17. Mission Impossible
Percakapan ini terjadi sehari setelah Mike sadarkan diri dan Bayu selesai main entot-entotan ama bokapnyan Mike di sofa penunggu dekat bed tempat Mike berbaring. Iya, jadi setelah ciuman yang Bayu rasakan sangat manis tersebut ternyata ciuman itu ama Panji dituntun dengan sangat bersahabat menuju ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dalam haribaan ini entot-entotan maksudnya.
Setelah lima ronde bokong tepos Bayu digenjot dengan berbagai macam manuver menggairahkan, Bayu mandi dengan keadaan setengah mengenaskan. Anus perih seperti dirudal basooka, benak tololnya beranggapan anusnya melebar sekian diameter setelah dirojok otongnya Panji, jadi jika dia berak tu 'sesuatu' langsung keluar tanpa perlu mengejan. Orang bodoh, dia kira anusnya terbuat dari plastik?? Dengan susah payah setelah prosesi mandi Bayu berjalan dan mendekati Mike. Pengen tahu keberadaan Panji? Manusia tua si tersangka utama penyetubuh anus Bayu langsung cabut begitu sudah subuh, mau ketempat Yani katanya, mau diskusi pelajaran — bah, Bayu orang tolol tapi bukan berarti nalarnya sudah almarhum, Panji dosen elektro sementara Yani mahasiswi keperawatan, mau diskusi apa coba? Menginjeksi pasien dengan transistor? Mengecek gula darah pasien dengan solder? Idiot!! Paling tuh aki-aki sok oke mau entot rasa pepek. Ah Bayu sedikit jengkel.
Makhluk imut yang berhasil membuat Bayu lolos melakukan adegan telenovela bin menye-menye tersebut mengerjapkan mata kecil berairnya yang daya ledak keimutannya 1 Ton TNT. Bayu otomatis tersenyum, melupakan cerita sedih anus di hari minggunya. Dia menggenggam tangan mungil Mike yang halus, mencium puluhan kali wajah Mike yang masih pucat, dan sudah akan membuka mulutnya untuk menyapa si kecil tatkala Mike terlebih dahulu menjatuhkan fatwa yang bahkan sudah dilupakan Bayu. Bayu menegang. Mau bohong dan membelokkan arah pembicaraan tapi dia belum diajarin yang begituan ama Gus Dul di tempatnya ngaji. Kata Gus Dul, guru ngajinya, Bayu dilarang bohong, dilarang nyelimur, akibatnya malaikat Rokib akan memasukkan perkataan Bayu ke dalam catatannya. Bayu nggak mau, walaupun Bayu suka entot tapi dia nggak mau menyalahi Gus, dan menambah kerjaan Malaikat Rokib yang udah banyak. Bayu Cuma mingkem, mengolah perkataan si kecil, tanpa ada tepisan karena semua yang Mike bicarakan adalah refleksi dari suaranya sendiri saat Mike masih tak sadarkan diri.
"Pah, Mike denger loh semua omongan papah pas Mike tertidur." Bunyi cempreng besi rongsokan mengalun di bibir pucat Mike, "Mike bahagia, akhirnya papah mau juga mengabulkan permintaan kecil dari Mike. Menikah dengan daddy. Papah nggak bohong kan waktu papah bilang seperti itu?"
Bayu merengis, mau menyangkal tapi sendi putar kepalanya sudah keburu menggeleng dengan sangat ciamik. Mike jadi antusias dan bersemangat.
"Akhirnya Mike bisa lolos dengan Mamah Siluman Ular Putih." Mike ketawa.
Bayu mengernyit. Mamah Siluman Ular Putih? "Sayang , Mamah Siluman Ular Putih itu siapa?"
"Mamah Yani lah papah.... Mike benci sama dia papah. Masa Mamah Siluman Ular Putih memaksa Mike makan cupcake yang ada kejunya. Kan Mike alergi keju. Mike mau menolak tapi Mamah Siluman Ular Putih mengancam mau mengambil daddy dan eyang jika Mike menolak. Jadi Mike takut trus Mike makan aja cupcake itu pah."
"Tapi sayang,, bukankan mamah Yani tidak mengetahui alergi kamu?" Bayu bertanya diayun dalam romantisme kemarahannya.
"No pah. She knows everything about me. Termasuk alergi keju-nya Mike. Dia pernah mengantar Mike waktu alergi Mike kambuh tahun lalu pah."
Bayu terkejut. Ralat, luar biasa terkejut. Jadi Yani tahu Mike alergi keju? Dan dia sengaja mau meracuni Mike? Tapi? Tapi? Kenapa Panji membiarkannya? Kenapa dia memaafkannya? Apakah se-tidak-begitu-berhaganya kah sosok Mike buat Panji? Sehingga dia lebih membela sundel tersebut dari pada anaknya? Bayu tak habis fikir, pikirannya dirubung pertanyaan-pertanyaan yang terus mendesak. Kenapa ada seorang bapak yang tak acuh kepada putranya sendiri hah? Ataukah jangan-jangan Mike bukan anak kandungnya? Bodoh!!! Mike jelas-jelas anaknya Panji. Darah dagingnya dia. Tapi kenapa Panji sepertinya mengingkari hal tersebut? Nji apa sih yang ada di pikiran lo selama ini? Kenapa lo tega banget ama Mike? Dulu meninggalkannya di Jembatan Merr-IIC gitu aja. Sekarang lo ngebiarin dia hampir terbunuh ama calon bini lo sendiri? Ada apa sebenarnya ini Nji? Kenapa gue nggak mampu melihat maupun meraba kemana arah lo melajukan bahtera keluarga lo? Kemana sebanarnya lo mau melabuhkannya hah?
Bayu menutup matanya. Luapan emosi yang dia tahan sedari malam menggeliat. Tanpa sadar tangannya mengepal erat. Dia kemudian melihati anaknya yang entah mengapa memiliki kesamaan hidup dengan mendiang sahabatnya. Dia memandangi Mike dengan tatapan melindungi.
"Kalau papah jadi mamahnya Mike, Mike nggak akan dijahatin Mamah Siluman Ular Putih lagi pah. Mike akan bahagia papah. Punya daddy, punya Mommy, punya eyang. Mike nggak masalah Mommynya Mike laki-laki sama kayak daddy dan Mike, yang penting Mommy Mike orangnya baik, dan sayang Mike."
Apakah sekarang saat yang tepat buat Bayu untuk terharu dengan perasaan miris dan kembali menjatuhkan air mata? Tidak. Bayu harus kuat. Dia menengadah, mengerjap berkali-kali supaya benih bening yang sudah meniti pelupuknya kirap. Dia harus bisa tegar di hadapan Mike. Di hadapan anaknya.
"Pah kalau mulai sekarang papah Mike panggil Mommy, kira-kira papah marah nggak pah?"
Bayu terkesiap. Mommy? Gus Dul yang suka menyesap tembakau rasa menthol saat memberi kultum jamaahnya selesai sholat subuh tersebut dan memiliki tingkat keseriusan di atas Bapak Susilo Bambang Yudhoyono saat pidato kenegaraan itu pasti akan mematung dan dua detik berikutnya tawanya akan pecah, lalu guling-guling di atas permadani di musholla menertawakan Bayu dengan embel-embel Mommy-nya. Dan jika Erick mendengar keponakannya mengilhami kata Mommy buat sahabat sekomunitas skateboardnya pasti akan langsung jumping sambil lipslide dan kata ajaib penuh dengan tikaman olok-olokan melopat dari mulut busuknya. Jika Andis yang dengar atau minimal tahu saja? Wow horror untuk membayangkan, kalau Gempita yang mengetahuinya, Cuma dia yang pasti akan mendukung Mike, sementara Bang Reza, Bang Gahar, terlebih Steven yang tahu? Hanya satu kata yang tepat untuk dikeluarkan. NERAKA!!! No, Bayu nggak mau. Bayu laki-laki. Entah belok entah lurus tapi dia laki-laki yang hanya bisa bersanding dengan kata papa, ayah, abah, daddy, papi, engkong, tapi Mommy?? Korelasinya dari mana coba? Dari mana?
