16. Ketakutan Bayu
Ini part terpendek yang ane ciptain. Tapi emang tugas di part ini emang kudu pendek. Ah ngomong apasih ane nih. Selamat menikmati.
Haahh mendung, moga-moga uujaaaaaann
=====
"Hay Bay!!!" Bayu sedikit terlonjak mendapat sebuah tepukan pelan di bahunya. Dia menoleh dan mendapati sosok Kevin sudah berdiri dekat dengannya.
Bayu mengernyit dengan mata sedikit menyipit, "Kev kok kamu ada di sini?"
Kevin tertawa manis. Malam ini dia memakai setelan jas hitam dengan lurik putih, rambut panjangnya diikat rapi dan di kuncir kuda, jambang dan kumisnya sudah di cukur, "Iya nih Bay. Bokap gue kebetulan nyuruh gue buat ikutan acara ini. Lo sendiri kesini sama siapa?"
"Aku diajak ke sini sama majikan aku, disuruh ngejagain anaknya. Cuma sekarang anaknya lagi diajak ama calon mamanya jadi aku kelayapan nggak jelas. Untung ketemu kamu, kalau nggak, bisa mati bosen aku di sini." Balas Bayu mengulas senyum simpul, "Emang bokap kamu yang mana?"
"Dia lagi sibuk ama relasi bisnisnya." Jawab Kevin, senyumnya memikat seperti biasa. Bayu hanya bisa membias senyum Kevin pada bibirnya. Membuat Kevin melenguh mengagumi ukiran Tuhan di hadapannya, "Lo kalau senyum jauh lebih manis ya Bay dari pada tampang ketakutan lo tadi siang."
Bayu gelagapan, menggaruk tengkuk tidak tenang, "Haha bisa aja kamu Kev," tawanya garing, "Emang tadi siang aku kelihatan ketakutan banget apa?"
"Lebih dari itu sih. Lo ngebuat gue khawatir." Suara berat Kevin mengalun dalam dan serius. Biji mata kopinya menikam pemuda kurus di hadapannya, "Bay, malam ini lo ganteng banget."
Bayu setengah terperangah. Benaknya sedikit berkerut. Ini hari apa ya? Dua cowok ganteng, satu udah tua tapi matang dan mengagumkan, satu seusianya dingin dan penuh percaya diri sama-sama mengatakan dirinya ganteng? How come? Jika Andis mendengar ini dipastikan dia akan gantung diri. Diakan manusia yang mendewakan wajah chinesnya. Masa iya mau dikalahkan ama cowok tipis bercelana dalam doraemon jarang mandi dan nggak jelas makhluk pribumi atau alien dari negara asing itu?
Bayu batuk-batuk kecil, menyamarkan rona merah yang bersarang di wajah mengerikannya, kemudian dengan gaya sok gaul, sok sering dikatain ganteng, dan sok cool gitu dia berujar, "Ah elu Kev bisa aja. Elu juga ganteng keles." Demi Tuhan, siapa saja. Maksudnya benar-benar siapa saja ingatkan Bayu untuk tidak usah sok-sokan gaul. Bayu dengan setelan bahasa gaul elu-elu-an dalam suasana hati tenang dan bahagia adalah kesalahan besar. Nggak pantes banget. Medok kasar bukan main. Seperti logat takzim SuraBaya yang nggak bisa terganti itu memperkosa tanpa ampun logat Betawi. Kesannya menjijikkan. Seperti lihat tapir coli tengah malam.
Dan betapa malunya Bayu ketika dia mengeluarkan sabda memalukan tersebut yang dilihatnya adalah gerik Kevin yang tenang dan kalem. Dia tersenyum bijaksana. Nggak terlalu lebar dan nggak terlalu tipis. Menguatkan sosok maskulin dirinya yang penuh dengan pesona.
