6. Anak kecil itu bernama Mike

   Tidak menunggu waktu lama begitu Bayu mendapatkan alamat Budhe Erick yang demi Tuhan itu dekat dengan kampusnya. Bayu langsung menyatroni apartement Andis keesokan harinya. Dia sangat bersemangat, sampai nobitapun berkali-kali mendapat kecupan manis darinya.

    Dengan kekuatan bulan yang bisa meghancurkan musuh, Bayu menggedor-gedor pintu apartement Andis. dia tidak peduli kalau Andis mendampratnya karena membangunkannya jam enam pagi.

    Bahkan Bayu akan pasrah saja kalau Andis mau memukulinya seperti di kantin fakultas hukum beberapa waktu lalu. Walaupun itu sangat mengerikan, mengingat bagaimana pukulan thai boxing Andis membuat kepalanya berdenyut-denyut selama beberapa hari, tapi Bayu dan semangat hidupnya tidak menghiraukan itu. Oh... Bahkan sekarang di dalam otaknya muncul sebuah ide gila. Dia akan mengadu pada Gempita kalau Andis sudah mendurhakainya seagai adik. Bocah imut nan menggemaskan itu pasti ada di pihaknya.

    Meskipun Bayu pernah mendapat tamparan dari Gempita yang mengakibatkan rokok dji sam soenya jatuh ke tanah – ini kenangan buruk yang coba dienyahkan Bayu – tapi sekarang dia datang dengan alasan kuat. Sebuah alasan yang membuat Gempita seratus persen akan mendukungnya. Ah.. Pasti kali ini Gempita akan menyetujui alasannya menggedor pintu apartemen Andis jam enam pagi. Kalau Andis sampai tega memukulnya lagi Gempita akan melawannya. Bayu menyeringai, tersenyum miring. Betul-betul ide jahat luar biasa bukan di dalam otaknya sekarang ini?

    Bayu menggedor pintu mahoni berpelitur cantik di hadapannya lagi, memasang smirk menakutkan. Bukan, bukannya dia nggak berani melawan Andis. Tapi, ayolah pemuda kerempeng seperti dia akan langsung tumbang dalam sekali kedipan mata. Dan manusia setengah Hulk pemilik gen king kong macam Andis hanya bisa luluh di hadapan Gempita. Betul-betul licik pemikiran Bayu. Memanfaatkan kepolosan adik tingkatnya demi seb—

    Mulut Bayu menganga. Rahangnya jatuh. Mungkin kalau diibaratkan, sekarang langit-langit apartemen Andis runtuh dan menimpanya. Dia—oh, Bayu bungkam. Ide-ide jahat nan licik dalam otaknya tergusur dengan kenyataan aneh di depan matanya. Bahkan sekarang prosessor dalam otaknya memanas lalu gosong. Ini sungguh—ini , akh... terlalu absurd. Terlalu—

"Mas Bayu ngapain kesini?" Oh, betapa melenakan sekali mahkota nama 'Mas' yang terlontar dari bibir mungil itu untuk didengar. Sangat memanjakan urat sarafnya. Memberi rasa manis di lidah asamnya yang menganggur dari aktifitas mengemut rokok selama dua pulluh empat jam belakangan ini.

    Suasana hati Bayu menghangat. Tatapan matanya lembut. Dia tersenyum, sebuah senyum ketulusan yang secara otomatis membuat cowok bertubuh cebol di hadapannya tertawa lebar.

Segala ketakutan yang merong-rong sanubari Bayu karena berani menggedor pintu Andis di pagi buta ini seolah sirna hanya dengan melihat sosok Gempita di hadapannya.

    Ya tuhan, pemuda di hadapan Bayu saat ini sangat menggemaskan. Dan lagi, kapan Gempita absen dari kosa kata menggemaskan dari pikiran Bayu? Apalagi dia memakai kemeja biru laut milik Andis yang kebesaran ditubuhnya, membuat bahu kiri mulusnya terekspos, dan celana pendek yang dia kenakan tenggelam di balik kemeja—atau dia memang nggak memakai celana? – sehingga paha putih aduhai menggiurkan itu tersapu ama mata Bayu.

    Gempita sangat seksi. Menggundang gairah. Bibirnya yang merah ranum sedikit bengkak itu terlihat sangat segar ketika bangun tidur. Matanya yang hitam berpijar terang seterang matahari.

     Dia sungguh.. Tunggu dulu!! Kemeja Andis? Ya, kemeja Andis? kenapa tu bocah sampai pakai baju Andis ? dan ngapain pula Gempita udah ada di dalam apartemen Andis pagi-pagi gini? Dan kenapa pula bibirnya bisa bengkak?

    Bayu mengernyit, diamatinya pemuda mungil dihadapannya tersebut dengan seksama dan matanya lagi-lagi membulat saat terlihat bercak-bercak merah bekas sepongan terlukis disekujur leher Gempita. Bahkan bahu ama tulang selangkanyapun tak luput dengan Kissmark-Kissmark mengundang gairah.

    Bayu berdeham, membasahi kerongkongannya yang terasa kering akibat melihat keseksian tubuh si mungil, "Eh ada Gempita, Mas Bayu mau nyari Andis nih. Ada keperluan penting."

   Gempita manggut-manggut, tertawa kecil sehingga menyembunyikan matanya yang emang sipit itu, "Silahkan masuk Mas Bayu. Andis juga baru bangun, mungkin dia sudah selesai pakai baju." Sudah selesai memakai baju? Ah.. lagi-lagi Gempita melontarkan kalimat ambigu lucu yang membuat otak Bayu kelimpungan mengartikannya. Gempita membuka lebar pintu dan menyilahkan Bayu masuk duluan.

    Bayu memutar tubuh, membiarkan Gempita jalan mendahuluinya kemudian dia menggeleng-gelengkan kepala melihat cara jalan Gempita yang sedikit timpang dengan kedua kakinya yang mengangkang.

"Ngapain lo nyet kesini? Gangguin moment-moment indah aja lo ah?" Sembur Andis begitu Bayu sudah nyampai di ruang tengah yang merangkap tempat tidur itu. Lagi-lagi Bayu kesusahan menagguhkan air liurnya melihat penampilan Andis yang hanya dibungkus celana dalam Calvin Cleinn putih dengan isi menyembul minta dikeluarkan. Tubuh gempal 11-12 ama king kong-nya terekspose nyata.

   Mata Bayu menyipit, "Kamu habis ngentot Gempita?" tanyanya frontal yang langsung dapat sadukan dari Gempita.

"Enak aja mas Bayu ngomong," Cibir Gempita bersungut-sungut, melipat kedua tangan di depan dadanya, "Siapa yang ngentot? Andis cuma mengajarin Gempita bikin anak seperti yang ada di komiknya itu. Karena nggak ada pihak wanita jadi Andis nusuknya ke lubang Gempita. Bukannya ngentot. Cam kan itu mas Bayu. Niat Andis kan baik supaya nanti pas Gempita malam pertama dengan istri Gempita, Gempita udah nggak canggung lagi. Udah profesional gitu."

