3. Alasan di balik alasan
Nyatanya Bayu nolak keras diajak ke klinik. Dia sampai misuh-misuh - Hal yang amat jarang dia lakukan -saat tangan gempal Andis menyeret tubuh setipis lidinya buat diantar ke klinik. Bayu tahu beberapa jam lalu dia sempat sekarat. Tapi untuk ke klinik walaupun sekedar buat tidur, big no. Uks, klinik kesehatan, maupun tempat sejenis itu adalah tempat-tempat haram buat Bayu. Bahkan jika dia berniat untuk membolos pelajaran, dia juga tidak akan sudi memasuki tempat-tempa keramat tersebut.
Bayu berjalan dengan santai diikuti Andis ama Gempita menyusuri halaman luas fakultas hukum. Salah satu spot favoritnya di kampus tempatnya kuliah. Sebenarnya fakultas teknik juga memiliki halaman luas di depan gedungnya. Tapi Bayu tidak suka. Halaman fakultas teknik dibuat lapangan sepak bola ama voli. Dan Bayu adalah salah satu dari jutaan umat di dunia ini yang mengikrarkan dirinya untuk berseteru seumur hidup dengan yang namanya olah raga. Kecuali hiking atau climbing. Atau riding. Atau skiting, atau rafting. Yah olah raga berbau ekstream lah.
Bibir tipis merah keunguan Bayu sudah menjadi mesin lokomotif kecil yang senantiasa mengepulkan asap rokok pemberian Andis. Belum genap empat jam Andis membelikan sebungkus sigaret kretek, tuh batangan tar udah mau habis aja. Menyisakan dua util cepet dari selontongannya. Sekarang jika berada di dekat Bayu tidak hanya mencium aroma rempah ajaibnya lagi, tapi juga aroma tipis belerang, bau apak dari rambut kriting gimbalnya, plus bau-bauan tembakau yang menyesakkan. Klop. Bercampur jadi satu.
Tapi Bayu tak ambil pusing. Memang seperi itu kan kebiasaannya. Bayu adalah salah satu dari sekian banyaknya orang yang lebih mementingkan touring ke madura dengan nobita full bensin dan kantong celana berisi sebungkus rokok dari pada harus berpusing-pusing ria memikirkan penampilan. Bayu sudah nyaman banget dengan paket kehidupan yang tuhan kasih ke dia. Kehidupannya adalah caranya mengatur diri. Dia bebas dengan jalan pemikirannya. Tidak akan berpikir dua kali dengan hal berbau jalanan yang selalu dia dewakan. Bayu sering menghilang dari peradapan kampus lalu tahu-tahu nongol dengan sendirinya. Dengan cerita mengejutkan yang tidak bisa dinalar tentu saja. Seperti tahun lalu saat dia lenyap dari pemandangan universitas swasta tersebut. Tak tanggung-tanggung, dua bulan sekaligus. Dan lagi, tanpa kabar. Membikin kelabakan Andis dan Gempita juga jajaran anak-anak mapala. Pasalnya Bayu menghilang di waktu yang sangat tidak tepat untuk komunitas pecinta alam yang terkenal di kampus tersebut. Dia menghilang pertengahan bulan juli dimana bulan agustusnya tepat tanggal tujuh belas mapala memiliki acara rutinan mengibarkan bendera merah putih di puncak gunung. Saat itu destinasi mereka gunung semeru. Dan Bayu walaupun sudah mengundurkan dirri menjadi ketua mapala tetap menjadi satu-satunya orang yang kemampuannya berorganisasi sangat dibutuhkan. Apalagi saat itu mahasiswa yang tergabung dalam mapala belum ada yang tahu rute menuju puncak semeru. Ujung tombak mereka adalah Bayu yang notabene sudah pernah mendaki mahameru sebanyak enam kali. Jengkel, gemas, sebal bukan main. Destinasi awalpun akhirnya dengan sangat terpaksa harus dibatalkan gara-gara menghilangnya Bayu.
Dua bulan menghilang Bayu akhirnya nongol. Dan ceritanya kali ini benar-benar membuat seisi kampus yang kelabakan mencarinya menghadiahinya timpukan tangan bertubi-tubi. Dia bercerita dua bulan itu dia habiskan di ambon. Di suatu daerah terpencil di tengah laut yang jauh dari pusat kota. Tidak ada sinyal sama sekali. Menghilang bareng adik tingkatnya sesama fakultas beda jurusan yang emang kampung halamannya di ambon. Alasanannya ke ambon sangat tidak bisa diterima. Semakin menaikkan tensi darah. Gemas bukan main. Bayu pengen memanen rumput laut lalu membuatnya menjadi jelli. Astaghfirulla.. acara besar mapala harus rela digeser ekstensinya ama rumput laut.