Kata TIDAK MAU MIKE sudah menggantung di ujung lidah Bayu, tapi begitu netra madunya memindai wajah kesakitan Mike yang masih saja pucat dengan pijar mata penuh pengharapan itu, segala egoisme dan keteguhan Bayu poranda, dan kosa katanya sukses terobrak-abrik. Bayu terhipnotis. Dia mengusap rambut hitam Mike yang halus di tangannya. Aroma sampo strawberry saat mandi kemarin sore mengudara penciuman Bayu. Bayu kemudia merunduk, menyentuh kening Mike sayang dengan bibirnya. Lembut dan dalam, seperti memberi pelipur buat kesakitan Mike. dan mengikrarkan sebuah janji kuat jika dia dengan segenap perasaannya akan melenyapakan Mamah Siluman Ular Putih sundel bolong pelacur murahan sesegera mungkin, bagaimanapun caranya.
"Apasaja buat kamu sayang." Sahut Bayu penuh keibuan. Sial!! Pemuda ceking itu berasa jadi seorang ibu saja.
"Yeay... makasih ya Mommy!!" Mike merangkulkan dua tangan kecilnya di seputar leher Bayu. kemudian menciumi Mommy versi barunya dengan penuh cinta khas anak kecil yang selalu tulus tanpa kebusukan. Oh!! Terimakasih Tuhan, rumah sakit ini menyediakan sabun mandi beraroma karamel di kamar mandi, jadi bau sperma entah dari burung Panji maupun burungnya sendiri sudah hilang dan nggak sampai tercium Mike. Lain kali kalau dia mau ngentot di rumah sakit, Bayu akan memastikan di kamar mandinya ada sabun wangi atau nggak!!!
"Jadi mulai sekarang Mommy harus bekerja keras buat bisa merebut daddy dari Mamah Siluman Ular Putih itu Mom." Mike kembali bersuara, kali ini dengan disuapi Bayu bubur halus khas rumah sakit. Bibirnya yang pucat bergerak-gerak lucu, menciptakan belepotan di lintasan garis lekuk bibirnya. Bayu tersenyum geli, mengusap mulut Mike.
"Ditelan dulu sayang baru ngomong." Bayu memberi minum teh hangat yang juga khas rumah sakit buat Mike. Dengan telaten dan penuh keibuan dia memegangi gelas tersebut sehingga Mike bisa langsung menenggaknya tanpa kesulitan. Sial!! Bayu benar-benar menganggap dirinya Mommy. Bagaimana bisa??
Mike nyengir di balik gelas teh hangatnya, menampilkan barisan gigi-gigi kecilnya yang ompong sebelah. Tangannya yang masih lemas bertumpu di atas tangan Bayu ikut memegangi gelas. Kemudian dia membuka lebar mulutnya lagi setelah selesai minum teh.
"Tapikan sayang bagaimana pap—Mommy merebut daddy kamu kalau siluman itu nempel kayak perangko dengan daddy?" Ya ampun Bayu mual menyebut Mommy untuk dirinya sendiri. Seriusan nih bleh doi jadi Mommy buat si imut tak berdaya Mike?
"Tenang aja Mommy, serahkan semuanya pada Mike. Mike punya seribu jalan ke roma untuk membuat daddy jatuh cinta ama Mommy." Mike berujar semangat empat lima, "Kita buat misi menyingkirkan Mamah Siluman Ular Putih dari samping daddy Mom."
"Misi?"
"Iya, yang kayak di Mission: Imposible Rouge Nation itu lho Mom, pas Ethan Hunt dan tim berjuang keras memberantas organisasi sindikat. Nanti di sini Mommy dan Mike berjuang memberantas Mamah Siluman Ular Putih."
Bayu melongo. Siapa yang mencekoki bayi lima tahun dengan tontonan seperti itu? Bagaimana kabar serial kartun upin&ipin dan laptop si unyil? Sudah musnah?
"Caranya sayang?" Bayu bertanya bego. Serius dia mau menjalin misi memberantas Mamah Siluman Ular Putih dengan bocah lima tahun? Dan mempercayakan caranya pada tuh balita? Yang dewasa di sini Bayu apa Mike sih? Demi tuhan ada yang salah dengan selakangan Bayu.
Mike tersenyum kecil, membuat cekungan kecil di kedua belah pipinya terlukis menawan, "Gampang Mom. Mommy tinggal nempel terus daddy selama di rumah. kan Mamah Siluman Ular Putih jarang ke rumah tuh Mom, nah kesempatan itu Mommy buat untuk menculik cintanya daddy."
Otak Bayu semakin nggak waras. Dia semakin heran dengan kecerdasan di balik tempurung kepala Mike. Si kecil itu bisa memiliki kehebatan dalam berfikir, kenapa daddynya malah jongkok akal dan nuraninya hah?
Bayu malas berfikir, toh dia mengiyakan saja perkataan malaikatnya. Sementara Mike mengoceh mengenai misi imposible versi mereka, tangan Bayu terampil dan luwes menyuapi Mike bubur halus sampai habis. Dia sudah akan menaruh nampan makanan dari rumah sakit di depan pavilliun mereka tatkala sebuah kalimat yang keluar dari mulut Mike menegangkan sekuruh otot-otot Bayu.
"Mom, tadi malam Mommy main kuda-kudaan ama daddy kok sambil telanjang dan teriak-teriak sih? Emang panas sama sakit Mom mainnya? Biasanya Mike kalau main kuda-kudaan ama pengasuh Mike yang dulu nggak pernah buka baju dan merasa sakit tuh."
JLEB!!!
Mampus lo Bay!
===
Bayu tidak pernah menyangka mission imposible versi otak kecil Mike akan sedemikian frontal. Bayu sampai tidak habis fikir dengan cara kerja satuan neuron balita menggemaskan yang kadang-kadang menjengkelkan tersebut. Maksudnya, ya ampun bahkan Bayu tidak pernah memiliki cita-cita untuk melakukan hal sedemikian absurd kepada sesama jenisnya. Ini diluar konteks sodom menyodom ya bleh, karena walaupun bercintanya dengan Panji juga merupakan jenis kata kerja aneh tapi toh Bayu mengambil sisi manfaat buat pemuasan nafsunya. Tapi ini? Ini bleh?
Bayu menoleh ke belakang. Ke arah Mike yang sembunyi sambil menutup tawa ngakaknya di balik guci tembikar yang segedhe gaban. Bayu menaikkan alis sambil menengadahkan kedua lengannya, maksudnya ingin mengirim pesan yang artinya 'lo yakin nih dengan teori yang elo kasih? Gue sih mau metong aja sekarang rasanya.'
Tapi balasan yang didapat Bayu adalah dua jempol Mike yang kecil kayak buah belimbing kuntet itu yang teracung sekakan mengisyaratkan, 'sudahlah Mommy, bersama Mike misi kita bakal berhasil.'
Bayu balik lagi ke depan, berdeham, berjalan mendekati Panji yang sedang mengerjakan sesuatu di balik laptop berlogo apel cuil sebagian. Bayu jadi heran, kenapa sih banyak banget yang menggunakan elektronik dengan logo itu? Enakan apel utuh kemana-mana kali. Oh otak Bayu sekarat sekarang. Segala macam fucking shit logo sampai menjadi detailnya gegara gugup ini. ya gugup bleh, gugup!!
