24. Mozaik

Hi Gan, kalo ente merasa cerita ane terlalu banyak teka-teki membosankan, silahkan pintu keluar ada di sebelah kiri.

Jika ente merasaa cerita ini terlalu complicated, full of drama, full of menye-menye, silahkan pintu keluar ada di sebelah kirinya sebelah kiri.

:)



Bayu tidak tahu keajaiban apa yang dia dan teman sebandnya peroleh. Tidak berapa lama dia, Andra, Ferdi ama Rega terkepung di dalam studio musik yang terbakar, seseorang entah siapa itu datang menyelamatkan mereka.

Orang itu memanggil pegawai dan pemilik studio, datangnya tepat banget sebelum keempat pemuda di dalam sana terpanggang ama jilatan api dari ledakan listrik.

Sampai sekarang, sampai Bayu merasa sudah baikan berbaring selama dua minggu di rumah sakit terbesar se Jawa Timur, dia tidak tahu siapa orang itu. Pemilik studio juga tidak mau memberinya jawaban. Dia dan segenap karyawannya memilih bungkam dari pada menjawab pertanyaan Bayu.

Bayu penasaran, banget. Andra, Ferdi dan Rega ― kondisi mereka juga sudah baikan, meskipun Andra mengalami luka bakar cukup parah dan harus menjalani operasi plastik untuk pemulihan ― juga tidak tahu menahu siapa gerangan orang yang telah menyelamatkan mereka.

Setiap kali teman-teman Bayu datang berkunjung, Bayu selalu melontarkan pertanyaan yang sama, apakah salah satu di antara mereka ada yang datang secara ajaib dan menolong Bayu bersama rekan sebandnya? Tapi, Bayu harus menangguhkan rasa penasaran hebatnya, karena dari semua teman-temannya yang membesuk, tak satupun yang menjadi pahlawan bertopeng buat Bayu.

Jin? Nama itu sempat terlintas sekali dalam benak Bayu. Pas Bayu mengirimi pesan berisi Bencong selepas lomba robot kan Jin tidak memberinya balasan, namun, Bayu menggeleng keras. Jin memang sosok pahlawannya beberapa kali, tapi Jin bukan Doraemon yang memiliki pintu kemana aja, yang bisa membawanya dari Solo langsung ke Surabaya dalam waktu sekejap. Jin juga bukan penyihir yang bisa ber Apparate seenak tali pusarnya. Dan Bayu bersumpah demi jajaran sempak doraemonnya, jika Jin tidak memiliki Portkey yang bisa membuatnya berteleportasi menembus ruang dan waktu.

Kevin? Dia adalah satu-satunya orang selain Panji yang menjaga Bayu siang malam semenjak Bayu menginap di rumah sakit. Dan Kevin menjawab dengan tegas jika dia bukanlah sosok misterius yang menyelamatkan Bayu dkk.

Lalu siapa? Kepada siapa Bayu mengalamatkan rasa terimakasihnya selain kepada pemilik studio dan karyawannya?

Kepala Bayu berdenyut, sedikit pusing, dia sudah akan memegangi kepalanya tatkala sebuah tangan besar dan familiar tahu-tahu memijit keningnya lembut.

Bayu menengadah dan mendapati sosok Panji yang memasang raut serius berada di radius beberapa centimeter darinya.

Panji menghembuskan nafas, dan barang imut nan mungil di selakangan Bayu berdiri tidak tahu malu. Kapan sih desahan nafas Panji tidak membangkitkan libidonya?

"Kamu tahu betapa khawatirnya saya melihat keadaan kamu beberapa minggu lalu yang mengenaskan itu Lencana?" suara tegas Panji memijit saraf pendengaran Bayu.

Bayu terlena, seharusnya dia kan merasa terpesona atau apa gitu karena diperhatikan dengan sangat manusiawi oleh majikannya, tapi yang ada, terlenanya Bayu disini nggak masuk akal. Suara seduktif Panji yang berada sangat dekat dengannya malah semakin membuat nobita kecil dalam kurungan sempak doraemon yang baru dia ganti tadi subuh merangsek-rangsek. Ya ampun, ada apa dengan suara Panji? Kenapa hanya dengan mendengarnya bernafas saja, imajinasi Bayu tentang keindahan ngentot berbagai rasa langsung tercetus?