"yo mas bay....." suara cempreng seperti rongsokan besi tua diseret di aspal pecah bertalu-talu. Bayu dan kedua sahabatnya menoleh ke si empunya suara. Pemuda berkulit gelap, memiliki alis hitam kuat, sepasang mata tajam mirip mata elang, hidung bangir seperti perosotan anak paud, rambut ikal kecil menempel di kepalanya, tengah berjalan santai ke arah mereka. dia nyengir lebar, menampilkan jejeran tonjolan-tonjolan gigi besar-besar berwarna putih yang membingkai manis wajah eksotisnya. Melambaikan tangan seraya berlari-lari kecil menyongsong mereka. dia adalah Jason Gutandjala, sering dipanggil Gaple karena suka main gaple. Mahasiswa teknik sipil tingkat dua. Asli ras aambon. Satu-satunya tersangka yang masih dibenci sosoknya oleh anak mapala karena sudah menculik maskot mereka ke ambon dua bulan penuh tahun lalu.
"yo ple." Seru Bayu sumringah berhigh five ria ala-ala pemuda gaul amrik ama dia, "kok tahu aku ada di sini?" penasaran, bukan tanpa sebab. Gedung fakultas teknik ama fakultas hukum jaraknya lumayan jauh. Dan gaple bukan seorang dukun yang bisa menebak kemanapun perginya Bayu kecuali kalau dia memiliki ikatan batin dengan seniornya tersebut.
"tadi beta ada jumpa deng andra di lapangan voli mas bay. Dia kasi tahu par beta kalau mas bay pi sini. Jadi ya beta langsung ke sini saja mo." Aksen timurnya terdengar tumpang tindih dengan suara cemprengnya. Dia melirik Gempita ama Andis yang ada di sisi kiri dan kanan Bayu. Tersenyum manis dan mengangguk hormat ke arah seniornya tersebut. Lalu pandangannya kembali terpusat ke Bayu, "beta kesini Cuma pengen ngomong kalau nobita su bisa mas bay ambil dari bengkel. dia su sembuh. Su bisa kasi tarik kencang touring-touring lai toh. Mas bay pasti su seng tahan lai buat jalan-jalan deng nobita. Akhir minggu ini kanvas ada touring ke ngawi. Mau ke kebun teh kapa? Huh beta paling heran deng rencana Mas Gahar. Memangnya su seng ada lai kah tujuan touring selain kebun teh? Yang benar saja? Biking beta pung kepala pusing ini eh..."
Bayu melonjak-lonjak girang mendapat berita dari gaple. Saking senengnya dia sampai meluk-meluk gaple, bahkan nyaris menghadiahi pemuda ambon manise tersebut dengan ciuman kalau saja dia tidak ditoyor kepalanya ama gaple. lain halnya dengan Andis. Walaupun dia tidak terlalu mengerti ucapan gaple yang kecepatan bicaranya seperti kereta ekspres tersebut tapi begitu cuping telinganya mendengar kata touring meloncat begitu saja dari bibir tebal sawo matang gaple membuatnya menukikkan alis. Tidak senang. Mendengus keras.
"serius nobita udah siuman?" pekik Bayu lebay, Andis memutar bola matanya, "nanti sore lepas maghrib aku ke bengkel. Gila udah kangeeeen rasanya ma nobita." Selorohnya benar-benar berlebihan membuat perut Andis mual mau muntah, "thanks banget ya ple kamu udah menyembuhkan dan merawat nobita dengan baik. Aku udah kawatir aja kalau dia nggak bisa disembuhin lagi habis aku ajak travelling ke jogja. Waktu macet di krian, rasanya udah hopeless banget. Aku mau bunuh diri aja kalau saampai nobita sakaratul maut. Untung ada kamuuu. Makasi makasi makasi." Dia ingin memeluk gaple lagi tapi tangan gaple yang seterong kayak batang bambu udah lebih dulu menahan tubuhnya.
"beta paling seng suka dapat peluk dari mas bay. Menjijikkan mas bay." Dia merengut, menekan-nekan dada Bayu yang masih ngotot memeluknya. Aduh tu cowok berrasa umur lima tahun apa yang suka seenaknya peluk-peluk kayak teletubbies?
"aku benar-benar makasih banget ple. Tunggu aku di bengkel ya?"
"siap mas bay. Beta balik pigi kelas dulu eh. Bentar lai ada presentasi ama dosen killer." Katanya seraya melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia berlalu di hadapan tiga seniornya setelah memberi salam perpisahan kepada mereka.
"jika tidak mengingat kalau mas Bayu sahabatan ama dia, Gempita udah gigit tangannya tuh orang sampai putus. Masih kesel dan nggak terima aja dia pernah hasut mas Bayu buat ngilang dua bulan ke kampung halamannya. Masih nggak rela." Ujar Gempita manyun, menghentakkan kakinya lalu Duduk mengikuti Bayu yang udah menghempaskan pantat terepesnya terlebih dulu di atas suluran akar-akar kokoh pohon trembesi.