"Panji!" Bayu bersuara lirih, pengennya memberi kesan romantis yang kayak Mike omongin tapi yang ada suaranya malah kayak kodok menggeram. Oh damn, kenapa tuh pemuda menjijikkan pakai acara malu-malu segala coba?
Panji mengangkat kepala, menoleh sekilas kearah Bayu kemudian perhatiannya kembali berputar ke layar laptop setelah menggumam tanda dia mendengar apa yang ingin diucapkan pembantunya. Bayu berpaling lagi ke arah Mike, anak setan itu malah ngikik sadis, kedua tangannya membuat gerak menggusah Bayu supaya melanjutkan perbuatan nistanya. Bayu menggeleng-gelengkan kepala. Dia kemudian duduk di samping Panji setelah sebelumnya membereskan berkas-berkas lembaran putih yang berserakan di sana dan disusun rapi kemudian dia taruh di atas meja.
"Emm.. Pan—eh maksudnya Nji—er maksud aku ehem..." Bayu nervous, telapak tangannya berkeringat dingin dan bergerak tidak tenang di atas pangkuannya, "Daddy, emm ntar mau makan malam apa? Biar emmm—mmm— moo—e—emmm." Demi Tuhan dia sulit mengucapkan kata yang udah menggawing di ujung lidahnya, dia menoleh sejenak kebelakang dan jengkel sendiri melihat Mike yang sudah guling-guling di lantai sambil menggigiti boneka T-Rex untuk membungkam suara tawanya, "Biar emmm—mmoooommmmmmmyyyy yang buat." Fiuh....
Gerak putar kepala refleks Panji patut dimasukkan musium muri, dengan hanya sepersekian detik dia menolehkan kepalanya ke arah Bayu akibat omongannya barusan. Kening Panji mengernyit, mata yang terbungkus frame khusus baca itu mengoreksi ekspresi Bayu yang saat ini memasang mode pengen ditabok.
"Maksud kamu?" tanyanya dengan suara berat.
Bayu batuk kecil dua kali, mengingsutkan bokongnya untuk mendekati Panji sampai pahanya menyentuh paha Panji yang terbungkus celana kain warna hitam pres body. Bayu menarik nafas panjang, ini saatnya. Ini saatnya.
"Mommy mau memasak apapun yang daddy pengen." Ucapnya dalam sekali nafas, dadanya bergemuruh, "Ada nasi goreng cinta, capcay belaian kasih sayang, telur orak-arik penuh cinta, bla, bla, bla bingkisan rindu." Sumpah bleh, itu semua Mike yang merancang, Bayu Cuma menjadi aktor doang di sini. Otaknya kan separuh bleh jadi dia nggak menyaring dulu kalimat pemberian Mike yang harus dia ucapkan yang ternyata sangat memalukan tersebut.
"Kamu sedang tidak sehat Lencana?" tanya Panji menelangkupkan punggung tangannya di kening Bayu, "Mommy siapa yang kamu maksud? Mama aku? Budhe irma? Dia sedang perjalanan bisnis ke Sumenep Lencana. Lebih baik kamu urusin Mike sana. Saya sedang sibuk, jangan mengganggu saya." Panji mengembalikan fokusnya pada kabinet kerjanya di laptop tapi kalimat Bayu selanjutnya menegakkan leher Panji.
"Anak kita emm maksudnya Mike yang menginginkan memanggilku Mommy, ehm.. kamu tahukan emmh... daddy.... emmm, hidupku berkiblat pada dia sekarang. Jadi apapun yang dia inginkan seluruh tubuhku hanya memberikan jawaban Iya pada dia."
"Termasuk mengijinkan dia memanggilmu Mommy?"
Bayu mengangguk, sesekali mencuri pandang kearah Mike yang sekarang menggigiti boneka sapi segedhe tubuh mungilnya.
"Wajahmu terlalu lakik dan mengerikan untuk dipanggil Mommy Lencana."
Bajingan. Tengik. Sialan. Kampret. Wedus.
"Tidakkah kamu sadar akan hal itu?"
Fuck you Nji!!
"Tapi baiklah. Kalau itu kemauan anak kita saya akan memanggil kamu Mommy Lencana."
Hah? What the—
Bedebah kau jantung sialan kenapa kamu malah berdegup kencang banget hah? Bayu tersenyum garing, "Jadi, ntar malam daddy mau makan apa?"
"Apasaja Mommy, apasaja masakan yang kamu bikin akan saya makan sampai habis. Bisakah kamu meninggalkan saya sekarang? Saya sedang sibuk Mom." Panji mengembalikan perhatiannya pada layar laptop, mengetik-ngetik fucking shit entah apa di sana.
Bayu gelagapan. Dia menoleh ke arah Mike yang membuka menutup mulutnya seakan sedang ngomong. Bayu tidak tahu dia nak ngomong apa tapi Bayu mengerti maksudnya, karena yah secara memalukan sejak kepulangan Mike dari rumah sakit, tuh bocah men-training Bayu dengan segala macam step-step mission imposiblenya.
Gugup Bayu menjatuhkan tangan dinginnya di atas tangan Panji yang penuh dengan bulu-bulu dan sangat membuat geli telapak tangannya.
"Apa lagi Mom?" Panji mengerang frustasi, dia mengusap wajahnya kesal, "Demi tuhan laporan yang saya bikin harus segera dikumpulkan besok."
Bayu ragu, dia mencondongkan tubuhnya semakin mendekati Panji. Dan cup, sebuah kecupan sekilas mendarat dibibir Panji. Bayu langsung kabur, membawa malapetaka buat jantungnya yang malah menggenjot tanpa ampun.
===
Bayu merasakan perutnya ditindih benda berat. Dia menggeliat, membenarkan posisi tidurnya, setelah sesore memasak begitu banyak makanan rasa cinta seperti yang Mike maksud dan memakannya bareng Panji dan Mike sampai habis, Bayu merasa ngantuk teramat. Bahkan dia melupakan ritual sebelum tidur untuk menciumi Mike dan langsung tepar gitu aja. Sekarang entah sudah berapa lama dia tertidur, tubuh Bayu digoncang-goncang, menumbuhkan penat dan capeknya.
Bug bug bug...
Arkh... Bayu jengkel. Dia bangun, buru-buru bangkit dan kaget sendiri mendapati Mike sudah duduk di perutnya dengan piyama merah bergambar cartoon cars seperti biasa. Matanya masih menyala bling-bling tidak menunjukkan rasa ngantuk.
"Ya ampun sayang, sekarang sudah jam berapa? Kenapa kamu malah main ke kamar Mommy sih nak? Mommy ngantuk banget, capek, mau tidur. Sudah kamu balik lagi ke kamar kamu sana."
"Nggak mau Mommyyyyyy.... kita harus menjalankan misi kita sekarang."
Bayu menguap, mengucek kedua bola matanya, dia melirik jam dinding yang bertengger di tembok di atas cermin, "Sayang, besok aja ya." Kata Bayu lembut, "Lihat tuh sekarang sudah hampir jam dua belas malam. Kamu mending tidur aja deh, besok harus sekolah. kita melanjutkan misinya besok saja ya. Sudah malam sayang."
"No, Mom." Mike mencibir bibir merahnya, sambil bersedekap offensif, "Justru sekarang waktu yang tepat buat menjalankan aksi misi kita Mommy. Ingat Mom, kita harus bersatu teguh untuk merebut daddy dari Mamah Siluman Ular Putih. Kalau tidak menyerang, Mommy akan kebobolan."
Ya ampun dia kira pertandingan sepak bola?
"Iya Mommy tahu sayang. Tapi sekarang sudah malam. Besok aja ya aksinya. Mommy ngantuk banget. Dan kamu juga harus tidur."
"Listen to me Mom, when i say now thats mean now. Trust me Mom."