"Kalau saya kehilangan kamu, hidup saya akan kurang lengkap Lencana, Mike akan kehilangan sosok ibu lagi dalam hidupnya?"

Seharusnya kalimat itukan romantis banget ya bleh, tapi Bayu kan hanyalah sebatas mahasiswa abadi Teknik Elektro dimana IP-nya dari mulai semester pertama sampai sekarang masih betah diangka dua koma nol satu, dan pemuda nggak tahu diri yang gemar entot sana entot sini, kalimat menyinggung hati yang dilontarkan Panji tersebut malah membuat Bayu berfantasi yang nggak-nggak.

"Keberadaan kamu mengisi ruang kosong di hati saya Lencana. Ruang kosong yang sudah lama terbengkalai ditinggalkan mendiang istri saya."

Bayu menggeser bokongnya mendekati Panji. Ya ampun, sudah berapa lama pemuda ceking tersebut nggak kuda-kudaan ama Panji? Kalimat-kalimat Panji yang sarat akan bahaya mengancam hatinya, kian nggak digubris lagi ama pemuda yang salah satu cita-cita nggak masuk akalnya menjadi penerus Mbah Marijan. Oh ayolah, Panji kan sudah memiliki lacur simpenan yang bisa setiap saat dia jejali dengan kata-kata romantis.

Dan Bayu nggak mau terperangkap ke lubang yang sama, kecuali jika lubangnya dijejali Jenderal Perang, shit otak Bayu benar-benar tersetrum listrik kayaknya. Dia dulu pernah, sekali walaupun tipis dan tersirat, menggantung sedikit asa kepada Panji. Entah cinta, entah apa, dia pernah merasa bahwa Panji adalah benar-benar tempatnya pulang. Namun, ketika dia melambung sedemikian hebat, dan Panji juga menawarkan ranumnya sebuah perasaan, Bayu dihempaskan begitu saja. Ekstensinya kalah pamor dengan Siluman Ular Putih.

Dan Bayu dengan segenap perasaan matinya, perasaan nggak percaya dengan segala serapah cinta, tidak akan pernah sudi melibatkan perasaannya jika berhubungan dan bersangkutan dengan Panji. Cukup hubungan fuck buddy yang saling menguntungkan saja yang dia percaya saat ini.

Bayu mengusap paha Panji, menyandarkan kepalanya di bahu kokoh itu. Namun entah mengapa, imajinasi ngentotnya yang kali ini berfantasi ngentot di ranjang pasien, luruh tanpa bisa dia minta. Dan Bayu terkesiap, elusan tangannya di paha Panji membeku seiring dengan perasaan hangat, nyaman dan merasa terlindungi yang bahu Panji tawarkan.

Darah Bayu berdesir. Tidak! Ini bukan cinta! For god's sake Bayu nggak akan sudi meletakkan sebongkah cinta yang nggak pernah dia akui itu kepada orang seperti Panji. Kata maha ajaib cinta, yang UNESCO tidak pernah mencatatnya ke dalam keajaiban dunia, nggak akan tumbuh di hati Bayu. Kalaupun Bayu termasuk salah satu manusia yang terserang magisnya, dia nggak ingin Panji yang mendapatkan hatinya.

Karena Bayu percaya, sangat percaya, Panji terlalu sempurna. Laki-laki penuh luka di dasar retina singa-nya itu terlalu jauh untuk digapai Bayu.

"Saya sayang kamu Lencana," Panji mengusap punggung Bayu lembut.

Bayu hanya tersenyum miring. Kehangatan itu pada akhirnya akan kandas juga kan? Dia tahu, dan dia nggak percaya.

Panji memegang dagu Bayu, menariknya mendekat dan sudah akan mencium dua lapis daging tipis merah keunguan itu tatkala sebuah suara cempreng menginterupsi segala keromantisan mereka.

"Mom, Dad, are you going to make some babies here again, just like last night?"

Dua laki-laki tidak muda lagi itu menelengkan kepala ke arah sofa penunggu, ke arah Mike yang baru saja bangun dari tidurnya.