"Gue suka melihat senyum lo Bay. Gue pengen senyum itu terus terkembang tiap lo lihat gue." Berasa kaya berada di Bikini Bottom dan Bayu sedang bermain ubur-ubur dengan Spongebob, hawa yang berhembus menerpa tubuh cekingnya itu positiiiiif muluu. Malam ini sudah dua orang yang memujinya lugas. Tak ada cacian maupun hinaan. Dan Bayu suka. Baik Panji maupun Kevin memberikan efek menenangkan, walaupun jika dekat dengan Kevin kayak gini salah satu sudut hati Bayu sedikit merebak rasa takut. Entah karena apa. Tapi dia suka.
Sial!! Bayu merona lagi. Demi apa, dia nggak pantas bersanding dengan efek-efek blushing sparkling-sparkling gitu. Wajahnya yang dari jauh emang terlihat sedikit unyu itu ketika memerah malah kayak sopir truk yang mabok oplosan karbit dan spirtus.
Lucu!! Sosok Bayu yang malu-malu menjijikkan gini malah bikin candu buat Kevin. Oh, dunia seperti milik mereka berdua. Disaat yang lain sedang asik meramalkan mantra seluk-beluk kebisnisan, dua pemuda itu nampak nyaman dengan dunia mereka sendiri. Bersenda gurau dan mengeluarkan puji-pujian.
Bayu merasakan sebuah tangan menggenggam telapaknya, kemudian jari-jarinya menyusup dan saling mengait pada jari Bayu. Bayu setengah terkesiap. Ragu dan sedikit malu. Dia menoleh dan termangu akan daya tarik dari seorang Kevin yang begitu menderu.
"Kev—
"Gue mau ngomong sebentar ama lo Bay." Kata Kevin tegas, menarik tangan Bayu dalam genggaman possesivenya dan mengajaknya berlalu ke sebuah ruang yang terpisah dengan ballroom.
Bayu berdiri dalam diam. Matanya mengedar mengamati seluruh ruangan yang mereka tempati. Luas, dengan banyak lukisan-lukisan mengagumkan. Dan di salah satu sisi ada sebuah almari kaca berisi banyak piala. Bayu memeluk tubuhnya. Hawa dingin yang dihembuskan AC 2pk yang ada tiga buah di tempat tersebut meremangkan tengkuk Bayu.
"Kev, kok kamu mengajak aku ke sini?" tanya Bayu bingung.
Kevin yang ada dihadapannya Cuma membisu. Kontur mukanya serius, memerangkap Bayu dalam tatapan netra gelapnya.
"Gue suka melihat semua ekspresi yang lo keluarkan Bay." Bisiknya dalam suara berat dan tenang, "Gue suka semua yang ada dalam diri lo." Aroma nafas green teanya menerpa permukaan pipi Bayu. Kevin berjalan mendekat, kedua tangannya mencekal bahu Bayu. Tatapannya meluluhkan. Bayu bisa melihat pantulan dirinya dalam mata Kevin, "Lo milik gue Bay. Gue nggak suka dibagi."
Sampai sekarang, ralat sampai detik ini Bayu tidak pernah tahu makna dari kalimat ambigu Kevin. Kalimat itu seperti sebuah api dalam sekam buat Bayu. yang bisa membakarnya kapan saja. Barisan dua kalimat tersebut berbeda dengan kalimat-kalimat Kevin lainnya, yang biasanya menenangkan dan membuatnya nyaman. Kalimat-kalimat itu terdengar seductive tapi sangat mematikan, membikin suatu kontradiktif buat diri Bayu.
Belum sempat Bayu menjawab pernyataan ambigu dari Kevin tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang hangat dan kenyal meraba bibirnya. Dan sedetik berikutnya bibir Kevin sudah melumat bibir Bayu. Tangan Kevin memeluk pinggul Bayu, sementara tangan lainnya berada di belakang tengkuk Bayu, menarik tubuh Bayu untuk semakin mendekat dengannya.
Ya ampun, Ini benar-benar malam yang Tuhan ciptain untuk memanjakan Bayu kayaknya. Setelah mendapat pujian dari dua orang ganteng sekaligus eh sekarang mendapat ciuman manis dari dua orang yang sama. Bayu bahagia. Masalahnya seolah ikut melebur dari lelehan salivanya.
