat buatkan saya makan!!!!" hardiknya tegas membuat Bayu dan Mike berjengkit lalu menoleh kearahnya, "Ingat tugas kamu di sini adalah pembantu!!! Bukan berarti anak saya memanggil kamu papa kamu bisa seenaknya melalaikan tugas!!!"
Panji menghempaskan tubuh di sofa. Matanya menyorot mata Bayu dengan bengis dan kejam, "Sebelum kamu mulai bekerja kamu harus ingat segalanya tentang Mike."
Bayu yang mendapat serangan menggebu-gebu nyaris tersentak karena untuk beberapa saat lamanya dia hampir lupa jika dia bisa temu kangen sama Mike atas hasil paksaan Si Monster pedofil itu. dia gelagapan dituding panji.
Jika tatapan mata Panji adalah sebilah clurit pasti sekarang tubuh Bayu berdarah darah di samping Mike. Bayu bergidik —lagi— ngeri. Dalam jarak sedekat ini dan dalam ruang terang ini sosok Panji jauh terliihat lebih menyeramkan jika kalian ingin tahu saudara-saudara.
"Pertama Mike alergi keju. Kedua dia tidak tahan dengan dingin. Tiga jangan pernah sekali-kali memberi Mike coklat atau Mike tidak akan bisa tenang dalam sehari. Jangan pernah mengajak Mike jalan-jalan tanpa seizin saya. Jangan pernah memberi mike makanan yang ada MSGnya. Dan yang paling penting Mike itu anak saya, jadi enyahkan pikiranmu untuk menculik anak saya. Oh... Satu lagi jangan pernah mencuci otak anak saya. Saya nggak mau jika kamu keluar dari rumah ini Mike lupa pada daddy-nya. Cam kan itu!" Jari telunjuk Panji menantang tepat ke arah Bayu yang masih melongo.
Apa yang Pak Tua suka ngentot omongin tadi?? Menculik Mike? Mencuci otak Mike? Yang benar saja!! Bayu bukan jaringan santoso kalau kamu ingin tahu wahai dosen tua. Ngaca sana, kamu jauh lebih mirip teroris yang suka menculik dan mencuci anak orang.
Bayu merasakan bahunya digoncang-goncang. Dia memalingkan perhatiannya dari Panji ke Mike yang menyuruh telinganya mendekati bibir Mike. Mike berbisik-bisik di telinga Bayu. Sedetik kemudian mereka tertawa miring. Lebih tepatnya menyeringai.
Bayu sendiri tidak tahu bagaimana Si Kecil polos masih dalam gendongannya itu bisa tertawa menyeringai sedemikian rupa. Panji mendelik. Menatap mereka gusar, "Apa kalian sedang merencanakan hal-hal buruk di rumah ini?" Tanyanya menyelidik, sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Ayolah Pak Tua, aku tidak akan merencanakan hal-hal buruk di rumahmu ini. Ya, setidaknya nggak sampai membuat rumahmu hancur lah," Kata Bayu nyengir kemudian kabur bersama Mike ke dapur sebelum Panji sempat mengolah data dari ucapannya.
====
Bayu meletakkan Mike di kursi tinggi dekat pantri. Dia kemudian berjalan ke gantungan apron, mengambilnya satu yang bermotif bunga-bunga warna Violet lalu memakainya.
Kali ini Bayu ingin membuat sop daging, mengingat beberapa hari lalu Mike sakit dan kehilangan nafsu makan, ia mau membuatkan sesuatu yang segar plus bergizi untuk melengkapi nutrisi Mike. Bayu mengeluarkan kentang, wortel, kubis, daun seledri, tomat, makroni, bakso dan daging segar dari kulkas. Mencuci bahan makanan tersebut di tempat pencucian, lalu memotong-motong dadu kentang dan wortel dengan ukuran pas. Selesai dengan itu dia memotong kecil kubis, tomat, daun seledri dan daging. Kemudian Bayu membuka almari perkakas, mengeluarkan panci dari sana. Mengisinya dengan air lalu merebusnya bersamaan dengan potongan daging. Tak lama berselang, Bayu memasukkan bahan-bahan sop lainnya sambil menaburi masakannya dengan bumbu-bumbu yang sudah diraciknya.