Bayu gelagapan, mukanya bersemu merah mengerikan, Panji tersenyum maklum.

"Mike mau dibuatkan adik?" tanya Panji masih dengan pose sama, namun kali ini Bayu yang berada dalam dekapannya sudah tidak ada lucu-lucunya lagi. Yang ada, mukanya semakin menjengkelakan dan menimbulkan hasrat siapa saja pengen menaboknya.

"Sure Dad, but please dont make noise. Mommy's scream disturb my sleeping," suara cempreng Mike terdengar bersemangat. Dia bangun dari sofa, kemudian naik ke ranjang Bayu, duduk di pangkuan Panji, kemudian memeluk Bayu yang masih bersender di bahu Panji erat.

Lupakan Bayu dengan segala perangkat kelelakiannya, yang terlihat di salah satu ruang VVIP tersebut adalah sebuah keluarga harmonis.

Tuhan tidak menciptakan cinta memiliki sepasang mata, karena sejatinya, cinta itu tidak memandang siapa saja dalam dekapannya. Persetan dengan gender, apakah kamu akan membuka sempak orang yang kamu sukai untuk melihat apakah di dalam sempak itu ada penis atau vagina, hanya agar kamu bisa terus menjalin hubungan dengannya? Jika kamu mendapatkan Miss V maka kamu akan melanjutkan cinta-cintaan? Namun jika yang kamu temukan sebuah tonjolan yang sama dengan punyamu akan kah kamu melepas cintamu begitu saja? Karena wow ― menyukai sesama jenis itu salah. Masyarakat akan mengutukmu jika kamu menjadi homo. Persetan!!

Soyognyanya adalah born to be a gay is not something wrong. It all depends on us. What will we choose? Stuck in a good way which makes us uncomfortable or stand on our feets with a choice that is truly suit our consience.

Kevin masuk ruangan tak berapa lama setelah nuansa penuh keromantisan itu terjadi, dia memandang Panji tidak suka. Berjalan begitu saja ke samping ranjang Bayu. Mengambil sebuah apel lalu mengupasnya.

"Om Kevin ngapain sih ke sini lagi?" tanya Mike nggak suka, dia memaksa Bayu memeluknya sementara Panji berada di sisi ranjang berseberangan dengan Kevin.

Bayu terkekeh mengerikan. Oh ― dunia sedang menimangnya sedemikian seru. Dulu, Bayu harus mengumpulkan uang terlebih dulu untuk jajan ke Dolly yang belum digusur hanya untuk melepas hasrat nobita kecil, namun sekarang, jangankan sepeser rupiah, minta dientot kapan aja, Bayu bisa mendapatkannya secara mudah. Panji ama Kevin, dua laki-laki penuh pesona yang bisa membuat Bayu merasa dimanja. Benar-benar tidak waras dengan Bayu.

"Mike sayang, pacar Om kan lagi sakit, jadi Om harus selalu menjenguknya dong," kata Kevin santai, mengabaikan tatapan tidak suka seorang Panji yang alisnya menukik kayak kambing minta kawin.

"No Om," suara cempreng Mike memekik lantang, "Mommy itu hanya milik Mike doang."

"Ya ampun sayang―" Kevin menyuapi apel ke Bayu yang langsung ditepis Panji, tapi tetep aja dia sorongkan secuil apel itu buat Bayu, "Kan kamu bisa memiliki papa baru. Papa Kevin! Gimana kalau mulai sekarang kamu panggil Om Kevin ini dengan papa Kevin?"

"Mati saja kamu jika kamu mau Mike memanggilmu papa?" suara galak menyalak-nyalak dari mulut Panji. Jidatnya sudah menyembul otot-otot tegang, rahangnya mengatup keras. Tak mau kalah, dia mengambil buah jeruk, mengupasnya lalu menyuapkan ke mulut Bayu yang masih ada remahan apel.

Ya ampun ini apaan sih? Kenapa dua orang laki-laki sangat menawan berebut perhatian sosok laki-laki dekil kayak upil seperti Bayu sih? Sabar dong boys, ngentot kok ngentot. Cuma dijadwal ya, Bayu nggak mau threesome. Perutnya mules membayangkan bercinta rame-rame. Ya ampun, Bayu benar-benar gila!!