Bayu menghela setengah nafas, kemudian mengangguk pasrah, nggak bapaknya nggak anaknya sama saja, suka memaksa, "Ok. Im listening dear. What's your mission? I'll do my best."
"Daddy, sekarang lagi lembur Mom. Mommy buatin kopi buat daddy ya, satu sendok kecil kopi, dua sendok kecil krim, setengah sendok kecil gula, dan sesendok madu. Itu kopi kesukaan daddy. Cepet buatin daddy kopi Mom terus ntar Mommy tunggu daddy kerja di sampingnya. Kan itu romantis banget Mom. Kayak di drama-drama korea gitu lah Mom."
"Ya Tuhan Mike. film apa yang sebenarnya kamu tonton itu?"
"hehehe... ayo Mom, buruan."
Bayu mendengus, kemudian melengos saat si kecil langsung kabur dari kamarnya. Dia melangkah ke dapur, menyiapkan cangkir, dan segala yang dimaksud Mike mulai dari kopi, krim, gula dan juga madu, sementara itu dia mulai merebus air dalam teko. Kepala Bayu rasanya berat. Ngantuk sangat. Sempoyongan Bayu melenggok ke kanan ke kiri untuk menyeduh kopi tersebut. Tak berapa lama kemudian, dia dengan kopi racikannya sudah berada di samping Panji yang ternyata memang sedang lembur di ruang keluarga. Wajahnya terlihat kusut, bajunya masih yang tadi siang.
Bayu berdeham kecil yang membuat Panji menoleh ke arahnya. Bisa Bayu lihat sisi Panji yang sedang kacau di sini. Kedua mata di balik kacamatanya tampak merah dan lelah, kantung mata yang berlipat-lipat, dan muka yang tidak fresh. Bayu mendekat, meletakkan kopinya di atas meja yang disulap Panji menjadi meja kerjanya.
"Ada apa dengan kosa kata istirahat dalam kamusmu Nji?" Bayu bergumam, menarik kepala Panji ke dalam dekapan telapak tangannya lalu memberikan pijatan-pijatan kecil di pelipis Panji, "Seharian kamu kerja. Tidak mengacuhkan Mike, tidak mengacuhkan kehidupan sosialmu, bahkan kamu juga tidak mengindahkan dirimu sendiri." Kedua jempol Bayu mengurut pelipis Panji, jari-jarinya yang lain menyusup di surai Panji yang kini berantakan kemudian menekan-nekan lembut kulit kepala Panji. Bayu mendekatkan tubuhnya supaya acara memijitnya bisa semakin leluasa.
"Mom—
"Apa rektor bajingan mu itu yang membebankan semua tugasnya padamu?" Bayu mengendus tak suka. Mukanya cemberut, bibirnya mengerucut.
"Saya—
"Kamu butuh istirahat Panji. Otot-otot kamu butuh dilemaskan. Kamu bukan mesin, mengerti? Mesinpun kalau dinyalakan terus-terusan bisa rusak. Bilang tidak pada rektor kamu jika kamu memang tidak sanggup melakukannya. Kamu bisa sakit kalau tenaga kamu diforsir begini terus." Bayu merapat lagi, memangkas sesuatu bernama jarak di antara mereka. Hingga ketika Bayu tidak mendapat jawaban dari Panji yang malah menatapnya serius, Bayu baru menyadari jika dirinya sudah sangat dekat dengan Panji. Aroma nasi goreng cinta buatannya tadi malam dari nafas Panjipun bisa Bayu cium jelas. Gerakan pijitannya semakin lama semakin pelan dan akhirnya berhenti di sana. Bayu tertegun. Jantungnya berdegup heboh. Dia bisa melihat pantulan wajah mengantukknya di mata coklat Panji. Deru nafas mereka saling menari berbisik di tengah malam. Aroma kopi buatan Bayu di atas meja menguar, kafein dan madu merebak, mengikat udara di sekitar mereka. Dua jarum jam bersujud tepat di atas angka dua belas. Dan pemikiran Bayu sekarang sedang dalam bahaya. Ohmegod... pliss jangan entot lagi,anus guweh masih sempor.
Perlahan Bayu melepas tangannya yang masih tersembunyi di balik surai Panji, tapi gerakannya terhenti saat tangan Panji yang besar itu menggenggam tangannya, lalu menuntun tangan Bayu untuk tidak menghentikan aksi memijitnya. Mata singanya masih menikam mata dan semua gerik salah tingkah Bayu. Kemudian Panji memegang pergelangan Bayu kuat, tangan satunya entah sejak kapan sudah memeluk pinggul Bayu yang sepertinya memang tercipta pas buat ruang kosong dalam setiap rangkulannya.
"Panjiihh..." Bayu mendesah, menutup kelopak matanya dan mulai merasakan sentuhan lembut bibir Panji di atas bibirnya. Tak ada pagutan, maupun lumatan, Cuma terdiam manis dan bertemu bijak. Mengulang ciuman indah di pinggir Bromo beberapa waktu lalu. Seolah dua bongkahan daging lembab itu sudah bisa bercerita sendiri tanpa perlu pergerakan. Bahwa mereka, memang diciptakan untuk saling melengkapi.
Bayu menguap, untuk yang kesekian kali. Dia melirik jam gantung yang ada di ruang keluarga kemudian menggerutu sebal. Sudah jam satu dini hari dan Panji belum menyelesaikan tugas-tugasnya?
"Tidur Mom, mata kamu sudah merah begitu." Suara Panji serak khas begadang menginterupsi kuapan Bayu.
Bayu melengos, "Aku akan tidur jika kamu juga tidur."
"Saya bilang tidur ya tidur. Besok kamu ada kuliah. Tidur sekarang atau saya paksa. Pekerjaan saya masih banyak sekarang." Panji menyalak tanpa melihat Bayu. Matanya masih sibuk memerkosa layar laptop, kedua tangannya masih setia menggerayangi tuts-tuts keyboard.
"Dasar tukang paksa."
"Tidur Mommy. Daddy bilang tidur ya tidur."
Bayu menggerundel, kamudian ide jail nyembul di otak berkaratnya, "Aku mau tidur tapi harus dipangkuanmu." Nada suaranya sedikit manja, menaikkan alisnya pada punggung lebar Panji yang sejak prosesi indah pertempelan daging sejam lalu terus memunggunginya.
Panji kemudian menegakkan tubuh. Meregangkan otot, menggeliatkan badannya. Dia lalu menoleh ke arah Bayu. Berdecak malas sambil mendengus kasar. Tangannya tiba-tiba meraih kepala Bayu dan menjatuhkannya begitu saja di atas dua pahanya.
Bayu berjengkit, tidak menyangka Panji akan mengabulkan keinginannya. Dia tersenyum tipis. Memposisikan kepalanya senyaman mungkin di atas pangkuan Panji.
"Sejak kapan saya memiliki pembantu semanja kamu?" Panji bersuara dalam sambil menunduk melihat Bayu yang memasang tampang nista dalam pangkuannya. Panji menggusak lembut surai gembel Bayu, kemudian menjatuhkan ciuman sekilas di atas kening Bayu.
Dan jantung sialan Bayu kembali maratonan mendapat perlakuan semanis tadi. Senyum menawan semi menakutkannya di jam satu dini hari masih tersongket di bibir merah keunguannya. Dia membalik badan dan mata sok sucinya langsung dihidangkan pemandangan indah di antara selakangan Panji yang menyembul gemuk di balik celana kain ketatnya. Bayu mendekati gundukan itu. Sengaja menghembuskan nafasnya di sana, lalu menggesek kuncup hidung bangirnya dipermukaan celana. Aroma maskulin yang dikeluarkan daging di balik celana itu mencetuskan hormon endorfin Bayu. Dia kesenangan. Menggesek-gesek lagi. Kemudian ujung lidan tajem nan kecilnya terjulur dan menjilati kecil-kecil benda itu.