    Astaghfirullah!!! Bayu mengeplak kepalanya sendiri,sambil meringis menahan sakit dibetisnya akibat sadukan dari Gempita tadi. Kepolosan Gempita sudah terusak. Andis yang mendengar cuma cekikikan. Ini bahaya. Bahaya. Tapi Bayu nggak menghiraukan itu. dia juga nggak mau mencampuri orientasi seksual Andis ama Gempita. Asalkan mereka berdua bahagia kenapa harus dipusingkan? Dia berjalan mendekati Andis, memegangi lengan kial berototnya.

"Ndis... aku butuh banget pertolonganmu," Desaahnya mendramatisir, "Aku mau melamar pekerjaan nih, tapi syaratnya aku harus bersih, rapi dan wangi gitu. Kamu dandani aku dong, biar penampilanku sedap dipandang mata."

    Andis menaikkan sebelah alis, meletakkan ujung telunjuknya di kening Bayu lalu mendorongnya kebelakang sehingga cengkeraman lemah tangan Bayu di lengannya terlepas, "Lo bangunin gue pagi-pagi gini pakai gedor-gedor pintu Cuma untuk nyuruh gue dandani lo? Siapa lo? OGAH gue."

"Andis!!!" Jerit Gempita, menggeembungkan pipinya, "Nggak boleh gitu. Andis harus tolongin Mas Bayu supaya Mas Bayu lulus seleksi dalam wawancaranya ntar. Kalau Andis nggak mau bantuin Mas Bayu, Gempita nggak mau diajarin bikin anak lagi nanti malam. Gempita nggak mau lagi ngemut burung Andis yang kayak singkong itu. Biar Andis tahu rasa."

   Ya tuhan, Gempita!! Ucapanmu nak. Ini awkward banget. Bayu memasang ekspresi bego, sementara Andis melongo dengan air liur menetes-netes. Isi di dalam celana dalamnya semakin tegak lurus.

"Ehem.... Oke oke," Andis memalingkan wajahnya dari Gempitaa. Bisa berabe kalau mandangin Gempita terus-terusan, dia bisa khilaf dan mempertunjukkan Live Show bokep gay di depan Bayu. Ya kalau tuh orang alim dan nggak bernafsu liat Gempita digenjot, kalau tiba-tiba Bayu ikutan khilaf trus mengajak Threesome gimana?, "Gue bantu lo," Sorot matanya menusuk mata Bayu, "tapi jawab pertanyaan gue dulu. Elo mau ngelamar kerja dimana?"

"Di rumah Budhenya Erick. Dia lagi butuh pembantu. Makanya aku harus berpenampilan semenarik mungkin biar Budhenya kepincut dan mau merekrut aku jadi pembokatnya."

"Mas Bayu serius ngelamar pembantu?" Pekik Gempita, menggigit bibir bawahnya, "Kasihan banget Mas Bayu, maafin Gempita nggak bisa bantuin Mas Bayu cari kerja yang lebih baik lagi."

"Gak apa-apa kok. Gempita santai aja. Bisa jadi pembokat udah syukur banget kok. Gempita inget kan Mas Bayu Cuma mau ngumpulin duit buat bayar hutang. Kalau hutang Mas Bayu udah lunas, mas Bayu bakalan resign kok," Jawab Bayu lembut sambil tersenyum.

"Erick?" Andis mendelik, "Siapa tuh?"

"Anak komunitas skateboard. Sama-sama anggota ISA ( Indonesian Skateboarding Association ) yang sering mangkal di skateboard track di Bungkul. Kemarin dia nawarin aku kerjaan itu. Ya udah sikat aja. Pliss ya tolongin aku, ya ya...."

   Andis mendengus kesal, menyedekapkan kedua tangannya, "Trus lo udah mandi?" tanyanya sengit, menaikkan dagunya dengan tatapan mengintimidasi.

   Bayu nyengir, mengangkat symbol V ruas jari-jarinya, "Belum, tadi habis dengerin kultum di Masjid langsung terbang ke sini," Dia memasang senyum dua belas jari, menampilkan ketiga puluh dua gigi-gigi kecilnya yang menguning, "Cuma sempat gosok gigi aja pas bangun tidur tadi."

"Cek ah...." Sungut Andis geram, melepas kancing baju Bayu satu per satu, "Repot deh ngurusin bayi tua macam lo, " Tangannya terampil melucuti kemeja Bayu, melepas dan membuang asal sekenanya, "Tumben bau tubuh lo nggak rempah busuk lagi?" Tanyanya saat Bayu udah telanjang dada di hadapannya.

"Hehe, kemarin dimandiin Yasin ama Haikal di kos."

    Andis menggelengkan kepala, melepas gesper Bayu. Membuka kancing celananya, menurunkan resleting ke bawah.

"ANDIS!!!!" Jerit Gempita tiba-tiba membuat Andis mem-pause gerakannya dan memalingkan muka ke arah Gempita.

"Kenapa Gempita?"

"Andis mau ngapain Mas Bayu?" Tanya Gempita shock.

"Mau nelanjangin nih bocah lah. Diakan kudu dicuci biar bersih."

"Tapi kan nggak di hadapan Gempita juga Andiisss. Langsung dikamar mandi sana. Titit Gempita bisa berdiri kalau lihat mas Bayu telanjang," Dia merengut sebal, mengerucutkan bibir lalu berjalan ke sisi lain single bed yang ada di sana, "Gempita mau pakai celana dalam aja. Biar titit Gempita nggak bisa berdiri."

" Udah kamu nelanjangi Mas Bayu di kamar mandi sana."

   Ini sudah kelewatan, Andis sudah tidak bisa mencerna perkataan Gempita lebih lanjut. Libidonya mencak-mencak. Kepala 'anu'-nya sampai menyembul dari celana dalam, dia berjalan mendekati Gempita lalu mencium bibirnya sekilas baru kemudian menggiring Bayu ke dalam kamar mandi.

"Parah lo udah ngerusak anak orang," Cibir Bayu yang tak dihiraukan Andis.

   Di kamar mandi Andis melanjutkan menelanjangi Bayu. Lalu memandikannya, menggosok seluruh permukaan kulit Bayu, mulai dari punggung, lipatan tangan, ketiak pokoknya semua, dengan shower puff yang banyak busa lembutnya. Dari kulit terluar sampai terdalam, bahkan ke area selakangan Bayu, menggosok penis Bayu yang mengkeret beserta dua butir pelir di belakangnya. Tak ada yang terluputkan sedikitpun dari gosokan Andis, sebutir debu yang sembunyipun ikut terangkat puff, lubang-lubang pori-porinya ikut-ikutan disumpal.

   Belum selesai dengan menyabuni Bayu, Andis membilas tangannya lalu berjalan menuju kotak perkakas mandi untuk mengambil botol shampo 'All Damage care' dari sana, membuka tutup botolnya dan menuangkan banyak-banyak cairan kental berwarna biru di telapak tangannya. Sejurus kemudian rambut kriwil Bayu sudah banjir busa shampo beraroma mint.