"Dan asal lo tahu aja Pak Tua, gue nggak akan ngebiarin calon bini gue jatuh ke pelukan lo," sengak Kevin sengit, menyumpal mulut Bayu yang masih kepayahan mengunyah jeruk dengan cuilan apel lagi, "Lo nggak kasihan ama Bayu kalau dia nikah ama lo? Mungkin baru tiga tahun merid, lo mati terus dia menjanda di usia muda."

"Umur saya belum ada tiga puluh lima tahun," Panji memberi haluan keras, menghantamkan sisir jeruk ke mulut Bayu sampai dia nyaris tersedak, "Saya tidak akan membiarkan istri saya menjanda begitu cepatnya. Saya sehat, setiap hari saya olahraga, saya memakan makanan bergizi. Dan saya tidak memiliki penyakit yang bisa mengantarkan saya mati muda. Bisa jadi kamu besok yang mati. Usia manusia tidak ada yang memprediksi. Dan salah satu doa saya buat Tuhan adalah menghantar kematian kamu."

"Cih," masih menatap Panji kesal, tanpa memperdulikan isi liang mulut Bayu yang sudah penuh akan jeruk dan apel, Kevin masih menggeruskan apel ke mulut Bayu.

Mike yang kasian ama mommy nya dan nggak tahu kenapa dua orang laki-laki di hadapannya malah berantem, mengambilkan air putih buat Bayu, lalu kembali mengalungkan tangan Bayu di pusaran tubuh ringkihnya. Menonton pertandingan seru Daddy dan Om Kevin dalam memperebutkan cinta Mommy.

"Laki-laki tua seperti lo bisa tahan berapa ronde sih? Paling baru tusuk langsung orgasme. Ejakulasi dini Pak Tua? Lo nggak kasihan lobang Bayu lo PHP-in."

Spontan Bayu menutupi telinga Mike. Arah pembicaraan semakin nggak waras. Bayu juga bingung. Dilihat dari mana saja yang namanya Bayu S. Lencana tuh nggak ada ganteng-gantengnya. Cuma mungkin beberapa kali wajahnya khilaf jadi kelihatan sedikit ganteng, sedikit menarik, ada sekelebat wajah Reza Rahardian lah di kerut-kerut mukanya. Tapi itu nggak sering, bahkan bisa dihitung jari wajah Bayu bertransformasi terlihat lebih menarik.

"Saya bisa bercinta dengan Lencana dari subuh ke subuh lagi," sahut Panji sangat tidak bisa dipercaya. Tapi mata Bayu langsung berpendar bling-bling. Oh God, bercinta dari subuh ke subuh??

"Dan gue bisa membuat Bayu mendesah nama gue dua kali dua puluh empat jam nonstop," timpal Kevin semakin tidak bisa ditangkap nalar.

Bling-bling di mata Bayu semakin kuat, namun sebelum pertengkaran nggak masuk akal ― apalagi hanya untuk memperebutkan sosok Bayu yang jauh lebih nggak masuk akal ― semakin runyam dan besar, Bayu harus segera menghentikannya supaya dia tidak diusir sebagai pasien di rumah sakit ini.

Dia menghalau tangan Panji ama Kevin yang akan menyorongkan buah di tangan mereka ke mulut Bayu, lalu Bayu mengelus rambut Mike yang malah cengengesan mellihat mommynya direbutkan.

"Bapak-bapak, perlu diingat. Saya cowok di sini. Secantik apapun muka saya, jika saya menikah dengan salah satu dari kalian, saya tidak akan menjadi istri. Saya akan menjadi suami, mengerti? Dan bisa tidak kalian menghentikan perdebatan konyol ini? Kepala saya sangat pusing. Saya butuh istirahat."

Kesalahan tidak terjadi dengan layar smartphone anda jika mungkin secara tiba-tiba layar smartphone atau layar laptop anda ngeblur. Kesalahan terjadi pada mulut Bayu yang nyablak, ngomong seenak udelnya jika dia cantik. Cantik? Oh, siapa saja, gampar otak Bayu dengan benda tumpul atau benda tajam. Halal!! Sebagai cowok saja Bayu mengerikan, apalagi jika seenak urat sarafnya disandingkan dengan kata cantik? Dari mananya? Dari rambut gondrongnya?