Setengah jam berlalu dari aktivitasnya, semangkok besar sop daging sudah tersedia di meja makan. Mike yang mencium aroma tersebut berseru heboh dan meminta-minta Bayu untuk segera menyuapinya.
"Mike tunggu di sini dulu ya sayang. Papa mau memanggil daddy untuk makan dulu." Ucap Bayu menurunkan Mike dari gendongannya dan mendudukkan Mike ke salah satu kursi di meja makan.
Bayu melenggang ke ruang utama. Matanya bersirobok dengan sosok Panji yang sedang menelpon mesra dengan seseorang entah siapa. Kata-kata sayang, cinta, hunny, dan ciuman-ciuman menjijikkan terlontar dari mulut Panji. Bayu mendengus. Orang kayak gini mau mendidik Mike? Oh ayolah. Mike akan tumbuh jadi orang rusak dewasanya nanti.
"Iya sayang Mas tadi pulang dulu. Anak Mas rewel dan sering uring-uringan akhir-akhir ini."
Bayu sukses mual. Dia benar-benar merinding sekarang. Dia yang sengaja berdiri di belakang Panji yang tengah berdiri mondar-mandir di teras jadi mau muntah sendiri.
"Nanti malam mas akan ke rumah kamu sayang... Iya iya Mas janji... Kamu mau beli apapun akan mas turutin.... Iya sayang iya... jangan ngambek donk.... Selama ini kan Mas kerja kalau uangnya bukan buat kamu buat siapa lagi... Iya sayang... Muach-muach... Persiapkan dirimu nanti malam ya sayang, Mas udah kangen. Muach..... Bye my wify..."
My wify? Seriusan tuh pedofil ngomong hal cabe-cabean seperti itu? dia sadar nggak sih usianya sekarang? nggak cocok banget tahu.
Panji berbalik dan sukses besar terjengkang saking kagetnya melihat Bayu, "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" hardiknya galak dengan muka yang agak pucat, "Kamu? Nguping saya??" Matanya menyalak, "Dasar pembantu udik!! Kamu nggak pernah diajari menghargai privasi orang?? Oh... kurasa tidak pernah. Melihat betapa liar dan bodohnya kamu, saya pikir orang tua kamu tidak sudi untuk mengajari anaknya."
Bayu gusar. Tangannya mengepal. Dia memejamkan matanya menahan marah. Mencoba menghadirkan tawa Mike di pelupuknya untuk meredam amarah.
"Maafkan saya Tuan," Desis Bayu sarat akan emosi yang tertahan, matanya perlahan membuka, "Saya kesini cuma mau memberi tahu kalau makan siangnya sudah siap. Mike sudah menunggu daddy-nya di ruang makan. Mengingat dia tidak nafsu makan selama seminggu ini, jadi jangan sampai mencoba mengabaikan Mike yang sedang bahagia sekarang hanya demi gundikmu."
Panji langsung mencengkeram kaos Bayu, tubuhnya yang tinggi itu kontan membuat Bayu terpaksa mendongak tak suka, "Maksud kamu ngomong seperti itu apa?" sengitnya tajam, "Saya peringatkan kamu sekali lagi, posisi kamu di sini Cuma pembantu. Jongos. Pelayan. Bukan berarti Mike memanggil kamu papa kamu bisa berbuat seenaknya. Jika kamu berulah saya tidak akan segan-segan mengeluarkan kamu dari rumah saya lagi. Saya majikan kamu dan jangan pernah berbicara yang tidak –tidak tentang saya!!!"
"Saya tidak lupa posisi saya di rumah ini. Saya memang pembantu yang kebetulan dimahkotai papa sama anak anda. Pernah anda berpikir kenapa anak anda memanggil saya papa padahal baru sehari bertemu?"
Panji bergeming. Genta dalam kepalanya berdentang nyaring. Iya.. kenapa? Kenapa Mike sampai memanggil orang asing papa? Mike adalah anak introvert sekaligus nakal selama ini. Tapi kenapa? Sebuah pertanyaan asing tiba-tiba bersarang di pikirannya.