Bayu mengetuk ujung batang rokoknya lagi, abu putih di sana langsung berjatuhan di atas rumput jepang. Menghisap lalu menghembuskannya perlahan, "udah lah pit. Masa lalu juga. Jangan diungkit-ungkit lagi." Katanya menyeringai tipis.
Andis mencengkeram bahu Bayu, membuat pemuda ceking itu menghadapkan tubuh ke arahnya yang mengambil duduk di kanan Bayu, "kalau sampai gue denger lo ikutan touring shit lo itu gue nggak akan pernah ngampunin lo." Gertaknya dengan mata menyala tajam.
Lagi-lagi Bayu nyengir, menghembuskan asap rokok tepat di muka Andis, menyorotkan mata teduhnya, menghisap lagi untuk kesekian kali rokoknya yang udah hampir habis, "kamu tenang aja dis. Aku nggak akan ikutan touring kok. Kan aku lagi nggak punya duit. Dan niat untuk cari kerja beneran serius. Aku beneran mau kerja sekarang. Kamu kan tahu kondisi finansialku sudah nggak tertolong lagi saat ini."
Andis melepaskan cengkeramannya, sedikit menyesal mendengar jawaban dari Bayu.
"tapi mas Bayu, cari kerja yang tidur dan makan ikut bosnya rasanya sulit banget deh." Kata Gempita menelisik kontur wajah Bayu, "kerja bayaran pas-pasan aja yang jam kerjanya 8am to 8pm tanpa jatah makan sulit banget carinya. Apalagi yang minta makan tidur."
"ya aku juga tahu sih. Tapi kan masa kamu nggak bisa cariin kerjaan buat mas Bayu sih pit? Orang tua kamu kan tacik-tacik high class yang punya banyak kenalan di surabaya? ayolah bantuin aku?"
"tapi lo sadar diri donk kriteria bos yang pengen lo lamar tu ketinggian." Tukas Andis menoel kening Bayu dengan jari telunjuknya, "yang segala minta makan dan tidur segala. Emang lo pembantu apa?"
"pembantupun nggak apa?"
"eh? Serius lo?"
"ini lebih dari serius. Dua ratusrius kalau bisa. Satu-satunya barang berharga aku Cuma baju-baju kumal di kerdus kosan. Mereka nggak bisa aku jadiin uang. Nggak ada yang mau beli pakaian aku."
"jelas lah. Siapa juga yang mau beli baju dekil aroma rempah busuk lo itu? apa lagi lo jarang mandi, pasti banyak penyakit menempel di baju-baju lo. Bisaa korengan nanti."
Bayu tertawa kecil, membuang putung rokok yang udah habis tembakaunya, lalu menginjaknya dengan sepatu hitam terepesnya, "bisa aja kamu dis. Emang kamu punya chanel yang bisa kasi kerjaan aku jadi pembantu? Ayolah, whateva aku dikasi kerja. Im coming out. Im like shit lovey dovey gembel poor man sekarang. Bahkan kalau jadi manwhore-pun aku dan 'nobita' kecil ikhlas. Aku tahu tuhan nggak kasih ijin jadi gigolo. Tapi ntar aku mau tobat tiap 'nobita' kecil selesai ngentot jika aku dapat kerjaan nyenengin tante-tante."
"Hell, are you serious pengen jadi fucking pelacur heh? Nonsense. Nggak ada yang mau dientot ama gembel busuk tengil kayak lo. Yang ada mereka bakal muntah tiap lihat penis lo yang banyak jamurnya, and who is the bitch nobita kecil yang otak pelor lo means?" kening Andis berlipat-lipat.
Bayu menaikkan alisnya, menunjuk selakangannya lalu menggoyang-goyang pantat tepos sambil tertawa keras yang langsung dapat jitakan keras dari Andis.
"bro.... stop kata-kata kasar." Cela Gempita menaikkan kedua telapak tangannya di hadapan dua sahabatnya, "tidak ada kata kasar selama ada aku. Itu perintah. Dari dulu." Lanjutnya sebal, "mas Bayu hilangkan niat mas Bayu tentang pekerjaan hina itu. mas Bayu harus inget semiskin apapun mas Bayu, mas Bayu tuh satu-satunya di antara kita yang khatam alquran. Pokoknya mas Bayu nggak boleh berpikiran ttentang pekerjaan itu."
Bayu mengangguk cengengesan.
"lagian ya mas Bayu nggak akan ada majikan yang mau memperkerjakan laki-laki menyeramkan buat jadi pembantunya."
"maksud kamu apa pit?"
"lihat tampilan mas Bayu sekarang. pakaian item-item udah kayak mau melayat saja. Rambut mas Bayu juga gondrong, ngembang lagi, udah kayak di kasi baking powder aja. Aroma tubuh mas Bayu juga nggak sedap. Bau matahari, keringat, rempah pahit, tembakau dan apa ini?" Gempita mengernyit sambil mengendus-endus kepala Bayu, "sulfur? Mas Bayu bercanda? Ini belerang kawah merapi?" tanyanya kaget, menyelipkan jari telunjuk putih dibawah lubang hidungnya seraya bersungut-sungut lucu.