Panji ama Kevin akhirnya keluar kamar demi kenyaman Bayu dengan Mike yang terus-terusan mendorong tubuh Kevin supaya menjauh dari Bayu.

Bayu menghela nafas berat, menarik selimut untuk menutupi sebagian dadanya, lalu mencoba untuk tidur.

===

"Sakit Bay― hati gue sakit!! lo nggak tahu kan betapa kesepiannya gue selama ini?"

Laki-laki itu menatap lembar mata Bayu dengan penuh kesakitan. Dia meringis, air matanya luruh satu-satu. Dia menumpukan kedua tangannya di atas wastafel. Tubuhnya bergetar, berguncang hebat.

Bayu hanya mampu menatap pemuda kesakitan itu dengan tatapan nanar. Dia ingin merengkuh sahabatnya, membenamkan wajah penuh derita tersebut ke dalam dadanya, tapi Bayu tak kuasa. Jelaga ngilu yang sahabatnya tawarkan menikam seluruh persendiannya. Dia tahu sahabatnya kesakitan, bahkan dia juga merasakan kesakitan itu. Air mata pertahanan Bayu menembusi kelopak matanya. Dadanya sesak, dia tidak mampu berbuat apa-apa.

"Kalau orang tua gue aja nggak menginginkan kehadiran gue sendiri, buat apa gue hidup Bay? Hidup tanpa kasih sayang dan cinta sama saja terperangkap dalam bangkai mayat. Lebih baik gue menjadi mayat, dengan begitu tidak akan ada lagi luka yang gue derita. Lebih baik gue menjadi mayat supaya gue nggak merasa dicampakkan tiap kali orang tua gue mengacuhkan gue. Gue sakit Bay. Gue sakit??"

Bayu ngilu, hatinya pecah, kesedihannya benar-benar mengurat di seluruh tubuhnya.

Sahabat yang sejak kecil setia menemaninya, yang sejak kecil menguatkannya bahwa semua akan baik-baik saja, yang sejak kecil mengajarinya tersenyum dan tertawa, hari ini, detik ini, di salah satu bilik toilet bandara International, pertahanannya lebur. Koyak, serpihan kepingnya memintal derita demi derita buat Bayu.

Bayu tergugu, terdiam di tempat. Dia ingin merengkuh bahu pemuda itu, namun jemarinya terlalu rapuh untuk menguatkannya. Dirinya terlalu ringkih untuk dijadikan sandaran.

Pemuda itu mendongak ke arahnya, tersenyum miris. Hidupnya ibarat kepingan kaca yang menyusun sebuah mozaik, namun di akhir kepingan yang coba dia satukan, tidak ada keindahan yang terlihat. Mozaik itu usang di tempat, hitam putih terbengkalai. Seperti hidupnya!!

Kemudian Bayu memekik, ketika sahabatnya memukul cermin di hadapannya. Serpihan kaca berhamburan di lantai, dia mengambil satu, dan menggoreskannya begitu saja di urat nadinya.

Bayu meraung, menjerit, meminta pertolongan. Siapa saja? Please!!

Namun suara Bayu tak kunjung keluar, detik berikutnya dia ikut bersimpuh bersama sahabatnya.

===

"SATYAAAAAAAAA!!!!!!" Bayu menjerit terbangun dari tidurnya.

Keringat dingin meluncur tidak tenang di tubuhnya. Panji yang tidur di sofa penunggu terbangun kaget. Dia menghampiri Bayu lalu memberinya air minum, menggusak punggung Bayu dengan gerakan menenangkan.

"Kamu tidak apa-apa Lencana?" tanya Panji, merengkuh tubuh Bayu untuk bersandar di bahunya.

Bayu mengangguk berkali-kali, dia membenamkan wajah berkeringatnya di dada Panji, tapi detik berikutnya suara yang keluar dari mulut Panji membuatnya membeku.

"Siapa itu Satya, Lencana? Kenapa tiap malam kamu terus mengigau namanya?"

Tenggorokan Bayu tercekat, tidak tahu harus menjawab apa, "Tiap malam?" tanya Bayu terbata.