   Kedua tangan Andis mengucek-ucek rambut Bayu, sambil memberikan pijitan-pijitan ringan di kulit kepalanya. Ruas jari-jari Andis menyelusup di tiap surai Bayu. Mengenyahkan segala macam kotoran di sana. Menekuk-nekuk kepala Bayu ke depan ke belakang, kanan ke kiri.

   Setelah itu Andis kembali membasuh kedua tangannya kemudian dia mengeluarkan Face Wash dari tempat yang sama. Tak butuh waktu lama wajah Bayu sudah penuh busa dari 'Facial Foam plus Scrub' tersebut. Jemari besar Andis luwes menekan-nekan halus permukaan wajah Bayu dengan gerakan putar ke atas. Mem-facial muka Bayu seluruhnya mulai dari dahi, hidung, pipi, dan dagu, pokoknya tak ada yang terlewatkan sedikitpun.

   Setelah prosesi menyabuni, mengkeramasi plus facial Bayu selesai, Andis memutar keran shower dan membiarkan jatuhan ribuan air dari shower membilas busa-busa di sekujur tubuh Bayu.

  Bayu diam saja. Membiarkan Andis melakukan tugas pentingnya pagi ini. selesai mandi, Andis memakaikan bath robe putih berbulu lembut ke tubuh Bayu kemudian mengeringkan rambut basah Bayu dengan handuk. Menggosok-gosok kepala Bayu sampai rambutnya benar-benar kering dengan gerakan lembut lalu diajaknya Bayu ke walk in closet.

   Andis sibuk memilah-milah baju yang cocok dengan tubuh Bayu. Agak sulit sih, pasalnya tubuh Bayu Cuma setengah dari tubuhnya, untung Andis masih menyimpan baju masa-masa SMAnya, sehingga kemeja flanel motif kotak-kotak warna kuning- hitam cocok dan pas di tubuh Bayu.

   Andis kini pergi ke jajaran gantungan celana panjang, mengambil celana skinny jeans berwarna coklat muda lalu memasangkannya ke Bayu. Agak kepanjangan sih, tapi masih terlihat pas kok. Dia kemudian berjalan ke rak khusus sepatu yang menampilkan puluhan pasan sepatu,mengambil sepasang sepatu 'Loafers' berwarna senada kemudian memakaikannya ke kaki Bayu.

   Pemuda di hadapannya sekarang menjelma menjadi sosok yang menawan. Bayu sudah tidak dekil lagi, rambut kritingnya yang masih basah sedikit dan menempel di sebagian wajahnya malah membuatnya terkesan seksi. Wajah Bayu terlihat segar dan berwarna terang, sehingga siapapun yang melihat tidak akan menyangka bahwa dia sudah berusia 23 tahun.

   Andis kemudian menggiring Bayu ke ruang utama. Di sana sudah ada Gempita dengan sebuah hair dryer di tangannya. Seolah mengerti dengan tugasnya, Gempita menyuruh Bayu duduk di depan cermin rias—mengeringkan rambut Bayu dengan hair driyer.

   Tidak membutuhkan waktu lama, surai coklat bergelomban-gelombang milik Bayu sudah kering. Kini rambutnya terasa sanga lembut. Bahkan Bayu bisa memainkan tiap helai rambutnya. Gempita meletakkan hair dryer lalu mengambil sisir, sejurus kemudian di tangan Gempita rambut Bayu telah tersisir rapi. Gempita mengikat rambut Bayu dalam gelungan ketat dan memampatkannya di atas.

  Wow—dari balik cermin, Gempita seolah-olah melihat sosok wajah Reza Rahardian yang terperangkap tubuh ceking Vikri Rasta. Dan sialnya Andis juga mengakui hal itu. Bayu benar-benar ganteng. Banget!!

  Untuk sentuhan terakhir Andis menyemprotkan cologne 'Davidoff Cool Water' ke tubuh Bayu, sehingga aroma mint dengan nuansa hijau, lavender, rosemary dan ketumbar yang berbaur dengan aroma geranium, neroli, melati dan kayu cendana menguar dari badan Bayu.

   Baunya yang khas juga segar, sedang tidak terlalu menyengat benar-benar sangat memikat. Apalagi aroma rempah ajaib dari tubuhnya juga tercium walaupun Cuma samar-samar. Bayu jadi merasa semakin percaya diri, dan semangat untuk memperoleh pekerjaan.

"Wow... Bisa ganteng juga lo," Celetuk Andis, memandangi sosok Bayu yang menjelma menjadi pemuda mempesona melalui pantulan cermin.

"Thanks banget bleh. Aku nggak pernah sepercaya diri ini," Kata Bayu antusias, dia memegangi botol parfum dengan falcon berwarna biru itu dengan antusias, "Wangi banget parfum kamu ndis."

   Andis berdecak sebal, "Kalau lo keterima kerja di sana, parfum itu untuk lo."

"Beneran?" Bayu menatapnya semangat. Dia melonjak gembira dan sudah akan memeluk Andis saat tangan Gempita menepisnya terlebih dulu.

"Heh. Mas Bayu, nggak ada yang boleh peluk Andis. Pelukan Andis tuh cuma buat Gempita," Rajuknya manja, Andis langsung merona mendengar ucapan Gempita. Bayu Cuma nyengir.

"Ya udah deh bleh, aku caw dulu ya. Doain aku mendapatkan pekerjaan ini," Kata Bayu riang.

"Gue antar."

"Thanks sob, tapi aku mau ke sana sendiri aja. Lagian aku mau menemui Yasin dulu."

"Yasin? ngapain?"

"Nggak tahu nih. Perasaanku kuat banget untuk menjumpai Yasin. Mungkin aku mau pinjam ukulelenya. Ah firasatku sih ngomongnya gitu."

"Hah??? Aneh-aneh aja lo. Gue antarin biar cepet."

"Sorry Ndis. Tapi aku benar-benar kudu nemui Yasin sekarang. Ya udah aku pergi dulu."

===

   Bayu sudah berada di depan sebuah rumah megah dua lantai yang memiliki pilar-pilar setinggi langit. Satu kata yang melintas di pikiran Bayu saat ini. Kaya. Ya majikannya pastilah orang yang sangat kaya. Bahkan dua pintu depan yang berukir-ukir itu juga menjulang gagah. Sehingga Bayu terlihat seperti kurcaci di hadapan pintu.

    Setelah menjumpai Yasin yang sedang bedesah-desah ria sambil coli bareng Haikal di kamar kosnya dan menyambar ukulele yang tergeletak di atas kasur— Bayu langsung melesat ke alamat yang diberikan Erick.

    Kini di punggungnya tersampir postman bag dengan sebuah ukulele. Bayu sendiri juga tidak tahu mengapa dia butuh ukulele. Dan mengapa dia membawanya ke sini. Benda usang berusia hampir 10 tahun itu jadi terlihat seperti seonggok sampah di hadapan rumah megah.

   Untuk sesaat Bayu ragu, melanjutkan mengetuk pintu atau pulang ke kos mengembalikan ukulelenya. Dia masih di hadapan pintu. Menyorot kenop pintu yang terbuat dari batu porselain gradasi warna coklat muda, coklat tua dan kuning.