Panji mengerang di atas sana, "Mom, saya berjanji akan membuat kamu tidak bisa berjalan besok pagi kalau kamu menggoda saya terus. Cepat tidur. Kerjaan saya masih banyak. Dasar pembantu nakal."
Bayu terkesiap, kemudian ketawa nista, mengalungkan dua tangannya di pinggul Panji dan tidur di sana.
Entah sudah berapa lama Bayu tertidur, dia mulai merasakan goresan silau menumbuk punggung kelopak matanya. Bayu melenguh panjang. Jam berapa sekarang? Dia menggeliat dan baru menyadari sebuah lengan kekar dengan bulu-bulu halus melingkar di perut ratanya.
Eh? Punggung Bayu bergerak tiba-tiba menghantam sesuatu yang besar dan berdaging tepat di belakangnya. Bayu terbengong, memutar tubuhnya lalu mendapati sosok Panji yang begitu tampan sedang tertidur sambil mendekapnya possessive. Bayu tersenyum simpul, merapatkan tubuhnya dalam dekapan Panji. Tangannya memeluk badan kekar Panji, mukanya dia usap dalam dada bidang Panji yang hanya terbungkus singlet hitam. Dia hirup dalam-dalam aroma memabukkan dari seorang Panji yang entah bagaimana caranya menginvasi selurah alat indera penciumannya. Dia mendongak, mengagumi pahatan Tuhan yang sangat menawan di sana. Garis muka tegas, mata yang selalu berpijar mengitimidasi dan penuh kuasa, hidung bangirnya, bibir tebal bagian bawah dan tipis bagian atasnya. Pipi-pipi lembutnya. Bayu menyentuh satu-satu setiap mengeja permukaan wajah Panji. Mengenali lebih dalam garis lekuk yang tuhan jabarkan di sana. Dan entah mengapa jantungnya tidak bisa sabar melakukan tersebut. Memburu dan mengusahakan nafasnya cepat-cepat.
"Sudah selesai mengagumi wajah saya Mom?" suara serak Panji mengalun mengagetkan Bayu, dia menggeliat, semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Bayu, "Kenapa mendekapmu sangat menenangkan buat saya Mommy?" mata Panji masih terpejam saat dia mengatakan tersebut, membuat Bayu terpatung dalam ruang geraknya. Dia mengendus rambut kriwil Bayu dalam-dalam. Kakinya yang satu menindih sebagian kaki Bayu, menyusup di tengah-tengah paha Bayu.
"Semua yang ada dari tubuh kamu menenangkan saya."
Bayu masih memandangi sosok majikannya yang masih tertidur dan terus bergumam tersebut. Menyandarkan kepalanya di dada Panji, dan mulai membelai dada Panji dengan lembut. Otaknya sedang tidak bisa berfikir sekarang. Tubuhnya sangat menikmati persinggungan intim ini. Melepas segala masalah yang menjelma menjadi bayang hitam di setiap langkahnya.
"Dad, bolehkan kamu mendekap aku lebih lama lagi? Aku sedang menikmati pagiku sekarang." Bayu berbisik tenang. Matanya ikutan tertutup.
"Apapun buat kamu Mom. Segalanya."
===
Mike merengek dan meronta-ronta pada daddynya. Tangannya memeluk kaki-kaki Panji. Bayu yang sedari tadi sedang mempersiapkan sarapannya dengan setelan apron berwarna merah dan spatula di tangan kanannya Cuma bisa menghela nafas panjang. Like father like son. Dua orang keras kepala yang sama-sama tidak mau menyerah.
"Ayolaaaah daddyyy,,, ajak Mike ke taman hiburan. Mike belum pernah ke sana daddy. Teman-teman Mike sudah pernah ke sana semua. Dan Mike selalu di bully karena belum pernah ke sana." Suara cempreng itu sudah merusakkan gendang telinga Bayu dari tadi kalau Bayu boleh lebai.
Bayu lebih memilih diam. Membalik adonan pancakenya di atas teflon, tangannya yang satu sibuk mengolah bacon di wajan yang lain.
"Mike sekarang bukan hari libur. Daddy ada kerjaan di kampus. Dan kamu harus pergi ke sekolah." jawab Panji tegas, membalik lembaran koran harian jawa timurnya, mengabaikan Mike yang masih memeluk kakinya.
"Terus kapan daddy bisanya?" Mike melengking, "Alasan itu sudah daddy berikan sejak bertahun-tahun lalu. Dan Mike tetap tidak pernah daddy ajak ke taman hiburan. Kalender daddy buat Mike itu warnanya hitam semua. Nggak ada satupun hari merah buat Mike."
Bayu yang berada di pantry tak ambil pusing. Oh ini juga salah satu misi Mike dalam merebut cinta daddy buat Mommy. Mike sudah merencanakannya dari subuh tadi. Pokoknya hari ini dia, daddy dan Mommy versinya harus bisa ke taman hiburan. Bayu tak mengacuhkannya. Toh apapun keputusannya nanti tak begitu berpengaruh buat dirinya. Dia membuka kabinet, mengeluarkan bumbu-bumbu dari sana lalu menaburkan secukupnya pada masakannya. Kemudian dia berlalu menuju kulkas, mengambil youghurt chimori kesukaan Mike sebanyak tiga buah lalu meletakkannya di atas meja makan dekat Panji dan Mike yang sedang ber-family drama.
"Ayolah daddy pliiiissss banget-banget-banget...." Mike merajuk. Dia sudah memakai baju necis atas permintaannya sendiri, katanya biar nanti bisa langsung capcus begitu mendapat persetujuan dari daddy yang untuk hari ini Mike akan membuatnya setuju.
"Mike dengar. Daddy tidak suka kamu membantah seperti ini. Berdiri dari jongkokmu dan duduk di kursi. Makan sarapan kamu lalu berangkat ke sekolah. Sekali lagi daddy lihat kamu seperti ini daddy bakal hukum kamu Mike."
Bayu meletakkan masakan buatannya yang sudah matang ke atas meja. Seporsi bacon versi daging sapi, pancake sirup maple, omelet dan nasi goreng mentega. Dia mengangkat tubuh Mike yang terus berontak dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Peralatan masak Bayu sudah dia tanggalkan. Apronnya juga sudah dia gantung di tempat penggantungan. Bayu mendekap Mike yang masih meronta. Mengiris pancake yang masih mengepul panas dengan lelehan sirup maple di atasnya, meniupnya sebentar supaya cepat dingin lalu dia menyuapkan pada Mike.
"Mike tidak akan mau makan sebelum daddy mengajak kita semua jalan-jalan." Kekeh Mike membuang muka, mengatupkan bibirnya rapat.
"Sayang, dengerin omongan daddy kamu," kata Bayu mencoba membujuk, "Kamu harus sekolah. Nanti kamu ada ujian membaca doa kan sayang. Kalau kamu tidak masuk, kamu dapat nilai dari mana coba? Bisa-bisa kamu tidak akan naik ke kelas TK. Memang kamu mau kelas PAUD terus?" Sambungnya mencoba menyodorkan sesendok pancake ke mulut Mike tapi dia masih melengos.
"Mike nggak peduli Mommy, apa salahnya sih Mike membolos sehari? Mike mau jalan-jalan sekarang titik."
Bayu melirik Panji mencoba meminta pertolongan, tapi bapak-bapak tua tersebut malah sibuk dengan sarapannya sendiri. Mengabaikan Mike yang sepertinya sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.