"Anda tidak tahukan kenapa? Karena pada dasarnya Tuan, kasih sayang saya sama Mike jauh lebih manusiawi disebut papah dari daddy-nya sendiri. Saya memberikan cinta tulus saya kepada Mike. Satu-satunya hal yang tidak pernah daddy-nya kasih. Saya sayang sama Mike saya cinta sama Mike. tapi daddy-nya apa huh? Malah bermesra-mesraan sama gundiknya. Mengabaikan Mike demi perempuan murahan."
BRUAAAKKKKK!!!!
Reflek panji mendorong kuat tubuh Bayu sampai membentur pintu. Bayu terjerembab di lantai dengan rasa sakit yang menghujami punggungnya.
"Tahu apa kamu soal kasih sayang dan cinta untuk Mike???" Bentaknya lantang, kakinya yang terbalut sepatu pantofel menginjak pergelangan tangan Bayu, "Kamu Cuma orang asing Lencana!!! Kamu tidak berhak menghakimi saya!! Saya sudah memberikan Mike segalanya yang dia suka. Segalanya.. Semua mainan keluaran terbaru selalu saya beli buat Mike. semua mobil-mobilan canggih Mike punya. Apapun yang dia minta selalu saya beri. Kamu jangan sok-sokan mengadili saya Lencana. Kamu tidak tahu apa-apa tentang saya. Kamu cuma mahasiswa tolol—miskin yang tidak punya otak, dan sangat rendahan!!!"
Di bawah sana Bayu menyeringai, sambil menahan sakit di punggung sama pergelangan tangannya, netra madunya memaku panji, "Saya memang tidak tahu apa-apa tentang anda Tuan. Tapi saya tahu segalanya tentang anak anda. Yang dibutuhkan Mike bukan mainan-mainan mahal ataupun mainan keluaran terbaru. Mainan itu cuma benda mati yang tidak bisa melindunginya.
"Kalau anda mau menggunakan otak anda untuk berfikir seharusnya anda tahu yang jauh dibutuhkan Mike itu adalah sosok Ayah. Sosok orang tua. Belaian kasih sayang dari orang yang menghadirkannya di dunia ini.
"Mike butuh Ayah. Mike tidak butuh mainan sampah. Karena anda tahu Tuan? Bocah lima tahun di rumah tuan yang besar ini benar-benar merasa kesepian."
Panji tertampar. Injakan kakinya mengendur seketika. Hal itu membuat Bayu segera menarik tangannya dan mencoba berdiri dengan tertatih-tatih.
Bagai di sambar petir, ucapan-ucapan Bayu berusan seolah mencambuk kesadaran Panji. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya, Panji merasa tercekik dari zona amannya selama ini. Zona aman yang hanya terisi mendiang istrinya. Bukan kali ini saja Panji mendapat kata-kata kasar perihal perilakunya terhadap Mike.
Budhe Irma sudah hampir jutaan kali selalu menyatrunya dengan amarah yang menggebu-gebu, namun dari sekian amarah dari mamanya tersebut tak ada satupun yang mampu menyangatnya seperti ucapan Bayu barusan.
Mike kesepian? Benarkah?
Bayu yang sudah berdiri sempurna di hadapan Panji berbalik badan dan meninggalkannya. Namun belum tiga langkah kaki-kakinya berjalan dia berhenti, membalik badan lalu menghadapi Panji lagi.
"Satu lagi Tuan," Ujar Bayu, beringsut mendekati Panji, " Sekeras apapun usaha anda untuk mengusir saya lagi, saya tidak akan pernah meninggalakan rumah ini barang sejangkah saja. Sudah cukup saya dengar Mike sakit. Saya tidak akan membiarkan anak saya sakit gara-gara papanya tidak ada di sampingnya."
"PAPAAAAAAAHHH BURUAAAAN MIKE UDAH LAPAAAAAAARRRR!!!!"
Suara jeritan Mike bertalu-talu. Bayu langsung pergi meninggalkan Panji yang masih terpaku.
...
#Sigh ~
Editing itu kayak nyari kutu di rambut kolong wewe yang udah nggimbal, dibuang satu-satu kutunya, terus dikeramasin.. #huft.
Mohon bantuan dengan menandai dan mmberi pembetulan, kalau masih ada salah-salah dalam penulisan.
Regards to all bypasser, reader and follower. (ノ´∀`*)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top