"penampilan lo lebih mirip genderuwo dari pada manusia." Andis menoyor kening Bayu yang malah ketawa-ketawa binal, "nggak ada manusia semengerikan lo asal lo tahu. Kalau lo benar-benar pengin cari kerja ubah tampila ajaib lo ini."
"maksud kamu motong rambut aku?" pekik Bayu histeris, "no guys.. lebih baik aku mati aja dari pada musti kasi potong sasuke?"
"sasuke?" Andis melotot, alis kirinya naik, sudut bibir dan lubang hidung kirinya berkedut-kedut,itu menandakan dia benar-benar clueless, "siapa lagi dia?"
"ya mahkota aku lah. Rambutku kan jimat aku. Makanya aku kasih nama sasuke sebagai penghormatan biar semakin sakti khasiatnya."
"penghormatan bego setan maksud lo? Orang gila mana sih yang ngasih nama shitti fucking rambutnya yang likes mi kriting? Sorry pit, gue benar-benar nggak bisa ngomong halus ama crazy bastard satu ini. dia itu jerk, dan nggak ada bitchy tata-krama likes hell di kamus gue buat big asshole seperti dia."
Gempita mendelik ke arah Andis, dia membuang muka yang udah memerah, "bikin jengkel aja kamu. Nggak ada jalan-jalan kamis sore ke ph. Aku marah ma Andis yang nggaka bisa nahan mulutya."
Andis gelagapan, dia serta merta menggeser tubuh Bayu dan duduk di samping Gempita, "kok lo gitu sih pit. Kita kan udah sepakat kamis sore itu waktu kita. Kapan lagi kita bisa bersama berduaan aja. Akhir-akhir ini kita selalu sibuk ama skripsi apalagi gue ama kegiatan bem gue. Kalau kita egois persahabatan kita Cuma sampai pelataran kampus. Kita Cuma bisa ber-say hello, curhat-curhat di kampus. Kalau bukan kita berdua yang menjaga persahabatan ini trus siapa lagi? Lo mau gantungin nasib persahabatan kita ama si fuck-mas baik Bayu?"
Dan kali ini Bayu benar-benar nggak bisa menahan geli. Tawanya pecah. Andis dengan sikap menye-menye seperti menanti band scorpion kosidahan. Ini langka man. Pakai banget. Dan sama sekali nggak cocok ama badan gorilanya. Dan apa katanya tadi? Persahabatan? Tadi malam Andis pasti salah posisi coli di kamar mandi. Andis si makhluk sosial gila kuasa ngobrolin tentang menjaga persahabatan sama aja lihat daddy corbuzier lagi main bekel ama agung herkules. Sounds so menye-menye. Imposible, dan ajaib. Oh man otak dan lidah Andis tuh udah disumpah untuk mengeluarkan statement-statemant berbau organisasi dan hukum tahu nggak.
Gempita menggerutu. Murutnya menggerundel. Apun deh dia makin tambah gemesin aja sih. Andis nggak kuat lagi. Dia mengacak-acak rambut lifeboy Gempita. Menikmati aroma melon menengankan buat hidungnya yang beberapa waktu ini tersadap ama aroma rempah busuk tapi sialnya Andis akui bisa menenangkan hatinya. Andis tersenyum tulus. Menambah level gantengnya naik satu tingkat. Dan mengabaikan sebisa mungkin makhluk absurd jelmaan genderuwo di sampingnya yang massih ketawa jelek. Anggap saja dia genderuwo beneran.
"aku benci ama Andis pokoknya. Tapi... Andis benar sih kita harus menjaga persahabatan kita. ya udah deh, Gempita nggak jadi batalin kamis sore kita." Gempita menyedekapkan kedua tangan mulusnya yang tanpa bulu. Oh palestina pasti sedang ngeteh bareng israel sambil makan biskuit roma sekarang. Andis seriusan ngobrolin tentang jaga menjaga persahabatan nih?
"kamis sore apaan sih? Kok aku nggak tahu?" tanya Bayu setelah berhasil menguasai gelak tawanya, mata coklat muda terang dengan iris kuning keemasan seperti madu itu masih berembun, menyisakan titik-titik air yang sempat lolos saat dia ketawa tadi, "ke ph ya? Aku ikut donk. Udah lima tahun nih nggak pernah makan pizza. Jadi lupa gimana rasa keju mozarella yang meleleh itu? rasanya masih enak nggak?"