   Bayu mengangkat tangan dan sudah akan mengetuk saat tiba-tiba pintu raksasa itu menjeblak terbuka dan seorang anak laki-laki berusia sekitar lima tahun luar biasa imut dan tampan keluar sambil nangis jerit-jerit. Bayu buru-buru menepikan tubuhnya.

"Ya ampun michael, Daddy kamu masih kerja, nurut sama Eyang ya."

   Bayu terbengong-bengong mendapati seorang ibu-ibu berusai enam puluh tahunan yang memakai setelan baju kebaya lengkap dengan kain jarik lurik membalut pinggul sampai pangkal telapak kaki plus konde sebesar ban nobita lari tergopoh-gopoh mengejar bocah tadi.

    Sepatu sandal selop warna hitam yang ada berliannya berkeletok-keletok nyaring. Dia mencoba berjongkok walaupun terasa sulit, memegangi tubuh si bocah yang meronta-ronta.

"Mike mau Daddy.... Mike mau Daddy... Daddy jahat udah ninggalin Mike. Daddy janji ngajak Mike jalan-jalan tapi Daddy bohong. Daddy... Daddy.... hiks hiks..."

    Si bocah semakin histeris. Tubuhnya memukul-mukul ibu-ibu tua berkaca mata yang masih terlihat sangat cantik tadi. Sementara si ibu itu semakin kelimpungan meredam emosi si bocah.

"Michael diem dulu ya sayang, nanti kalau Michael berhenti nangis, Eyang ajak ke kampus daddy. Nanti kita jalan bareng-bareng, gimana?"

"Nggak mau, Mike maunya sekarang. Daddy Daddy..... Daddy..." Tubuh kuat bocah cilik tadi menghempaskan tubuh si ibu hingga beliau limbung ke belakang. Bayu yang terkejut menyongsong tubuh Si Ibu dan membantunya berdiri.

"Siapa kamu nak?" Tanya Ibu itu melihat penampakan Bayu yang tiba-tiba.

"Sa..sa..saya mau melamar kerja di sini Bu—

"Kamu diterima, tugas kamu tenangin Michael," Kata Ibu tersebut tegas dengan raut cemas memandangi tubuh bocah yang udah berlari menuju gerbang besar.

   Bayu melongo. Sudah itu aja? Nggak ada acara salaman dulu? Setidaknya basa-basi tanya asal usulnya? Atau paling nggak tes wawancaralah? Ah, Padahal tadi malam Bayu sudah membaca dan mempelajari buku tips-tips menghadapai wawancara. Bahkan tadi pagi dia melewati prosesi mandi yang lama. Tapi yakin nih Bayu langsung diterima gitu? Nggak seru ah...

"Ngapain malah bengong. Cepat kejar Michael sana. Dia mau ke jalan besar tuh,"
Si Ibu berlari-lari kecil dengan kerepotan. Ujung jarik luriknya menyerimpet langkah kakinya.

   Bayu terhenyak, dia mengangguk berkali-kali lalu mengejar sosok si bocah yang udah menyeberangi halaman luas rumah ini. Dia buru-buru menangkap tubuh si bocah, berlutut di hadapannya lalu Mendekapnya dalam pelukan.

   Si bocah meronta, memukul-mukul dada Bayu dengan kepalan tangan mungilnya sambil nangis nggak ketulungan manggil-manggil Daddynya. Air mata dan ingusnya berlelehan di kemeja baru Bayu. Bayu semakin erat memeluknya, sambil membelai punggung si bocah.

"Hei....hei... Jagoan nggak boleh nangis," Ujar Bayu lembut, suara baritonnya menenggelamkan pekikan si bocah, "Kalau jagoan nangis ntar nggak ada yang bisa ngalahin Godzilla lho..." Rayunya dengan suara tenang tapi tegas dalam waktu bersamaan.

"Biarin. Mike nggak peduli. Mike mau daddy. Pokoknya Mike mau Daddy sekarang. Hiks... hiks...."

   Waduh Bayu kelimpungan. Bujuk rayunya tidak mempan. Ingatkan dia untuk belajar merayu orang ama Andis. Tangisan si bocah kian santer, dan tubuhnya berguncang hebat. Bayu mempuk-puk punggung si bocah yang memanggil dirinya sendiri Mike dengan gerakan menenangkan, "Iya iya, sementara menunggu Daddy gimana kalau kakak nyanyiin sebuah lagu? Kamu mau dengerinn kakak nyanyi nggak? Ntar kakak ajarin jagoan ukulele deh. Seru banget lho..."

   Si bocah masih nangis, tapi semakin lirih dan semakin lirih. Kini yang terdengar dari mulutnya cuma sesenggukan. Dia memeperkan ingusnya ke bahu Bayu lalu melepas dekapan Bayu. Dipandanginya sosok Bayu dengan bola matanya kecilnya yang lucu. Hitam jernih, berair akibat menangis. Imut banget. Gemessin.

"Gimana? Kamu mau dengerin kakak nyanyi sambil main ukulele nggak?" Tanya Bayu sambil tersenyum, tangan kanannya mengusan-usap surai hitam si bocah yang menguarkan aroma strawberry, sementara tangan kirinya menghapus jejak-jejak goresan tangis si kecil.

"Kakak siapa?" Tanya si bocah dengan suara cempreng sambil sesekali menyedot ingusnya yang mau keluar lagi.

"Kenalin nama kakak Bayu. Kakak pengasuh kamu mulai sekarang. Nama jagoan di depan kakak ini siapa?" Ucap Bayu riang, menyodorkan tangannya di hadapan si bocah.

"Michael kak. Panggil Mike aja," Balasnya menjabat telapak tangan Bayu yang besar. Dia masih sesenggukan, sesekali tangan kecilnya mengusap air mata yang masih mencuri-curi start untuk jatuh.

   Bayu meremas lembut tangan kecil dalam jabatannya. Senyum tulus yang mampu membuat siapa saja untuk ikut tersenyum itu terkembang di bibir tipisnya. Tatapan matanya melembut, "Udah donk, jagoan kakak nggak boleh nangis lagi. Katanya mau dengerin kakak nyanyi tapi kok malah nangis mulu sih?"

"Mike nggak nangis lagi kok kak. Tapi air mata mike ini keluar terus. Nggak tahu deh."

   Bayu tertawa melihat tingkah polos malaikat kecil di hadapannya. Dia mengusap air mata mike berkali-kali. Memeluknya lagi lalu mencium puncak kepalanya si bocah.

"Emang kakak bisa nyanyi?" Tanya Mike setelah Bayu melepas pelukannya.

"Ya bisa donk. Dengerin yah," Bayu melepas Postman Bag dari punggungnya, membuka resleting tas lalu mengeluarkan ukulele biru pucat dari sana. Seketika mata Mike langsung berbinar melihatnya, mulut merah basahnya sampai melongo. Bayu mendekap ukulele, menggenjreng-genjreng senarnya dan sebuah lagu meluncur dari bibirnya,

Twinkle twinkle, little star

How i wonder what you are

Up above the world so high

Like a diamond in sky

Twinkle-twinkle, little star

How i wonder what you are

   Mike bertepuk tangan sambil melonjak-lonjak gembira. Dia tertawa keras, suara cemprengnya membumbung, membuat wanita tua di belakang mereka tersenyum melihatnya.