"Dengarkan Mommy Mike, nanti Mommy antarkan kamu ke sekolah seperti biasanya. Nanti sore Mommy ajak kamu ke Suroboyo Carnival Night Market ama Om Erick ama teman-teman Mommy. Kita jalan-jalan sepuasnya di sana sampe malam. Gimana? Kamu mau sayang? Sekarang sarapan dulu ya." Kata Bayu kalem masih membujuk Mike untuk mau membuka mulutnya dan segera menghabiskan sarapannya.
"Tapi Mom.... Mike pengennya Mike , daddy, ama Mommy yang berangkat jalan-jalan nggak sama Om Erick atau teman-teman Mommy. Mike pengennya kita bermain satu keluarga Mommy. Mommy ngerti nggak sih." Sangkal Mike uring-uringan.
"Sayang dengar Mommy," intonasi Bayu menegas, "Pergi bareng Mommy, Om Erick, ama temen-temen Mommy atau tidak sama sekali."
"Mike tidak boleh jalan sama orang yang tidak dikenalnya Lencana!!" suara tajam Panji menengahi, matanya melirik sinis ke arah Bayu yang Cuma bisa memuar bola matanya jengah. Apalagi sekarang huh?
"Kalau kamu tidak amnesia Erick masih Om nya Mike." tukas Bayu jengkel, tangannya berkutat untuk memaksa membuka rahang Mike keras.
"Tapi dia tidak kenal dengan teman-teman kamu." Panji mengepalkan pegangannya pada sendok-garpu.
"Demi Tuhan temanku bukan teroris jika itu maksud kamu?"
"Kita nggak pernah tahu apa yang ada dibalik cangkangnya kan? Siapa tahu dia anggota sindikat penjualan anak. Di dunia ini apa tidak ada yang tidak mungkin. Kamu bisa membahayakan anak saya lencana."
"Oh Gosh!!! Kupikir rektor biadap itu harus merevisi untuk menjadikanmu dekan di kampus. Otakmu lebih dungu dari kerbau ternyata. Aku sudah berteman dengan Andis dan Gempita empat tahun tuan negative thinking. Dan aku yang akan menjadi orang pertama yang rela kamu bunuh jika sampai kedua sahabatku mencelakakan Mike. Anakku!!" Bayu menjerit, suara baritonnya bergetar dalam serak-serak sexy, matanya melotot menghadang Panji.
"Saya bukan orang dungu yang seperti otak bodohmu itu pikirkan Lencana. Bagaimana mungkin mahasiswa yang tidak pernah bisa menuntaskan skripsinya seperti kamu bisa menilai dosen pembimbing skripsinya sendiri dungu!! Yang dungu tuh kamu sendiri lencana."
Oke dia mau mengajak ribut sekarang. Bayu nggak mau mengalah begitu saja. Bayu memindahkan Mike dari pangkuannya ke bangku kosong di sebelahnya. Dia kemudian berdiri yang secara refleks diikuti Panji.
Dua manusia tidak muda lagi itu kini saling berhadapan dengan sengatan amarah di ubun-ubun. Mengabaikan Mike yang malah tertawa kecil melihat kedua orang tuanya berantem sambil menikmati seporsi pancake buatan Mommynya. Panji melipat kedua tangannya di depan dada. Dagunya terangkat angkuh. Bayu seperti biasa, harus mendongak dulu untuk memberikan tatapan membunuh pada Panji.
"Aku punya alasan untuk menunda skripsiku. Orang seperti kamu tidak akan tahu pemikiran orang jenius seperti aku." Telunjuk Bayu menekan dada Panji, karena dia jauh di bawah Panji, yang kena malah puting Panji, mendorongnya kuat kebelakang, membuat Panji menahan rasa geli dari pijatan barusan.
"Oh.." Panji tak kalah sengit, tangannya dia jatuhkan ke kepala Bayu lalu mendorongnya kuat, hingga Bayu secara memalukan mundur beberapa langkah, "Biasanya mahasiswa berotak cetek seperti kamu punya seribu alasan untuk menganggurkan skripsinya."
"Aku bukan berotak cetek ya Nji, tarik kata-kata kamu."
"Lalu buktikan pada saya jika kamu memang bukan mahasiswa berotak cetek."
Glek..!! Bayu kesusahan menelan ludah. Padahal tadi Cuma gertakan sambal doang, kenapa dimakan mentah-mentah sih sama dia? Mau membuktikan otaknya tidak berotak cetek? Bagaimana caranya? Menyelesaikan skripsi yang entah kapan terakhir masuk dalam daftar revisi itu? Ya ampun bahkan dia lupa judul dari skripsi yang mau dia bikin. Apa ya? Tapi masa mau mengalah pada Panji sih? Si aki-aki gemar entot sana entot sini itu?
"Kamu tidak bisakan membuktikannya kepada saya?" Panji tersenyum miring, jenis senyum meremehkan dan merendahkan, "Makanya jangan pernah mengatai saya dungu kalau kamu memang tidak memiliki otak."
Tidak punya otak katanya? Ya ampun itu sadis banget. Bayu mendengus gusar. Netranya berputar tidak tenang dengan rongga.
Mike di sebrang mereka sekarang mengambil youghurt rasa blackberrya, menimatinya sambil ketawa-tawa melihat pertengkarang rumah tangga yang sangat menggelikan di depannya, kedua kaki kecilnya mengayun-ayun di kolong kursi.
"Fine.." pungkas Bayu antara ragu dan nggak terima direndahkan ama Panji, "Mulai minggu depan aku kerjakan skripsiku," tuh pemuda tipis mulai terpancing, "Asal nanti sore perbolehkan Mike keluar jalan-jalan sama aku dan teman-temanku."
"Bagian dari perkataan saya yang mana yang tidak kamu mengerti lencana? Saya tidak akan membiarkan anak saya keluar dengan orang asing." Panji menggeram.
"Semuanya bego, semuanya!!" Bayu berteriak lantang, dia berjinjit supaya garis telunjuknya sejajar dengan mata mematikan lencana, "Sahabat aku orang baik-baik aku bersumpah. Terserah apa kata kamu pokoknya sek—
"Mike hanya boleh keluar sama daddynya!!" tukas Panji meninggi. Matanya menghunus Bayu yang langsung cengo.
"Hah? Maksudnya?"
"Mike hanya boleh jalan keluar sama daddynya. Apa kurang jelas ucapan saya lencana?"
Bayu terdiam cukup lama. Processornya masih meloading informasi yang baru diucapkan majikannya, "Lalu jalan-jalannya bagaimana?"
"Ya ampun, berapa nilai IQ kamu lencana?" Panji memekik kayak abg labil, dan ini pertama kalinya siperfeksionis bertingkah menjijikkan tersebut, dia melonggarkan dasinya, melepas kancing atas kemejanya, ya tuhan dia benar-benar kayak terong-terongan versi tuir dan udah loyo sekarang, "Artinya nanti sore yang jalan-jalan saya, kamu dan Mike. Anak aku, anak kamu, ANAK KITA!!! Masih kurang jelas?"
"What the..." Bayu sukses melongo lebar. Tadi dia berniat menggunakan perjanjian skripsi pada Panji supaya dia diijinkan bisa mengajak Mike jalan-jalan ama Erick, Andis, dan Gempita tapi yang ada dia malah di skak seperti ini. Ya Tuhan, skripsi? Minggu depan? Serius bleh? Serius? Skripsi? Skripsi? Skripsi?
===
Panji memarkirkan mobilnya di lahan parkiran Suroboyo Carnaval Nigt Market yang terletak di Bundara Waru. Dia memakai t-shirt v neck biru langit dan celana cargo selutut malam itu. Seperti biasa Bayu di sampingnya hanya memakai jeans belel ama kaos oblong dagado yang dia beli waktu jalan-jalan ke jogjakarta. Mike tetap manis dan super tampan dengan setelan lucu bergambar cars.