Bayu melenguh. Membuka mulutnya lebar supaya lidah Kevin bisa masuk dan menyetubuhi mulutnya. Dia sangat menyukai ini. walaupun dia tidak pernah tahu apa tujuan Kevin menciumanya tapi seluruh sensorik Bayu mencintai hubungan fisik intim ini.
Bayu mengerang. Lidah Kevin yang liat dan berdaging lunak itu menghisap lidah Bayu, bergerak liar di dalam sana lalu menyentuh titik sensitiv Bayu. tubuh Bayu menggelinjang. Perpaduan panas dingin yang sama sempurnanya. Gerik tangan Bayu menyentuh belakang kepala Kevin. menarik tali yang digunakan Kevin untuk mengikat rambutnya, lalu menenggelamkan jari-jarinya di sela surai Kevin yang lembut di tangannya.
"Engghh...!!" Bayu mengerang saat lidah Kevin lagi-lagi menyentuh dengan sensual titik sensitif mulutnya, membuat tubuh Bayu melengkung indah menikmati ciumannya. Bayu merapatkan tubuh, merasakan ereksi Kevin tepat di selakangnnya.
"Emmhh..." Bayu refleks menengadah saat ciuman memabukkan Kevin berpindah di lehernya. Menggigit dan menyedot daging padat lehernya. Bayu benar-benar terbakar. Tubuhnya menggeliat erotis dalam pelukan Kevin. Setiap sel sarafnya bersemangat menerima sentuhan Kevin. bahkan menginginkan lebih.
Tangan Kevin bergerak kebawah, ke bokong Bayu yang tercetak seksi dari celana kain slimnya. Menggenggam dan meremas lembut penuh perasaan. Mengusapnya perlahan di seluruh permukaan bokong Bayu.
Tubuh Bayu bergetar menerima serangan menggairahkan tersebut. Dia memekik dan mendesah dalam ciuman Kevin yang sekarang kembali memperkosa mulutnya. Menyapu tiap jengkal daging berkerut tersebut.
Tangan Kevin bergerilya di selakangan Bayu. Membelai dengan sangat mendebarkan organ intim Bayu yang masih terbungkus rapi. Menyentuh buah zakar Bayu, dan memberikan usapan dengan gerakan melingkar yang benar-benar meracuni otak Bayu. Diperlakukan sedemikan lembut membuat Bayu merasa dihargai dan dilambungkan. Dia membuka lebar kaki-kakinya supaya pergerakan tangan Kevin bisa leluasa.
"Sangat indah sekalai Bay." Kevin mendesah melepas ciumannya, tapi tangannya masih bergerak menyetubuhi selakangan Bayu lembut, "Bay, gue ingin menyentuh lo." Ujarnya sendu dengan pijar mata yang penuh nafsu.
Bayu mengangguk bersemangat dan sudah akan menerima ciuman dari Kevin tatkala terdengar sebuah jeritan melengking dari ruang utama. Kedua pemuda itu terkejut, saling adu tatap.
"Itu kenapa Kev?"
"Gue nggak tahu Bay."
"Apa ada kejutan buat para undangan dari si empunya pesta?" Bayu bertanya bingung.
"Kayaknya nggak deh. Gue nggak—
Dan kalimat Kevin terputus dengan sebuah jeritan lain yang kali ini membuat jantung Bayu seperti digilas tronton.
"Mikeeeeeeeeee!!!!!"
Bayu melotot dan suhu tubuhnya terjun drastis. Tanpa menunggu persetujuan dari Kevin Bayu langsung berlari dari ruangan itu menuju ballroom. Di sana sudah ada keruman besar orang-orang yang tengah mengerubuni sesuatu. Bayu semakin lemas, dia takut dengan apa yang sedang meraka kerubuni. Dia berlari kesetanan. Menerobos puluhan orang-orang tersebut. Dan ketika dia sudah sampai di pangkal kerumunan, dunianya seolah berhenti berputar, seluruh darahnya seakan-akan mengering membuat tubuhya terbujur dingin bak mayat.