===

"Jadi kamu ini temennya Erick?" Tanya Budhe Irma.

   Bayu mengagguk, menyesap teh hangat di hadapannya, sementara Mike tengah asik dengan ukulele milik Yasin. Memetik asal senarnya sambil tertawa-tawa.

   Budhe Irma adalah Eyangnya Mike. Ibu kandung bokapnya Mike yang menurut pendapat Bayu sudah sangat kelewatan membiarkan mike sampai nangis kejer-kejer hanya demi pekerjaan.

   Itu kesalahan utama orang tua yang sampai kapanpun nggak akan bisa dimaafkan Bayu. Dia jadi benci sendiri dengan sosok Daddy-nya Mike yang belum diketahuinya itu.

    Budhe Irma sendiri adalah seorang wanita anggun pensiunan TNI AU. Suaminya sudah meninggal semenjak ayahnya Mike masih menginjak bangku SMA. Hal itu membuatnya menjadi seorang single parent tangguh yang harus berjuang keras untuk membesarkan dan membiayai anak semata wayangnya.

   Selepas turun jabatan dari TNI, Budhe Irma menggeluti dunia bisnis furniture yang sekarang usahanya sudah menggurita di sepanjang tanah Jawa.

"Budhe tuh bangga sama kamu deh Yu. Kamu masih muda, masih kuliah tapi mau bekerja menjadi pembantu dan pengasuh anak di sini. Nggak banyak lho,  pemuda yang memiliki mental seperti kamu. Kebanyakan dari mereka Cuma bermental tempe yang suka diinjak-injak dengan teknologi canggih dan menjadi manusia hedon yang hanya menyesakkan bumi saja."

   Bayu tertawa kecil mendengar ucapan Budhe Irma. Wanita penyuka pakaian adat jawa itu memang cerdas. Tapi pujiannya sungguh bukan Bayu banget. Bayu kan mengambil pekerjaan ini juga karena terlilit hutang. Coba dia nggak punya hutang. Pasti dia juga ogah kerja.

"Ibu—eh Budhe terlalu berlebihan. Saya orangnya biasa saja kok," Jawab Bayu tersenyum. Dia melirik Mike yang duduk disampingnya,mengusap kepala Mike dengan penuh sayang lalu mendaratkan kecupan di puncak kepalanya Mike.

"Kalau Budhe lihat, kamu tuh suka sama anak-anak ya..." Ujar Budhe melihat perlakuan pembantu barunya yang begitu menyayangi Mike.

   Seulas senyum tertarik di sudut bibir Bayu, dia lalu memalingkan wajahnya ke arah Budhe Irma, "Anak-anak seperti Mike ini memang butuh limpahan kasih sayang Budhe. Mengingat dia sudah tidak memiliki ibu sementara ayahnya sibuk bekerja. Mike bisa tumbuh menjadi anak yang kekurangan kasih sayang. Hal itu bisa merusak masa depan Mike. Hati dan perasaannya bisa mati, kalau orang tuannya bisa mengacuhkan anak kandungnya sendiri. Mengapa dia tidak bisa mengacuhkan dunia sekitarnya ? Kalau Mike dibiarkan tumbuh tanpa belaian kasih sayang dia akan menjadi orang dingin, arogan, kejam, tidak peka terhadap lingkungan dan akan menjadi pribadi yang tertutup. Lebih menakutkan lagi dia bisa saja memendam benci dan dendam kepada orang tuanya. Itu sungguh mengerikan Budhe, " Raut muka Bayu tenang, senyum masih terpatri di sana tapi netranya menatap nanar ke satu titik tak terjangkau menembus frame Budhe Irma. Perasaan familiar, dengan rasa sakit yang sama. Seperti de javu.

   Ya. Tadi Budhe Irma sudah menjelaskan panjang kali lebar mengenai latar belakang orang tua Mike. Ibu Mike meninggal saat melahirkan Mike.

  Sementara Daddy-nya Mike yang merasa terpukul karena kehilangan orang tercintanya selalu menutup diri. Mencoba acuh dari dunia luar. Menyibukkan dirinya dengan begitu banyaknya pekerjaan.

   Dia juga mengabaikan Mike, membuat janji-janji yang sampai sekarang tak pernah terrealisasikan. Karena dari penuturan Budhe Irma, saat melihat Mike, Daddy-nya itu akan selalu teringat dengan istri tersayangnya—saat melihat mike dia pasti merasa terluka karena harus ditinggalkan dengan orang yang paling dia cintai. Lebih parahnya lagi–dalam cerita Budhe Irma – Daddy-nya Mike seolah menyalahkan kelahiran Mike karena telah merenggut pendamping hidupnya dengan kehadiran Mike dimuka bumi.

   Cuih... Omong kosong besar. Hal-hal yang demi apapun sangat dibenci Bayu dimuka bumi ini. Rasa bencinya pada Daddy Mike semakin mengikat. Padahal dia belum pernah bertemu.

   Budhe Irma terhenyak ditempatnya. Tidak terpikirkan olehnya jika pemuda dihadapannya tersebut memeberi jawaban yang sebenarnya sudah menghantuinya selama bertahun-tahun. Semenjak anak mantunya meninggal setelah melahirkan Mike—dan perubahan sikap drastis anak semata wayangnya yang seolah-olah menyibukkan diri dengan dunianya untuk menutupi lara terbentang di palung terdalamnya.

   Mike tumbuh dalam pantauannya. Kekurangan perhatian dan kasih sayang. Tubuh Budhe Irma yang menua sudah tidak bisa segesit dulu saat mengemudikan armada helikopter angkatan udara. Kemampuannya terbatas, dan usianya membatasi dirinya untuk mencurahkan jutaan kasih sayang buat cucu semata wayangnya. Apalagi dia juga disibukkan dengan bisnis furnitur yang belum ada pewarisnya.

"Mike anaknya hiper—aktif, Yu. Dia sangat nakal dan nggk bisa diatur. Berpuluh-puluh babby sitter kewalahan menjaganya. Mike sering berontak. Memuntahkan makanan. Nangis, uring-uringan, berantakin mainan, dan sangat sulit dimandiin. Itu yang membuat babby sitter itu mengundurkan diri bahkan belum genap sebulan mereka bekerja. Tapi melihat Mike yang takhluk di hadapanmu seperti sebuah keajaiban buat Budhe, semoga kamu kerasan bekerja di sini, Yu. Dan Mike bisa menjadi anak penurut."

    Bayu tersenyum miris, sesuatu yang dibiarkan usang jauh di dalam lubuk hatinya membara dengan sendirinya. Dia menatap Mike, membenarkan posisi tangan Mike yang kesulitan memegang ukulele, memetik senar bass dan langsung mendapat teriakan bersemangat dari Mike.

"Kak Bayu keren banget. Pintar banget main lelenya..."

   Bayu tertawa mendengar celotehan Mike. Di hadapannya, Budhe Irma tengah tersenyum bahagia melihat keakraban pengasuh ama cucunya.