"Selama dua minggu kamu rawat inap di rumah sakit, kamu selalu mengigau nama Satya, apakah dia orang yang berarti buat kamu Lencana?" ada nada kekecewaan yang keluar dari suara Panji. Bayu tidak tahu kenapa Panji bertanya penuh kecewa kepadanya.

"Dia, dia," Bayu menghela nafas panjang, dadanya sesak, kilasan kematian sahabatnya seperti sebuah putaran film yang coba dijejalkan secara paksa di memori Bayu. Rasa sakit itu, membakar sampai sekarang.

Panji menciumi puncak kepala Bayu, membelai punggung pemuda dalam dekapannya dengan sayang, "Tidak usah diteruskan, sudah malam, lebih baik kamu tidur lagi."

Panji membaringkan Bayu, menyelimuti tubuh Bayu, mencium sekilas bibir Bayu, kedua kelopak mata Bayu, kemudian kening Bayu. Dia kemudian naik ke ranjang tempat Bayu tidur, merebahkan tubuhnya di sisi Bayu, lalu memeluk Bayu dari samping.

===

Andis menatapnya angkuh, sementara Gempita dengan telaten menyuapi Bayu dengan nasi jatah dari rumah sakit.

Kondisi Bayu sudah berangsur membaik, dua hari lagi, kata dokter yang merawat Bayu, dia sudah boleh pulang. Rega ama Ferdi tadi pagi juga menjenguk Bayu, kodisi mereka 100% fit. Tinggal kondisi Andra yang lagi masa pemulihan. Nanti jika Bayu keluar dari rumah sakit, dia berniat menjenguk Andra.

Setiap kali mengingat nama Andra, Bayu merasa marah pada dirinya sendiri. Jika saja Bayu tahu siapa orang yang ingin banget membunuhnya, maka Bayu akan bisa mencegah sahabat-sahabatnya yang turut menjadi korban. Bayu sudah lelah, lelah dengan semua teka-teki ini. Dia sudah tak ingin lagi menghindari siapapun yang ingin menghabisinya. Dia sudah rela, lebih tepatnya pasrah dengan kematian yang mungkin saja menjemputnya kapanpun.

"Gue bersumpah Yu, kedua tangan gue sendiri inilah yang mengantar siapapun yang mau mencelakakan lo ke neraka. Gue nggak peduli dia memiliki kekuatan sehebat apapun, bagaimanapun caranya, orang yang sudah mencelakakan lo harus menerima balasan yang lebih berat dari pada yang pernah dia perbuat kepada lo," Andis mengepalkan kedua tangannya geram.

Gempita menggeleng takut, "Andis aku takut, aku memiliki firasat tidak baik."

"Takut kenapa sayang?"

"Aku takut kehilangan kamu Andis. Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak tahu bisa bertahan atau tidak jika kamu meninggalkan aku," Gempita menatapnya nanar, pelupuk matanya sudah tergenang butiran bening.

Andis menangkup wajah Gempita, mencium kedua kelopak mata Gempita, hingga bulir bening itu sukses mencumbu pipi mulus Gempita. Andis kemudian mencium kening Gempita agak lama, menyalurkan segenap perasaan sayang yang dimiliki hatinya.

"Kamu tenang saja sayang, aku akan baik-baik. Kamu ingatkan, aku pemegang sabuk hitam olahraga beladiri? Aku pasti bisa menghabisi siapapun musuh Bayu."

Gempita mengangguk, rapuh, "Aku Cuma memiliki perasaan buruk saja Andis. Demi Tuhan aku sangat mencintai kamu," dia kemudian menenggelamkan tubuh mungilnya dalam pelukan Andis.

"Ndis," lirih Bayu, tersenyum tulus. Dia merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut pelukan Gempita dan Andis, "Kalian tenang saja, aku tidak akan membiarkan siapapun memisahkan kalian. Bahkan orang yang mengancamku sekalipun. Ndis, aku Cuma membutuhkan satu pertolonganmu."

"Apa itu Nyet?"

"Jaga Gempita apapun yang terjadi. Kamu dengar adikku, aku tak akan membiarkan siapa saja jatuh menjadi korban dari semua kegilaan ini. Jika yang dia inginkan Cuma aku, maka hanya aku yang akan mendatanginya."