Beneran deh Bayu perusak suasana. Nggak tahu apa Andis sedang berjuang merebut cinta pujaan hatinya-eh? Andis melotot. Buru-buru melepas telapak tangannya yang masih bertengger di kepala Gempita. Apa yang barusan dipikirkannya? Berjuang merebut cinta pujaan hati? Maksudnya Gempita itu? manusia berjakun dan berpenis seperti dia? Andis melotot horor. Kayaknya tadi malam dia salah ngurut penis saat coli deh. Biasanya Andis mengusap dari sisi kiri ke kanan penisnya tiga kali baru mengurut perlahan naik turun sebelas putaran, habis itu menaikkan tempo. Setengah ketukan untuk sepulluh kocokan, naik lagi satu setengah ketukan untuk dua puluh kocokan baru desahan nikmat sambil bayangin ngentot pepeknya jenita jannet bisa terlolos bebarengan tujuh titik-titik keringa di pelipisnya. Itu sudah jadi rumus solo karir Andis. Dia nggak pernah lupa dengan hitungannya. Dengan ketukannya. Dia selalu ingat sama tujuh titik keringa pertama di pelipisnya setiap onani. Makanya setiap coli dengan rumus yang dia punya dia selalu memiliki perasaan bahagia setelahnya, tugas-tugas kampus dan kegiatan kemahasiswaannya akan semakin berjalan lancar. Pikirannya lurus, otaknya seperti baru di f5 ratusan kali, membuatnya semakin giat melayangkan berpuluh-puluh ide cemerlang. Tapi sekarang?? Andis menggeleng-geleng kuat. Merebut cinta Gempita? Yang benar saja? Andis yakin setangguh baja. Dia benar-benar saalah coli. Oh damn.
"Andis kenapa sih geleng-geleng gitu. Nggak mau ngajak mas Bayu ke ph?"
"NGGAK. Maksudnya bukan itu, maksud gue.." Andis mengusap-usap wajahnya kasar, dia lalu berpaling dari Gempita menghadapi Bayu, "semenjak hilangnya lo sebulan lalu kita udah sepakat ngasih lo talak satu." Nada suaranya berubah. Tajam, dengan intonasi nggak bersahabat, dan dingin, "jadi jangan harap lo bisa kongkow-kongkow bareng gue ama Gempita sebelum lo menunjukkan keseriusan lo untuk nggak pernah hengkang dari kami lagi."
"jangan gitu lah. Kita kan keluarga cemara yang selalu bersama-sama. Jadi ijinin aku ikut ke ph ya, ya, ya.... aku pengen makan pizza nih. Pengen bangeet." dia mengeluarkan jurus puppy eyes kayak Gempita. Tapi percayalah. Maksudnya bener-bener percayalah. Dengan wajah tirus, rambut gimbal kayak setan, muka berpori-pori yang penuh bulu-bulu di rahang sampai dagu, kantung mata berlipat-lipat, jurus puppy eyes nggak akan pernah berhasil dari sana. Dua mata berwarna unik tersebut yang ada malah kelihatan menyalak kayak mata anjing rabies yang minta dicolok pakai linggis. Sungguh perawakan genderuwo turun berok milik Bayu jangan pernah di sandingkan dengan hal-hal berbau unyu. Karena dia sama sekali nggak unyu for sempak gambar doraemonnya sake
"keluarga cemara taik babi apa-ya ya Gempita maaf, keceplosan-emak di keluarga cemara nggak nelorin sundel bajingan yang sebulan lalu ngilang tanpa kabar. Sperma abah terlalu suci untuk mencetak sampah masyarakat seperti lo AWWWW!!!!!" pekik Andis saat Gempita mencubit pinggangnya gemas.
"mas Bayu nggak usah dengerin dia. Mas Bayu otomatis diajak kemanapun kita pergi kok. Jadi mas Bayu tenang aja."
Bayu bersorak yes seru sambil meninju udara bebas saking sengannya. Sementara Andis cemberut di tengah. Dia nggak rela. Benar-benar nggak rela. Dia mau me-oh double shit. Gempita senyum. Dan itu indah banget. Penuh bintang menari di sudut mata bercahanya. Dia pahatan terindah yang tuhan bikin. Dada Andis menghangat. Dia lumer. Bukan karena terpaan sinar matahari yang menerobos sela-sela daun trembesi di attasnya. Tapi karena keindahan di depan matanya. Seperti dihipnotis dia mengangguk yang anggukannya diasumsikan Gempita dengan kata setuju bahwa mas Bayunya emang selalu ada kemanapun mereka pergi. Manis sekali. Dan Andis ereksi. Shit shit shit .....
"kita kesampingkan dulu masalah ph." Celetuk Bayu melirik ada yg tidak beres di selakangan Andis yang mulai menyembul, "sekarang bantuin aku mencari pekerjaan."
Andis menaikkan alis kanannya 0,8cm dari lintasan, bebarengan dengan tiga lipatan kerut di jidat serta cuping telinga kanan bergerak-gerak, gesture tubuh Andis yang menandakan dia sedang berfikir. biasanya sesudah itu ide-ide cemerlang yang membuatnya menjadi ketua bem dua tahun berturut-turut tercetus.