"Namanya ukulele sayang, bukan lele," Balas Bayu, menuntun jari-jari kecil Mike untuk memetik senar.

"Oh, beda ya kak..."

    Bayu tersenyum, mengangguk, mengusap kepala Mike lagi, "Itu semua adalah jawaban dari perasaan Mike, Budhe," Kata Bayu, mengulurkan tangannya untuk merangkul bahu kecil Mike.

"Mike berontak supaya Daddynya melihat bahwa di rumah besar ini ada malaikat kecil yang butuh kasih sayang. Mike memuntahkan makanan karena dia ingin Daddynya sendiri yang menyuapinya makan. Mike menangis karena sering ditinggal Daddynya kerja sementara naluri anak-anaknya menginginkan bisa main sama daddy. Mike uring-uringan karena tidak ada daddy yang mendekap dan menciumnya dengan penuh cinta, padahal jauh di lubuk hatinya. Mike kesepian dan kedinginan. Mike memberantakan mainan karena percuma saja memainkan berpuluh-puluh mainan yang tidak bisa memberinya ketenangan dan kenyamanan. Mainan itu hanyalah produk plastik buatan pabrik yang tidak memiliki cinta, sementara yang dibutuhkan Mike itu cinta bukan benda-benda tak bernyawa. Dan Mike sulit mandi karena dia ingin mandi bareng daddynya. Ingin menunjukkan ke Daddynya kalau dia sudah bisa menggosok gigi sendiri, ingin Daddy menggosok punggungnya, ingin menggosok punggung Daddynya. Sebenarnya semua tingkah laku Mike bukan nakal Budhe, dia cuma menunjukkan ekspresi hatinya, karena berjuta-juta kata-kata yang diucapkanpun tidak akan pernah di dengar Daddy-nya. Apalagi Mike masih kecil, masih anak-anak. Siapa sih yang mau mendengar suara anak-anak?"

    Budhe Irma tertegun, hatinya bergetar. Puluhan babby sitter yang pernah mengasuh Mike tidak ada yang mampu menyentuh perasaannya sedemikian lembut.

   Pemuda ceking di hadapannya tak hanya bisa menaklukkan keliaran Mike tapi juga menjabarkan sejelas-jelasnya tentang perasaan Mike. Disaat seluruh dunia bahkan Daddy-nya, maupun dirinya sendiri menuding Mike sebagai anak nakal, sulit diatur, Bayu datang memberi jawaban. Memberi ketegasan bahwa mike bukan anak nakal. Dia hanya kekurangan kasih sayang. Hanya itu.

===

"Jagoan kakak tersayang mau kakak buatin telor udang yang rasanya uwenak banget nggak?" Tanya Bayu, menggunakan apron biru dan sudah bersiap-siap di kitchen set.

    Mike yang duduk di kursi makan menatapnya sambil memicingkan mata. Gila, tu bocah siapa yang mengajarin tatapan meremehkan seperti itu? Mike melipat tangan di depan dada, kaki pendeknya diayun-ayunkan.

"Emang kakak bisa masak?" Dia memutar bola mata. THE Hell, belajar dari mana dia roll eyes menjengkelkan seperti itu?

Bayu mendekati Mike, ikut-ikutan bersedekap, dagunya terangkat angkuh, sebelah alisnya naik, "Mau taruhan?"

"Taruhan apa kak?"

"Kalau kak Bayu bisa masak enak kamu harus habisin makananmu semuanya. Nggak ada yang boleh dimuntahin dan dapat hadiah disuapin ama kak Bayu. Tapi kalau masakan kak Bayu nggak enak, giliran kamu yang nyuapin kak Bayu makan. Gimana?"

"Emang ada gitu taruhan kayak gitu? Tapi... kalau kak Bayu maksa sih yaudah deh Mike cuma bisa pasrah..." Dia benar-benar berusia lima tahun nggak sih? Kelakuannya nggak sinkron banget ama usianya.

   Bayu gemas, mengacak-acak rambut Mike yang langsung manyun. Kemudian merapikannya lagi lalu tak lupa sebuah kecupan dia daratkan di kepala Mike.

"Kak Bayu kenapa sih suka banget ciumin kepala Mike?"

   Bayu tersenyum, berlutut di hadapan Mike, mengusap pipi-pipi cubbynya, "Karena kak Bayu sayang sama Mike," Dia mendekatkan tubuhnya kemudian mencium kening Mike sambil merengkuh tubuh kecil Mike.

   Sebuah pelukan dari tangan kecil dipunggungnya dirasakan Bayu, Mike menenggelamkan wajahnya di dada Bayu, menggesek-gesek kepalanya di sana, matanya tertutup dengan senyum manis yang terukir, "Kalau kak Bayu sayang ama Mike, kak Bayu jadi Papanya Mike aja."

   Bayu tergelitik, dia mengelus punggung kecil Mike, "Mike kan udah punya Daddy."

"Tapi Daddy-nya Mike nggak pernah cium Mike kak. Daddy juga nggak pernah peluk-peluk Mike. Apalagi bilang sayang ke Mike. Kak Bayu mau ya jadi papanya Mike. Katanya kak Bayu sayang Mike. Kalau sayang mau dong—" Bayu tersenyum getir mendengar penuturan Mike. Lubang di hatinya semakin menganga lebar, perasaan seperti ini tak pernah dirasakannya. Seumur hiduppun.

"Emang ada peraturan kayak gitu?" Bayu melepas pelukannya, menatap Mike dengan smirk menyeringai, "Tapi kalau Mike maksa, yaudah deh kak Bayu Cuma bisa pasrah."

    Mike tertawa, memukul-mukul dada Bayu, "jadi sekarang kak Bayu Mike panggil papa ya. Ya ya? Tapi Mike nggak maksa lo. Ya ya?" Dia mengerucutkan bibir mungilnya, matanya mengeluarkan jurus puppy eyes menggemaskan. Bayu tidak tahan, dia mencubit pipi Mike. Membuat Mike semakin manyun.

"Ih Kak Bayu ngeselin."

   Bayu tergelak, mencium kedua pipi gembul Mike, "Siapa tuh kak Bayu? Di sini kan cuma ada papa ama Mike."

   Wajah mike merona merah, senyum cutenya melebar dia memeluk tubuh kurus Bayu lagi, "Makasih Papa..."

"Yaudah. Sekarang Papa mau masak dulu. Mike diem di sini oke?"

   Bayu melangkah mendekati almari pendingin. Mengeluarkan tiga butir telur dan sekotak udang dari Freezer lalu meletakkannya di pantri. Dia membuka kabinet, mengeluarkan botol-botol kecil berwarna bening yang ada tulisan garam ama lada bubuk dari sana.

   Bayu berjalan ke arah almari piring untuk mengambil dua mangkok, piring, talenan, pisau, sendok, dan garpu. Kemudian dia mengupas udang dari kulitnya, membuang bagian kepalanya dan ditaruh di mangkok. Selesai dengan udang, dia memecahkan ketiga telur dan mengocoknya ke dalam mangkuk besar. Memasukkan udang-udang tadi dan menaburi adonan telurnya dengan garam dan lada secukupnya. Tak lupa pula ditambahi irisan sosis karena sedari tadi Mike ngoceh minta telurnya di campur sossis.