Dia berjalan mendekat dengan sangat lemas dan tertatih-tatih. Lalu memekik histeris. Di sana, tepat di atas pangkuan Panji, Mike tak sadarkan diri, dari bibir dan hidungnya keluar darah segar. Bayu bersimpuh di samping Mike. Menggoyang-goyangkan tubuh Mike, tangisan histerisnypun tak terbendung.
"Mike, bangun sayang. Papah di sini. Mike. Mike. Papah mohon." Bayu terus menggoyangkan tubuh Mike. Diciuminya wajah Mike, membuat darah dari Mike mengotori wajah dan baju Bayu.
"Mike bangun sayang, papah mohon." Bayu melolong membungkam semua orang yang ada di sana. Kemudian dia mengambil tubuh Mike dari pangkuan Panji, menggendongnya dan membawanya keluar.
===
Bayu berlari tunggang langgang di koridor rumah sakit dengan Mike masih tidak sadarkan diri dalam gendongannya. Panji dan Yani yang mengantar mereka di rumah sakit Dokter Sutomo tadi berlari dibelakangnya. Bayu membelokkan langkahnya ke IGD, beberapa perawat dan dokter jaga menyongsong tubuh tak berdaya Mike dan langsung membawanya masuk ke dalam ruangan. Bayu bergegas mengikuti Mike tapi seorang perawat menahan tubuhnya.
"Maaf Bapak dilarang masuk dulu selama masa penanganan pasien. Mohon Bapak menunggu di luar dulu." Ujar perawat tersebut.
"Gue papahnya sus. Gue mau lihat anak gue." Raung Bayu tidak sabar, hatinya sangat cemas.
"Bapak bisa menunggu di luar. Biarkan para dokterr dan perawat menangani anak Bapak. Jika Bapak masuk, Bapak hanya akan mengganggu."
"Mengganggu mata lo picek. Minggir, gue mau masuk!!!" Bayu menyingkirkan tubuh perawat itu tapi lagi-lagi dia ditahan.
"Mohon kerjasamanya Bapak. Biarkan paramedis di sini menengani anak Bapak."
"Fucking you sus, gue mau lihat anak gue. Persetan dengan lo."
"Kalau Bapak tidak bisa tenang, Bapak bisa kami usir."
"Gue—
"Lencana, tenang." Panji memegangi lengan Bayu, "Sus, anda bisa masuk dan menangani anak kami. Biar saya yang menangani papahnya."
Suster tersebut mengangguk lalu masuk ke bilik IGD. Bayu meraung, mengibaskan lengannya supaya tangan Panji lepas, tapi dia tidak memiliki kekuatan untuk itu.
"Lo ngapain nahan gue di sini huh? Anak gue sekarat di dalam. Gue harus melihatnya. Gue harus menemani Mike. Kalau sampai Mike kenapa-kenapa gue nggak akan bisa memaafkan diri gue sendiri. Lepasin gue Nji, gue mau masuk dan menemani Mike." Bayu uring-uringan. Airmatanya merebak tak terbendung, meleleh bebarengan ingus. Dia sangat berantakan dan pikirannya kacau.
"Lepasin gue Nji. Lepas. Gue mau masuk. Gue hmmp...!!!" teriakan membabi buta Bayu bungkam saat Panji memeluknya erat. Tangan Panji yang besar mengusap kepala dan punggung Bayu.
"Lencana kamu harus tenang. Kalau kamu tidak bisa menangin diri keadaan jadi tambah ruwet. Saya mohon Lencana, tenangin diri kamu." Panji menumpukan dagunya di puncak kepala Bayu, mengembuskan nafasnya di sana.
"Nggak Nji, gue mau masuk, gue mau lihat Mike, gue nggak tenang kalau gue nggak lihat anak gue. Gue.." Bayu memukuli dada Panji histeris, tapi Panji membiarkannya, tetap mendekapnya, memberikan perlindungan dan kenyamanan. Kedua tangannya erat mendekap tubuh Bayu yang terasa pas dalam pelukannya. Dia tidak merasa kesakitan mendapat pukulan dari Bayu yang makin lama makin lemah hingga dua tangan Bayu lemas di sisi tubuhnya. Tangisannya susut menyisakan isakan memilukan hati, "Gue takut Mike kenapa-kenapa Nji." Bayu sesenggukan, tangannya melingkari pinggul Panji, wajahnya bersembunyi di dada Panji.