"jujur ya yu gue kenal lo nggak dari kemarin yang bisa ngeiyain setiap serapah lo. Gue kenal lo sejak lo jadi ketua pelaksana ospek dan gue mahasiswa baru yang lo didik. Dan sekarang seorang Bayu takut kelaparan itu bukan lo banget. Nama belakang lo bukan S. Lencana kalau lo benar-benar takut busung lapar. Lo itu tolol, bodoh, kampret, tapi lo seorang mahasiswa bego yang lebih takut mati kehilangan nobita dari pada takut kelaparan. Dan lo itu adalah salah satu masyarakat nggak berotak yang lebih milih menghabiskan tidur seharian di kos dari pada milih bekerja. Bau badan lo nggak bisa bohong. "
Bayu tersenyum. Nggak ada cengengesan dari bibirnya yang udah berhenti menjepit rokok. Dan itu menandakan dia sedang dalam mode serius. Jangan terkejut! serius mode on nya Bayu itu emang senyum. Dulu waktu smp Bayu pernah ditegur guru fisika saat ujian. Guru itu bilang pasti Bayu mau mencontek karena senyum-senyum nggak jelas sendirian. Padahal nggak. Bayu senyum karena dia sedang serius mengerjakan soal-soal kampret fisika.
"ada apa tuh ama senyum lo heh?"
"andiisss kan Gempita udah bilang jangan ada kata-kata kasar. Gempita nggak suka. Andis mau Gempita marah lagi?"
"tahan dulu emosi lo pit. Ini lebih penting. Mas Bayu lo itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Dan ingat nggak ada rahasia diantara kita."
Gempita bungkam turut memperhatikan Bayu.
Bayu merogoh saku belakang jeans belelnya, mengambil bungkus rokok berwarna hijau muda dari sana, menarik sebatang lalu menyusupkan di belahan bibirnya, menarik lagi rokok yang tinggal satu, kemudian menyelipkannya di sela-sela telinga. Kini dia sedikit menegakkan tubuh, merogoh saaku depan celana untuk mengeluarkan korek bensol berbentuk gitar berwarna hitam yang ada lukisan vespa. Membuka penutupnya lalu memantik gas, sejurus kemudia ujung rokoknya sudah berkeretak lembut dan menyala merah. Bayu menyesap nikotin tersebut sedikit dalam. Asap-asap tembakau menyesakkan mulai brlucutan bari bibir dan hidungnya.
"hehe..." dia terkekeh dengan pandangan menerawang, kedua bahunya bergetar. Menghisap rokok lagi, menghembuskannya perlahan, "kemarin aku cerita kan kalau aku ama kawanan bee talk mengirimkan sumbangan bencana sinabung. Dan bro percaya ama aku, jika aku kupu-kupu aku pasti akan terbang sendiri ke sumatra. Sayangnya tuhan nggak kasih aku sayap, makanya aku butuh sayap lain buatan manusia biar badanku ini yang masih menapak tanah jawa ini bisa nyampai ke sana. Artinya aku butuh naik pesawat. Dan untuk naik pesawat wajib memiliki tiket. Dan untuk memiliki tiket manusia bahkan jin-jin taman lawang yang pengen bepergian melalui udara pastinya kudu punya duit. Aku kan kere banget waktu itu. hasil jual hp sama sekali nggak bisa dibuat membeli tiket pesawat pulang pergi. Makanya aku pinjam uang lima juta ama salah satu temen."
Oh oh... Andis menepuk jidatnya keras. Matanya membulat denga rahang membuka lebar. Sumpah jika dia bukan mahasiswa hukum yang tak tahu apa-apa tentang hukum dan bila membunuh dianjurkan dalam syariat pasti sekarang dengan perasaan bahagia dan hati berbunga-bunga dia akan berlari menuju gudang kebersihan, mengambil cangkul yang biasa digunakan pak bon memelihara kebun, lalu menancapkan lempeng besi sedikit karatan ke otak Bayu. Persetan dengan keselamatan pemuda flat tersebut. Dia nggak mau ambil pusing, dia nggak mau ambil peduli lagi, dia
BUUGHH!!!
Itu.. bukan dari Andis. Suara tinju itu memang dengan sangat menyenangkan dilihatnya bersaarang di muka Bayu. Tapi pelakunya-
"Gempita... ouch, kenpa kamu tinju wajah aku sih?" Bayu mengerang dengan tubuh membentur batang gagah pohon terembesi. Dia memegangi pipinya, menggerak-gerakkan rahang. Ngilu. Sial. Bogeman tangan Gempita membekas dengan warna merah di muka Bayu. Dia jauh lebih terlihat menyeramkan saat ini, "kampret rokok aku jatuh lagi. Ck ah..."
Gempita bangkit. Disusul Andis. Dia bertolak pinggang di hadapan mas Bayunya, "itu hukuman buat mas Bayu yang udah berpiikir pendek. Mas Bayu mau menolong orang lain tapi dengan menyusaahkan diri mas Bayu sendiri? Pemikiran picik mas Bayu kayak anak-anak. Mas Bayu ngaca sana. Mas Bayu udah tua. Seharusnya udah dewasa. Kalau memngambil tindakan dipikir dulu. Jangan suka seenaknya. Gempita marah ama mas Bayu. Pokoknya marah. Mas Bayu dengar?? Gempita marah." Dia menghentak-hentakkan kedua kakinya lalu enyah, lalu diikuti Andis yang masih shok melihat emosi pemuda unyu tersebut.