   Bayu mengelap kedua tangannya di sisi apron. Menyiapkan wajan di atas kompor, menuangkan sedikit minyak goreng, lalu menyalakan kompor dengan api sedang. Setelah dirasa cukup panas, Bayu memasukkan adonan telur ke dalam wajan.

    Bayu kemudian balik ke lemari es, mengambil sekotak yoghurt rasa raspberry dan rasa vanilla yang sepertinya disukai Mike. Diletakkan yoghurt tersebut di atas meja makan. Lalu balik lagi ke hadapan wajan untuk membalik telurnya. Tidak butuh waktu lama telur udang sosis goreng buatannya selesai.

   Bayu mengambil piring dan meletakkan telur di sana. Dia menyalakan kran lalu mencuci tangannya. Mengelap tangannya pada sisi-sisi apron, melepas apron dan menggantung ke tempatnya, kemudian Bayu membawa masakannya ke hadapan Mike.

   Mike tersenyum lebar, matanya berbinar melihat masakan Bayu yang mengeluarkan aroma nikmat.

"Emang bisa dimakan ni Pah?"

"Kau meremehkan kemampuan papamu sendiri anak muda? Huh... lihat ini. rasakan sendiri."

   Bayu mengangkat tubuh kecil Mike dan mendudukkan Mike ke pangkuannya. Dia menyendok telur tresebut, meniupnya supaya dingin lalu menyuapkan ke mulut mike.

"Emm.... Enak banget Pah. Sumpah. Mike suka..."

   Bayu tertawa, mengelap sudut bibir Mike yang belepotan, "Nggak boleh bicara selagi makan mengerti?" Mike mengangguk lalu makan lahap dengan disuapi Bayu.

   Setelah seluruh makan siang Mike habis bahkan dia sampai minta tambah dua kali, Bayu segera membereskan piring-piring kotor di atas meja. Dia membawa piring-piring kotor tersebut ke wetafel dan mencucinya dengan perkakas masaknya tadi.

    Baru kemudian Mike mengajaknya ke lantai dua yang Subhanallah—sangat luas. Bayu bisa main skateboard di sini. Dia berdecak kagum mengamati perabotan lux di lantai dua. Lampu-lampu kristal mewah menggantung di langit-langit. Ada juga aquarium super gede yang—Mashaallah itu ikan pari?

   Bayu mengucek kedua matanya, mendekati aquarium dan mengamati lebih jelas ikan pari ukuran sedang yang ada di sana. Gila!! Itukan ikan pari manta Oseanik, salah satu jenis ikan pari yang dilindungi kementerian dan perikanan karena mengalami ancaman kepunahan yang cukup tinggi—Ikan dari kelas Chondrichthyes tersebut sangat menawan bentuknya.

   Kepalanya lebar dengan sepasang cuping memanjang di bagian sisi depan kepala, mulutnya berada di terminal (ujung), bagian atas tubuhnya berwarna hitamdengan corak putih melintang dan bagian mulut berwarna gelap, ekornya tidak berduri sengat. Persis banget dengan ikan pari manta yang pernah dijumpainya saat diving di Sangkalaki, salah satu daerah di Kalimantan Timur waktu dia masih kelas dua sma dulu.

"Sayang ikan ini didapat dari mana?" Tanya Bayu takjub bercampur jengkel karena habitat ikan pari itu tak seharusnya disana.

"Itu Daddy yang beli pah. Waktu Daddy pergi keluar kota lama banget pulang-pulang bawa ikan itu. Bagus kan pah?"

   Bayu menggelengkan kepalanya sambil berdecak. Tangannya kemudian ditarik Mike untuk masuk ke salah satu kamar yang ada di sana.

"Pah temenin Mike main ya...."

===

    Setelah sesiang ini menemani Mike bermain yang bikin Bayu ketawa ngakak mulu karena tuh bocah rupanya cukup cerewet, Bayu akhirnya bisa membujuk Mike buat tidur siang. Sekitar pukul empat sore Mike bangun dan diajak mandi bareng Bayu.

   Si bocah menggemaskan itu suka banget waktu Bayu menggosok punggungnya dengan puff. Apalagi diajak beradu lempar busa sabun. Dia tertawa-tawa keras, berlarian di dalam kamar mandi yang tiga kali lipat besarnya dari kamar kos Bayu.

   Bayu juga mengajaknya berendam di dalam bath up yang sebelumnya udah Bayu campur air hangat dengan aroma therapy lavender menenangkan. Tubuh mike yang kecil itu diletakkan di atas tubuh Bayu. Dia memainkan busa wangi strawberry di sana sambil bercerita tentang teman-temannya di kelas Paud yang suka banget menceritakan liburan bareng Mommy dan Poppynya.

   Mike sangat sebal mendengar cerita itu. mulutnya mengerucut kesal dan kaki kecilnya berkecipak-cipak menendang permukaan air bath up yang tertutup busa saat dia ngomong kalau dia nggak pernah berlibur. Apalagi menghabiskan waktu week end ama keluarga. Seluruh waktunya dihabiskan dan Eyang yang sering banget mengajaknya ke perusahaan.

"Sayang jangan sedih donk. Habis mandi ntar papa ajak ke Taman Bungkul deh. Papa ajarin main skateboard ama om Erick?" ujar Bayu ikut memainkan air dengan Mike.

"Om Erick pah??" Mike antusias, membalik tubuhnya lalu menindih dada Bayu, tangan-tangannya yang kecil terjulur memegangi bahu Bayu, "Emang papah kenal Om Erick?"

"Ya kenal dong. Om Erick kan temennya papah."

"Beneran Pah? Asiiiikk Mike mau, Mike mau. Tapi skateboard itu apaan Pah?"

"Udah sayang tenang aja, ntar sayang juga tahu sendiri," Jawab Bayu, mencubit pipi Mike lalu menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri kanan.

   Selesai mandi dan mendandani Mike, Bayu mengajak bocah cerdas itu jalan-jalan ke taman bungkul setelah sebelumnya meminta ijin dari Budhe Irma yang terlihat berkutat dengan dokumen-dokumen di kamar kerjanya.

   Di Taman Bungkul, Bayu bertemu Erick yang baru pulang kerja. Sahabat sekomunitasnya itu terbengong-bengong melihat kedekatan Mike dan Bayu, apalagi mendengar bocah imut itu memanggil mantan senior sekampusnya dengan sebutan Papah.

"Lo racuni tuh setan kecil ama apa Mas Bay? Bisa takhluk gitu ama lo? Ama gue aja dia sering rewel banget."

   Bayu Cuma tergelak, mengeplak kepala Erick yang langsung meringis kesakitan. Dia kemudian meminjam perlengkapan bermain skateboard ke salah satu skater yang kebetulan membawa serta anaknya buat main bersama.

   Sepasang skate shoes, helm khusus skating, pads (pelindung luka) serupa bantalan lutut dan siku.