Bayu turun dari mobil, menggendong Mike, sementara menunggu Panji yang masih berkutat di dalam mobil. Manik madu Bayu mengedar ke penjuru taman bermain yang sangat ramai malam itu. Apalagi mereka ke sana pukul 19.00 jadi ramenya plus-plus.
Mike dalam gendongan Bayu berteriak-teriak histeris melihat pemandangan rame yang belum pernah dia lihat selama ini. Dia melonjak-lonjak heboh, semangat empat lima untuk menghabiskan malam itu. Sementara Bayu, wajahnya masih tertekuk karena kepikiran skripsi yang harus mulai dia kerjakan seminggu lagi. Mau mati aja rasanya. Lalu tak berapa lama kemudian Panji keluar dari mobil menghampiri Bayu, mengambil tangan Bayu dan menggenggamnya dan bersama-sama kayak keluarga normal memasuki taman bermain tersebut.
Setelah mengantri tiket Panji mengajak Mike dan Bayu ke Galeri Suroboyo yang merupakan replika Gedung Siola. Di dalam galeri mereka bisa melihat-lihat pernak-pernik khas dan perkembangan kota Surabaya. Mulai dari foto-foto walikota yang pernah memimpin Surabaya sampai sekarang. Panji dengan telaten memberitahu Mike orang-orang yang pernah berkuasa tersebut. Nama mereka dan sejarah mereka. Dari sini Bayu baru menyadari jika majikannya memang bukan orang dungu seperti yang pernah dia gembbor-gemborkan. Oh kemana saja dia selama ini. Masuk ke dalam lagi terlihat angkutan rakyat roda tiga. Becak. Mike yang belum pernah melihat becak minta di foto di sana. Dari segala macam gaya, mulai eksis sendiri sampe mengajak Mommy dan daddynya foto bareng. Di sepanjang dinding yang mereka lalui terdapat banyak papan bergelantungan yang bertuliskan gaya bahasa khas Surabaya seperti 'Duwike mbahe sangkil', 'makmu kiper!', 'Bapakmu mbois', 'Ngomong ta Kora-kora', dan masih banyak lagi yang bikin Mike ngakak-ngakak membacanya. Tak lupa pula dia ingin di foto di lautan kata-kata Suroboyoan itu.
Puas menikmati Galeri Suroboyo Panji mengajak mereka ke Kampung Dolanan. Mencoba berbagai macam stan permainan ketangkasan. Mike yang kepincut melihat boneka Cars warna merah dipajang di balik sana merengek minta dibelikan.
"Mommy ayo dapatkan Cars itu untuk Mike." rajuknya manja, menarik-narik ujung kaos Bayu. beberapa orang yang ada di dekat mereka dan mendengar penuturan Mike, melirik dengan tatapan aneh melihat ada cowok dekil yang dipanggil Mommy ama bocah tampan berkulit putih.
"Iya sayang. Lihat neh kemampuan Mommy. Mommy juga pengen tuh boneka penguin buat teman Mommy bobok." Bayu menurunkan Mike dari gendongannya, menarik lengan kausnya keatas sehingga mempertontonkan dua bujur lengan kulit membalut tulang dari sana. Di sampingnya Panji mendengus kasar, kayak tidak percaya dengan kemampuan Bayu, "Daddy mau minta boneka apa? Biar Mommy berikan?" Bayu tersenyum meremehkan. Berani-beraninya tuh orang.
Panji Cuma melengos tidak menjawab pertanyaan Bayu, dia memilih menggendong Mike dari pada mengurusi pembantunya. Bayu berjalan ke penjaga stand, membayar tiket lalu mulai melempar bola ke arah tumpukan kaleng-kaleng yang berjarak lumayan jauh. Jika semua tumpukan kaleng tersebut jatuh maka Bayu akan mendapatkan boneka keinginannya.
Lemparan bola pertama. Meleset, menyentuh tubuh kaleng terluarpun tidak. Di belakangnya Mike cerewet mengomentari, sementara Bayu bersumpah mendengar endusan menahan ketawa dari bibir Panji. Bayu menyalaknya, "Apa lo? ini baru pemanasan. Lihat kemampuanku selanjutnya." Sengitnya sangat tidak bisa dipercaya kearah Panji yang masih memasang tampang masa bodoh.
Bola kedua, hanya menyinggung permukaan kaleng paling atas, tapi sama sekali tak bisa mennggulingkannya.
"Ya ampun Mommy payah banget sih." Suara cempreng Mike yang menyebalkan itu terdengar semakin menyebalkan dan tawa Panji yang demi apa tidak pernah keluar itu pecah di belakang Bayu.
Bayu sampai menoleh hanya demi memastika suara tawa yang sialnya sangat seksi tersebut keluar dari bibir Panji.
"Nggak usah ketawa deh lo." Bayu kepancing emosi, walau sebenarnya perutnya seperti dijejali ribuan kupu-kupu ama laron melihat tawa seksi dari Panji, "Kalau situ bisa mending tunjukin aja deh. Ngapain juga sih ketawa-tawa seperti itu? Mau pamer suara tawa situ seksi gitu? Huh mimpi sana yey." Bayu membuang muka, mengabaikan Panji dan Mike yang sangat menjengkelkan malam itu. Dia sudah akan melempar bolanya ke arah kaleng tatkala tangan Panji memerangkap tangannya yang sedang menggenggam bola. Dan tahu-tahu Panji sudah ada tepat di belakangnya. Di dekat mereka Mike tertawa bahagia melihat dua orang tuanya yang kayaknya mulai bisa akur.
"Apa balasannya jika saya bisa menjatuhkan kaleng-kaleng itu Mom." Panji berbisik di dekat leher Bayu, dan itu cukup membuat Bayu merasa geli.
"Emmm..." Bayu nampak berfikir, matanya berotasi kayak kincir, "Ya balasannya elu dapat hadiah boneka lah. Mau apa lagi?" dia bergerak gelisah. Tangannya yang diperangkap Panji terasa basah oleh keringat dingin. Dan punggungnya yang menempel sempurna di dada Panji menegang tidak nyaman.
"Saya maunya dapat hadiah dari kamu Mommy." Desah Panji meremangkan bulu tengkuk Bayu. Genggaman tangannya membungkus tangan kecil Bayu yang terasa klik mengerat.
Bayu terhenyak dia mendongak dan berpapasan langsung dengan hidung bangir Panji yang tinggal beberapa mili lagi dipastikan akan menyentuh kuncup hidungnya jika di antara mereka berdua ada yang bergerak. Bayu terhisap akan pesona Panji. Netranya membeku melihat biji coklat mata Panji yang kayak mata singa.
"Sebuah ciuman?" Bayu bergumam ragu, tidak melepas arah pandangnya.
Panji tersenyum menyeringai. Meniup muka Bayu hingga Bayu berkedip lalu mengarahkan bola yang digenggam Bayu ke arah tumpukan kaleng. Dan—binggo!! Semua tumpukan kaleng tersebut terserak. Senyum Panji semakin lebar. Posisinya masih sama, dengan Bayu yang kayak orang udik mengagumi ketampanan Panji bahkan dia tidak memperdulikan lagi arah bolanya.
"Satu ciuman Mommy Lencana. Aku berharap itu french kiss." Dia meniup muka Bayu lagi, membuatnya berkedip dari ketakjubannya.
Panji menggeser tubuh Bayu yang masih terpaku, tangan Panji menuntun tangan Bayu mengambil bola kemudian sebelum melemparkannya ke arah kaleng, Panji berbisik mesra di telinga Bayu. kali ini membuat Bayu gelagapan dan terbangun dari kebengongannya.
"Ini untuk bercinta nanti malam." Dia melempar bola dan sukses!! Semua tumbang.