"sial, itu rokok terakir ku. Ck..."
==
Bayu menyetem senar gitar, menarik ulur senar dengan memutar-mutar tuning keys, ketika dirasa nadanya pas tidak sumbang Bayu mulai memetik dawai-dawai tersebut. Alunan melodi mengalun beberapa saat kemudian. Sebuah intro dengan kunci D disusul suara serak sexi khasnya.
Letih aku bila menatap
Sgala kisah dalam dirimu
Pengorbanan dan penantian
Hanya terbuang dan sia-sia
Kau hempaskan tubuh ini
Kau goreskan luka hati
Suara gesekan kulit jari dengan senar saat perpindahan kunci F#m ke G lalu A terdengar samar tapi justru semakin mempercantik permainan solonya. Suara Bayu yang tinggi dengan sedikit falset diujung nada menambah nilai pesona penampilan ciamik nan memikatnya.
Takkan aku kenang lagi
Tulus cinta yang kau beri
Pergilah cintaku
Lupakan dirinya
Takkan aku ingat lagi
Sakit hati yang kau beri
Pergilah cintaku
Biarkan berlalu
Suara bariton serak Bayu mengalun renyah. Serak yang tidak mengganggu. Serak tipis yang kentara saat mencapai nada tinggi. Terdengar seksi. Beberapa mahasiswa yang emang lagi berada di basecamp mapala bertepuk tangan melihat perform dadakan Bayu. Para cewek fungirl berkyaa~~ dengan rona pipi bersemu merah.
"mas bay suaranya bagus banget..."
"coba mas bay ikutan band kampus pasti mas bay bakal semakin terkenal."
"sebulan nggak ketemu mas bay suara mas bay tambah merdu saja."
"ih... mas bay bikin aku meleleh. Itu lagunya aku banget."
"nyanyiin lagu yang lain dong mas bay.
"ya mas bay yang menye-menye, lagi pengen ngegalau nih..."
Bayu Cuma cengengesan mendapat serangan komen dari junor-junior di komunitas pecinta alamnya. Dia menggaruk-garuk kepala yang emang gatel, for bau menyengat berelerang di rambut gimbalnya sake, dia belum keramas selama sebulan. Menselonjorkan kedua kaki, menyandarkan punggung ke dindin, memposisikan tubuhnya supaya enak pas meluk gitar. Lalu dentingan-dentingan kecil mulai bersusulan. Dengan intro D G A D C#m Bm G A. Tapi tak diikuti suaranya lagi. Hanya alunan akustik yang sengaja ingin dia mainkan saja untuk mengisi waktu.
Bram ketua komunitas mapala tahun ini yang tadi mengajak Bayu untuk meeting di markas berdeham. Membuat seisi ruangan yang sedang berlesahan di atas karpet merah terdiam. Termasuk suara gitar Bayu. Semua mata fokus ke arah mahasiswa semester tiga jurusan teknik perkapalan tersebut. Ya sudah merupaka adat mapala yang selalu lesehan saat mengadakan forum. Alasannya cukup simple, duduk lesehan seratus kali lebih enak dari pada duduk di kursi. Bram yang bersila di depan menghadapi anggota-anggotanya membenarkan letak kupluk garis-garis hijau biru tua di kepalanya.
"saya bertujuan mengajak kalian meeting sore kali ini untuk membicarakan hal penting yang baru saya dapat dari ketua pelaksana ospek tadi siang. Apalagi mas Bayu udah pulang dari jogja jadi sekalian bisa meminta pendapat dari dia." Suara bassnya terdengar berwibawa, Bayu yang juga duduk selonjoran di depan tapi agak mojok dekat pintu masuk manggut-manggut, menyandarkan dagu di badan gitar, sambil memasang telinga tajam-tajam, "malam inagurasi ospek maba tahun ini akan dilaksanakan akhir bulan. Yang berarti dua puluh enam hari lagi. Tadi karina nyamperin saya, dia mengatakan kalau tahun ini panitia pelaksanaan ospek berniat menggandeng mapala untuk kerja sama mengadakan malam inagurasi. Kegiatan yang biasanya dilaksanaka hanya di seputaran kampus kali ini mau diacarakan di alam bebas. Seperti camping, hiking, swimming di laut, pokoknya kata karina yang berhubungan dan bersatu dengan alam liar.
"dia sudah menyodorkan spot-spot yang bisa di pilih ama mapala dan meminta saran dari kita mana tempat yang bagus. Acaranya berlangsung selama seminggu. Jadi kata karina tugas kita nanti sebagai penunjuk jalan, mengawal dan mengkoordinasi jalannya acara sekaligus melakukan babat alas napak tilas serta memastikan alat-alat keselamatan yang perlu dibawa. Karena nggak bisa semua anggota bisa ikut jadi saya akan tunjuk anggota-anggota yang tahu kondisi alamnya saja buat jalan, sama anggota yang pakar bagian dapur dan obat-obatan.