   Setelah perlengkapan safety riding sudah terpasang di badan Mike. Bayu mengangkat tubuh kecil Mike, dan menaikkannya ke atas papan skate, tak lupa memastikan kedua kaki kecil Mike di belakang skateboard deck.

   Bayu memposisikan tubuh Mike berdiri dengan sikap goofy yaitu sikap dengan kaki kanan maju, ketika dirasanya Mike nyaman dengan posisi berdirinya Bayu kemudian menegakkan tubuhnya, memegangi kedua tangan Mike dan menuntunnya untuk meluncur. Di samping Mike, ada Erick yang berjaga-jaga jika tubuh Mike limbung.

   Sensasi meluncur pertama yang Mike rasakan membuatnya berteriak heboh. Ada raut ketakutan tapi tersamar dengan rasa penasaran dan keingintahuannya yang kuat. Dia tertawa lebar saat tubuhnya bisa meluncur di atas skateboard.

   Wajahnya ceria, suaranya lantang berseru. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Bayu. Seolah tidak ingin dilepaskan. Seolah ingin terus dilindungi. Bayu dan Erick jadi ikutan tertawa melihat ekspresi takjub Mike. Apalagi mata hitam kecil Mike yang membulat sempurna penuh kebahagiaan sangat terlihat menggemaskan.

   Setelah cukup lama bermain-main skateboard, Bayu kemudian mengajak Mike makan di pujasera bareng Erick. Memesankan Mike soto lamongan favorit Bayu yang langsung disantap habis oleh Mike. Bahkan Mike masih minta tambah dibelikan bakso malang yang membuka stand di sana.

    Lagi-lagi Erick dibuat ternganga melihat keakraban Bayu ama keponakannya tersebut. Mike nurut aja disuapin Bayu. Dan dia juga tidak memuntahkan makanannya. Hal yang sering dilakukan Mike jika Erick menyuapinya makan.

   Lepas waktu Isya' Bayu mengajak Mike pulang. Mengganti pakaian casual Mike dengan piyama berwarna biru terang lalu menuntun Mike ke kamar mandi untuk gosok gigi bareng. Tak lupa pula Bayu mencuci kaki, tangan dan muka Mike kemudian mengajak bocah yang seharian ini bahagia tersebut rebahan di atas bed super king size yang berornamen gold. Membacakannya sebuah dongeng sampai Mike terlelap dalam pelukannya.

    Bayu tersenyum, menaikkan bed cover bergambar kartun cars sampai dada Mike. Mengusap kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lalu mengecup kening, kedua matan, kedua belah pipi, juga bibir mungil Mike.

   Bocah di hadapannya benar-benar sosok malaikat tanpa sayap. Mike yang terpejam jauh terlihat manis dan menggemaskan. Bayu kemudian menciuminya bertubi-tubi sampai Mike menggeliat. Bayu cekikikan lalu ikut berbaring disamping Mike. Mendekap tubuh kecil Mike ke dalam pelukannya.

   Entah sudah berapa lama Bayu tertidur pulas ketika sebuah kekuatan besar mengangkat tubuh Bayu lalu melemparkannya begitu saja di ruang tamu.

    Bayu tersentak. Gelagapan. Tubuhnya terasa remuk bercumbu dengan ubin marmer. Dia sempoyongan terbangun dengan mata berat dan merah. Rasa kantuk yang menyerangnya lenyap digantikan sakit bertubi-tubi saat sebuah pukulan mendarat di perutnya.

    Bayu terbatuk-batuk lalu memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Belum cukup dengan derita itu, kerah kemeja baju direnggut ke atas lalu BAAMM..... Sebuah pukulan melayang sempurna mengenai wajah Bayu. Dia kembali terlempar, menyenggol sebuah guci di sana. Suara kratak dari punggungnya mengirim stimulus kesakitan luar biasa. Bayu mendongakkan kepalanya yang berdenyut dahsyat seperti mau pecah. Dan dalam pandangan buram antara kantuk dan menahan sakit, dia melihat orang itu.

    Mulut Bayu kontan menganga lebar. Rahangnya jatuh. Rasa sakitnya dicubit dengan kekagetan yang luar biasa. Di sana, dihadapannya, menjulang manusia keturunan emaknya Hulk dan King Kong dengan memasang emosi marah yang sangat menakutkan. Dia—

"Ya ampun Panji, apa yang kamu lakukan?" Tanya Budhe Irma terkejut, tergopoh-gopoh menghampiri Bayu yang masih tersungkur di atas ubin. Budhe Irma yang malam itu mengenakan gaun tidur berwarna putih terlihat berbeda dengan rambut terurainya. Bayu sempat terkesiap melihat penampilan eyang cantik dihadapannya yang membantunya berdiri.

"Apa yang kamu lakukan di rumah saya?" Tanya manusia setengah king kong tajam mengabaikan pertanyaan Budhe Irma. Matanya mendelik gusar. Auranya mencekam.

   Bayu mengkerut di samping Budhe Irma. Mencoba mengabaikan Rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya.

"Seharusnya mama yang tanya kenapa kamu memukuli Bayu. Dia itu pembantu dan pengasuh Mike yang baru. Seharian ini dia menemani Mike, mengajak Mike jalan-jalan. Kamu kemana aja, huh? Jam satu pagi baru pulang? Masih ingat rumah? Memang kampus kamu ada kelas dini hari? Kalau nggak ada Bayu mungkin sekarang Mike masih nangis guling-guling karena Daddynya mengingkari janji untuk mengajaknya main," Kata Budhe Irma galak. Hidungnya kembang kempis, bahunya naiik turun menahan amarah.

   Laki-laki yang dipanggil Panji itu bergeming. Kedua retinanya membungkus tubuh Bayu. Mengulitinya sampai dalam, sorot kebencian dan tidak suka terpancar dari kedua matanya, " Saya tidak sudi mempunyai pembantu seperti kamu. Manusia gelandangan seperti kamu tidak layak menginjakkan kaki di rumah saya. Saya tidak akan membiarkan Mike disentuh sama tangan kotor kamu. Mike bisa terjangkit penyakit kulit yang ditularkan sama kulit kamu. Lebih baik kamu pergi dari hadapan saya sekarang juga atau saya laporkan kamu ke polisi dengan tuduhan mau menculik anak saya."

    Mau menculik anak saya? huh, yang benar saja. Bayu memejamkan matanya sesaat, untuk menenggelamkan rasa sakit hati yang diterimanya dari perkataan laki-laki tersebut. Kenangan beberapa hari lalu saat laki-laki itu menabrak nobita dan menghina dina dirinya masih terekam jelas, seperti sebuah roll film yang menjejaki memori Bayu.

   Ya laki-laki itu adalah si pria yang tiga hari lalu telah meludah di dekat kaki Bayu dengan segenap kebencian. Dunia memang sempit bukan. Kalau Bayu tahu Daddy-nya Mike adalah pria menjengkelkan itu dia juga tidak akan sudi melamar pekerjaan di sini.

   Bayu membuka mata. Sebuah senyum getir penuh luka terukir di sudut bibir Bayu. Dia menggumamkan kata baik dengan suara lemah lalu minggat dari sana.

...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top