Panji memilih boneka Cars buat Mike yang langsung menari-nari bahagia dan boneka pinguin buat Bayu.
"Kamu sebenarnya tidak memerlukan boneka lagi Mom." Panji mendesah di telinga Bayu, menjilat daun telinga Bayu sekilas, "Saya bersedia menjadi boneka kamu sepanjang malam."
What the—dasar aki-aki mesum.
Panji mengajak Mike dan Bayu ke wahana night go kart. Beradu mobil di sana. Bayu bersama Mike mencoba melawan Panji. Tapi lagi-lagi mereka kalah. Panji berhasil menabraknya berkali-kali. Oh dasar tukang pamer.
Selesai dengan itu Panji mengajak mereka menaiki Tambang Mas Coaster, semacam roller coaster tapi menggunakan kereta mirip penambangan untuk melintasi perlintasan rel. Bukannya Mike yang menjerit di atas kereta karena melewati perlintasan yang penuh tikungan dan tanjakan tersebut alih-alih Bayu teriak-teriak ketakutan. Jantungnya kempot-kempot. Di sampingnya Panji menggelengkan kepala sambil roll eyes malas. Siapa yang minta siapa yang jerit-jerit ketakutan.
Tidak hanya itu mereka juga menikmati wahana-wahana lainnya yang menarik-narik Munyer Serr, Omah Mumet, Gondal Gandul, Roda Gila, mengunjungi Art & Wax House. Berfoto-foto di deretan lukisan 3D di dinding, berfoto di samping tokoh maupun artis dan aktor dunia yang semuanya terbuat dari lilin. Dan yang terakhir naik ke Ferrish Wheel tatkala Mike sudah terkulai dalam lelap. Bayu meregangkan otonya saat kurungannya mulai merangkak naik. Mike tidur di pangkuan Panji yang duduk di sampingnya.
Melepas lelah setelah semalaman ini muter-muter di antara ribuan orang hingga sekarang jam sebelas malam, sebentar lagi arena bermain tutup. Bayu menyandarkan punggungnya. Menikmati pemandangan Kota Surabaya yang nampak kerlap-kerlip dari tempatnya. Membiarkan angin malam menggesek kulitnya.
"Terimakasih untuk malam ini Mom." Panji mendesah di sampingnya.
Bayu mengangguk dalam diam. Matanya terpejam, meresapi kenyamanan yang sedang dia usahakan.
"Terimakasih atas pengertiannya selama ini buat Mike."
"Terimakasih atas kesabarannya menangani saya."
"Terimakasih Mommy, terimakasih."
Bayu merasakan kepalanya diusap halus. Dia membuka mata, tersenyum. Tangannya merangkul di leher Panji lalu yah well ciuman ala french kiss yang Panji minta kesampaian. Ceileehhhh.
===
Hari ini kloter terakhir pemberangkatan trevelling para mahasiswa baru pulang. Bayu tidak antusias menyambutnya meskipun tadi Yasin yang notabene wakil ketua mapala dan menjadi pemimpin pemberangkatan kloter tiga mengirim pesan melalui watsapp berkali-kali jika dia pengen ngobrol sebentar dengan Bayu di basecamp mapala. Hati Bayu sedang berbunga-bunga sekarang. Dia ingin segera pulang, dan memasakkan makanan kesukaan Panji. Tadi sebelum Bayu berangkat ke kampus Mike memberi tahu Bayu jika Panji suka banget sama makanan khas Surabaya yaitu nasi rawon. Semenjak ciuman panas adu lidah di puncak Ferris Wheel beberapa waktu lalu Bayu merasa ada yang aneh dengan dirinya. Sering degub-degub nggak jelas tiap dekat Panji. Suka malu-malu kucing bikin mual, blushing-blushing menjijikkan, pokoknya aneh deh. Dan dia juga bersemangat dengan misi yang Mike terapikan buat dia untuk merebut hati Panji dari Mamah Siluman Ular Putih.
Dia memacu langkahnya ke area pelataran kampus dengan semangat menyala ingin memasakkan Panji tatkala Karina menghampirinya.
"Mas Bayu." panggil Karina, senyum manisnya seperti biasa.
Bayu mengangguk, membalas senyuman Karina dengan sedikit kikuk. Sejak Karina mengecupnya di tepi Bukit Teletubbies seminggu lalu Bayu sering menjauhi Karina. Dia tidak ingin membuat juniornya tersebut baper dengan perhatian yang dia berikan selama travelling tersebut. Tapi sekarang Bayu tidak bisa menghindar lagi. Karina sudah berjalan mendekatinya.
"Mas Bayu apa kabar? Nggak pernah kelihatan?" tanya Karina mensejajari langkah Bayu.
"Hehe... biaalah Rin, banyak tugas ama beberapa masalah yang harus diselesaikan." Jawab Bayu simpul.
"Emm Mas Bayu buru-buru ya. Karina mau ngajak mas Bayu makan siang, kalau mas Bayu mau."
Bayu salah tingkah, wah kayaknya adik tingkatnya tersebut mulai punya perasaan dengan Bayu nih. Sebenarnya berat sih menolak apalagi yang gratisan. Ingat Bayu mengharamkan gratisan, tapi sekarang Bayu sedang dalam proses menuntaskan mission imposible Mike. Jadi mau tidak mau deh.
"Iya nih Rin, aku sibuk banget. Aku harus kerja sekarang."
"Emang Mas Bayu kerja dimana? Kok aku tidak pernah dengar?"
Bayu tersenyum ke arah Karina yang hari ini memakai sweater merah, kontras di kulit terangnya, membuat paras gadis tersebut terlihat lebih ayu dan anggun.
"Dekat-dekat sini kok Rin. Aku duluan ya, dah terlambat."
"Mas Bayu emm...."
"Apalagi Rin?"
Wajah putih Karina merona, dia menunduk sebentar kemudian menengadah lagi, "Nggak apa-apa." Sahutnya hangat, "Jangan lupa performa besok di acara puncak malam inagurasi ya."
Bayu mengangguk kemudian berlalu. Dia berlari ke arah parkiran, menyamperin nobita dan mengajaknya membelah jalanan besar surabaya. Bayu berbelok sebentar ke minimarket, membeli bahan-bahan yang akan dia gunakan untuk memberi kejutan buat Panji. Rawon!! Duh, itu mah resep cetek. Bayu bisa membuat rawon dengan rasa yang sangat enak.
Selesai belanja dia mengarahkan laju nobita ke area perumahan mewah tempat Panji tinggal. Hatinya menghangat, sudah tidak sabar dengan kejutan yang akan dihadiahkan buat Panji. Apalagi melihat ekspresi Panji yang selalu menarik buatnya itu.
Dia menstandarkan nobita di samping mobil Panji yang sudah terparkir di sana. Lah tuh orang udah di rumah aja. Gimana mau memberinya kejutan??? Bayu melangkah ringan memasuki rumah, senyum dan tawanya terkembang, di tangannya terjepit bungkusan putih bahan belanjaannya. Dia membuka pintu rumah berniat memberi surprise buat Panji tapi yang ada dia yang terkejut sendiri melihat pemandangan di hadapan mata.
Sedang duduk di sofa itu Panji, Budhe Irma, dan—
Yani yang menggendong Mike.
"Nak Bayu sudah pulang." Sambut Budhe Irma ramah. Senyumnya tergurat di usia senjanya. Panji dan Yani menoleh kearahnya termasuk Mike yang dari tempat Bayu berdiri sangat terlihat kentara sedang menyembunyikan rasa sedihnya.
"Nak Bayu," lanjut Budhe Irma kelihatan banget kalau Beliau sedang bahagia, "Mulai sekarang Yani, calon istri Panji dan calon mamah Mike akan tinggal di sini. Di rumah kita."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top