"Mike anak kuat sayang. Dia tidak akan kenapa-kenapa. Doakan Mike supaya bisa bertahan papah. Mike butuh doa dari papahnya, Mike butuh dukungan dari kamu papah"
Hati Bayu terasa hancur berkeping-keping. Air matanya menggores sisi usang dalam dadanya yang selama ini terpekur dalam kesepian. Ini kejadian lagi ya Tuhan. Ini kejadian lagi.
'kalau orang tua gue aja tidak menginginkan kehadiran gue sendiri buat apa gue hidup Bay? Hidup tanpa kasih sayang dan cinta sama saja terperangkap dalam bangkai mayat. Lebih baik gue menjadi mayat dengan begitu tidak akan ada lagi luka yang gue derita. Lebih baik gue menjadi mayat supaya gue nggak merasa dicampakkan tiap kali orang tua gue mengacuhkan gue. Gue sakit Bay. Gue sakit??'
Kalimat perpisahan terakhir sahabatnya menjerat seluruh ketakutan Bayu. Seperti slide-slide menyakitkan yang diputar menderas di ingatannya. Noda merah yang ingin dia bungkam seumur hidup itu kini merangkak ke permukaaan, memperlihatkannya pada Bayu dan membuka luka lama bernama Takut. Bayu merasakan itu lagi. Tercekik dalam pusaran perih yang tak ada ujungnya. Semua kekalutannya menumbuk sisi hidup Bayu yang selama ini hanya berisikan petualangan. Menghantamnya keras dan menyayat. Merobek kehidupan Bayu. Kilasan tangisan putus asa sahabatnya bak molekul-molekul berterbangan di memori Bayu, silih berganti satu-satu dengan adegan tidak sadarkan diri Mike dalam simbahan darah. Bersatu membentuk partikel mengharu biru. Bagaimana bisa dia lihat dengan jelas darah segar keluar dari urat nadi sahabatnya, sesegar darah yang keluar dari mulut dan hidung Mike. Mengucur deras membuat lantai porselain putih itu bersimbah warna merah pekat, sepekat darah dari Mike.
Dua orang yang berbeda, tapi membangkitan sisi ketakutan yang sama. Takut kehilangan.
Bayu tenggelam dalam dunianya. Terpekur dalam kesedihan teramat. Tanpa sadar dia mengeratkan pelukannya di tubuh Panji yang menyalurkan hangat menenangkan dan meredakan emosi Bayu.
"Gue takut Mike kenapa-kenapa...." Bayu menghela setengah nafas, ragu untuk melanjutkan kalimatnya, "Daddy!" bisiknya lemah, sangat lemah, mungkin tidak akan bisa didengar orang lain kalau tidak dekat-dekat dengan Bayu. Panji yang menyandarakan janggutnya di atas rambut Bayu tersenyum kecil. Dia mencium ubun-ubun Bayu, menggesekkan pipinya di sana dan menghirup aroma Bayu dalam-dalam.
"Mike memang seperti ini jika dia makan keju." Bisik Panji lembut.
Bayu tersentak. Kalimat barusan dari Panji membetot memorinya saat pertama kali diterima Panji menjadi pengasuh Mike.
'Mike alergi keju. Alergi keju. Alergi keju. Alergi keju!!!"
Kalimat itu bertalu-talu dalam kepala Bayu. Dia melepas pelukan Panji kasar. Kepalanya mendongak, menjerat mata Panji minta penjelasan.
"Maaf, maksudnya?" interupsi Bayu, namun belum sempat Panji menjawab, amarah Bayu sudah terlebih dulu terbakar, "Orang brengsek seperti apa yang memberi keju pada Mike?" dia menyalak galak.
"Semuanya kecelakaan Lencana." Panji mencoba menjelaskan.
"Kecelakaan?" balas Bayu sinis, "Kecelakaan itu kalau lo mati ditabrak tronton. Nggak ada kecelakaan dalam makanan Nji. Orang bajingan mana yang mengasupi anak gue dengan keju?" desisnya tajam.