Serta merta Andis melepaskan peluknya, dia menjentik kening Bayu keras, hingga Bayu mengaduh, dan Gempita manyun, mas Bayu nya mendapat kekerasan dalam rumah tangga lagi.

"Tubuh lo kayak orang cacingan gini mau menghajar dia seorang diri?" Andis berdecih, "Bahkan kalau lo lawan Gempita aja, gue jamin masih kuatan Gempita."

Gempita manyun di tempat, terus menyuapi Bayu, "Tapi mas Bayu memang kecil sih, memang benar ya Ndis, kalau aku melawan mas Bayu, aku pasti menang."

Andis tertawa kecil, mengacak-acak rambut Gempita, "Iya sayang, kamu tuh seribu kali lebih kuat dari Ultramen Dyna."

Bayu memutar bola matanya jengah. Gempita melonjak-lonjak di tempatnya.

"Dengar tuh mas Bayu, Gempita aja lebih kuat dari mas Bayu. Jadi mas Bayu nggak usah sok-sok an deh menolak kemampuan Andis melawan orang yang ingin mencelakakan mas Bayu."

"Tapi aku nggak mau terjadi apa-apa dengan Andis."

"Mas Bayu tenang aja, Gempita lebih kuat dari dugaan mas Bayu. Gempita siap menerima apapun yang terjadi, walaupun untuk kemungkinan terburuknya, Gempita masih berusaha mengumpulkan kekuatan sedikit demi sedikit," Gempita tersenyum kecil, mata hitam itu, mata hamster lucunya, ada sedikit ketakutak yang mengintip malu-malu di sana, "Aku juga yakin, Andis pasti pulang membawa cintaku, apapun yang terjadi."

===

Jin

Jun, gw hrap ketika lo baca pesan gw, lo udah pulang dari rumah sakit. Gw pnya perasaan buruk ttg rmah sakit.

Gw sayang ama lo

Bayu membanting ponsel pemberian Gempita, ketika dia membaca pesan dari Jin. Bayu tak mau mengingatnya, dia meraung, menjerit histeris, hingga Kevin yang berjaga di luar tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Ada apa Bay?" Kevin mendekap tubuh Bayu yang berguncang hebat, dia mengusap kepala Bayu dengan sayang, "Hei Bay, Kenapa lo histeris seperti ini?"

Bayu ingin berteriak, namun ingatannya tentang percakapannya tadi siang bersama Andis dan Gempita, membuat emosi Bayu surut. Dia tersenyum dalam dekapan Kevin. Jika memang sekarang waktunya dia menjupai pembunuhnya, maka dia siap. Dia tidak ingin ada sahabatnya yang tidak bersalah menjadi korban lagi.

Bayu melepas dekapan tubuh Kevin. Menggeleng, untuk meyakinkan Kevin bahwa dia tidak apa-apa.

"Mending lo tidur Bay, udah malam. Kalau ada apa-apa gue berjaga di depan. Tadi Panji pulang sebentar untuk mengantar Mike," Kevin membaringkan tubuh Bayu, mengecup bibir Bayu lalu meninggalkannya keluar.

Bayu mendesis, siapapun lo, gue udah siap.

===

Bayu tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Dadanya tiba-tiba terasa diremas luar biasa sakit. nafasnya sesak, akralnya bahkan seluruh tubuhnya dingin. Dia kesulitan menggapai udara bebas. Perlahan Bayu membuka mata, tertatih-tatih, kesakitan. Dan seluruh tubuhnya membeku, kemudian di sela-sela rasa sakit luar biasa itu, dia tersenyum miring melihat Yani yang sedang berdiri di samping ranjangnya dengan membawa jarum suntik yang sudah terisi cairan entah apa.

"Gue benci banget ama lo Bay."

Samar Bayu mendengar suara Yani. Ternyata hidupnya berakhir di tangan Siluman Ular Putih. Betapa miris sekali Bayu.

"Gue harap satu suntikan dari gue,membuat lo tenang di alam sana."

Lalu tawa melengking dengan nada ditarik ulur menggema, detik berikutnya semua gelap. Bayu tidak ingat apa-apa.

-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top