"daftar tempat-tempat yang karina sodorkan ke saya untuk diputuskan diantaranya pantai plengkung banyuwangi, kawah ijen bondowoso,gunung bromo, kawasan pemandian air panas pacet mojokerto, ama air terjun trawas mojokerto. Nah sekarang kita diskusikan dari kelima tempat ini yang sekiranya bagus. Mas Bayu saya juga minta sarannya ya." Dia melirik Bayu sambil tersenyum setelah pidato panjang lebar. Bayu yang dilirik memutar bola matanya malas. Menggeleng nggak bersemangat. Lalu mulai memainkan gitarnya lagi saat ruangan jadi bising lemparan pendapat dari berbagai arah.
Setengah jam menjenuhkan dan melenakan mata Bayu yang udah menyala llima watt diskusi di markas mapala masih juga belum menentukan hasil akhir. Pilihan sekarang tinggal dua kawah ijen atau gunung bromo. Forum terbagi menjadi dua. Dengan pendapat masing-masing. ngotot. Mulai serang pendapat yang udah melibatkan emosi. Sampai kata-kata dancukpun ikut dibawa-bawa. Bayu benar-benar malas sekarang. Tingkah juniornya masih saja nggak ada perubaha sejauh ini. masih kekanak-kanakan dengan ego besar dan pemikiran yang terbingkai dengan kubus. Bayu menghela nafas jengah. Menggenjreng gitarnya keras. Memutus urat yang bersitegang diantara dua kubu. Mereka menatap Bayu takut. Bayu memang pribadi banyak senyum. Tapi singa dibelahan bumi manapun tidak akan suka dibangunkan.
"demi tuhan bisaa nggak sih kalian nggak bawa emosi dalam forum. Kalian bukan anak kecil lagi. Kesampingkan dulu egois kalian. Aku nggak tahu kenapa panitia pelaksanaan ospek memberi mandat besar ke sekumpulan otak-otak dungu di sini. Dan ck..." dia menyandarkan gitar di sampingnya, duduk mendekati bram, mengambil notes yang biasa dibawa bram kemanapun. Membaca coreta-coretan cacing di sana, dia kemudian menelisik bram dari balik notesnya, "serius ketua panitia kasih spot-spot ini buat maba? Acara ini bisa jadi Cuma sekali semur hidup. Jadi mahasiswa baru nggak mudah datang dua kali. Dan dia berpikir acara inagurasi bersatu dengan alam bisa berkesan di benak maba hanya dengan tempat-tempat mainstream ini? ayolah. Buka kubus otak kalian. Coret semua usul panita ospek. Mapala nggak setuju dengan semua tempat ini." mandatnya tak terbantah.
dia mengembalikan notes pada pemiliknya dengan muka keki, "tulis dengan huruf besar. Destinasi yang MAPALA berikan arung jeram songa." Benar-benar nggak punya perasaan Bayu. Mau mati dia. Diskusi panjang lebar, ngalor ngidul junior-juniornya sama sekali nggak didengarnya. Bahkan dirinya hanya diam saja sambil ngantuk bodoh di atas gitar dari tadi. Nggak melakukan apapun. Nggak memberikan andil apapun. Seenaknya saja dia main putus sendiri. Mana nggak ada di draft main spot lagi. Sungguh-sungguh mau mati tu anak orang. bikin kzl kzl kzl. Ih..."dan NGGAK BISA DIGANGGU GUGAT!!" ini pelecehan. Pelecehan jabatan ketua mapala yang ekstensinya nggak dilihat bulu matanya. Kurang ajar. Breng-
Tapi tak satupun dari anggota mapala lainnya yang menentang. Mereka yang tadinya mengalami tensi tinggi kini malah sumringah. Menganggukkan kepala degan muka berseri-seri. Mahasiswa mapala di kampus ini tidak akan pernah bisa menolak pesona eksotis keindahan tujuh air terjun serta jejeran gua-gua kelelawar yang mengelilingi sungai pekalen. Rafter paradise yang Bayu jadikan sebagai acara welcome anggota baru saat dia menjabat ketua mapala tiga tahun lalu yang kini malah menjadi satu tradisi.
Bram di hadapnnya menjabat tangan Bayu sambil berkedip. Ew, itu nggak sopan anak muda. Bayu mengendus tak bersemangat. Balik kepojokan lagi. Peluk gitar yang merupakan salah satu properti milik mapala. Genjreng-genjreng kesetanan. Kali ini lagu madness yang terdengar. Seperti suasana otaknya yang sedang tergila-gila. Bukan karen gila jatuh cinta tapi gila akibat rokoknya jatuh pas ditojok Gempita dan rokok yang diselipkan ditelinganya hilang. Bah..!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top