"Sudahlah Lencana, yang penting sekarang kita mendoakan Mike yang terbaik."
Bayu mendekat, berjinjit, kemudian merampas kerah jas Panji, "Gue butuh penjelasan anjing. Siapa yang memberi anak gue keju? Keparat!!!"
"Lencana semua sudah berlalu. Tidak usah diperdebatkan." Panji menampik tangan Bayu dari kerahnya, "Saya bilang ini kecelakaan ya kecelakaan. Tidak ada yang bisa mengubahnya."
Bayu menoleh ke belakang, ke arah Yani yang dari tadi masa bodoh dengan drama scene di depannya. Kalimat-kalimat Yani tadi siang seperti siklus yang berpusing dalam ingatannya. Oh Bayu sudah membuat ikhtisar mengkawatirkan sekarang. Orang yang patut menjadi tersangka di sini harus Yani. Harus wanita sundel itu. Pokoknya orang yang harus disalahkan wajib dia. Bagaimanapun caranya harus dia.
"Ngapain lo lihatin gue?" sentak Yani cuek.
"Lo orang biadap yang memberi Mike keju?" tanya Bayu penuh selidik. Matanya menelanjangi.
Yani mencibir seperti ini bukan urusan dia, "Gue nggak tahu kalau calon anak gue punya alergi ama keju. Salah sendiri nggak ada yang ngasih gue tahu."
"Lo sengaja melakukan ini kan? Lo sengaja menyingkirkan Mike supaya lo bisa mendapatkan bokapnya utuh tanpa ada yang menghalangi iya kan?"
"Jaga ucapan kamu Lencana." Raung Panji dari belakang mereka, "Saya sudah bilang ini kecelakaan. Calon istri saya tidak tahu apa-apa tentang Mike, jadi wajar dia membuat kesalahan."
Bayu mengepalkan tangannya erat, tidak habis pikir dengan jalan pikiran majikannya, "Wajar?" dia mendesis, rasa amarah dan tersakiti bersetubuh di ubun-ubunnya. Dia melangkah dengan gerik yang amat perlahan mendekati Panji, urat-urat yang dia tahan tersembul tipis di pelipisnya. Dia tersenyum. Sebuah senyum penuh luka, "BAGAIMANA BISA MEMBAHAYAKAN ANAK SAYA BISA DIBILANG WAJAR????" jeritnya seantero jagad rumah sakit, "BAGAIMANA BISA KATA WAJAR KELUAR DARI BOKAP BRENGSEK KAYAK KAMU BUAT ANAKNYA YANG SEDANG SEKARAT!!!" nafas Bayu menderu, rambutnya sudah tak sekelimis tadi. Tali pengikatnya putus, membuat surainya jatuh berantakan, sebagian menjuntai di depan mukanya. Wajahnya masih ada simbah darah, pun di jas ama kemeja putihnya, "Bahkan anjing pun melindungi anaknya dari serangan musuh. Kenapa kamu sepertinya menganggap nyawa Mike Cuma sekedar petasan yang jika disulut bisa meledak lalu hancur dan lenyap gitu aja hah? Kamu manusia tapi peringaimu jauh lebih rendah dari anjing!!"
PLAAAAKKKK!!!!
Sebuah pukulan mendarat di sisi pipi Bayu kuat, membuat Bayu tersungkur dan menabrak bangku penunggu yang ada di sana.
"Jaga omongan kamu Lencana. Saya bisa melaporkan kamu karena perbuatan tidak menyenangkan terhadap majikanmu." Panji menggeram, menunjuk Bayu dengan sama emosinya.
Tertatih-tatih Bayu mencoba bangkit. Menopang tubuhnya dengan kedua tangannya, "Saya tidak takut. Silahkan laporkan saya ke polisi. Dan akan saya laporkan calon istri biadab kamu itu karena telah meracuni anak saya."
DUUGGG!!!
Tendangan Panji melayang di perut Bayu, hingga Bayu yang tadi sempat bisa duduk kini terhepas lagi. Rasa sakit dipunggung karena menghantam kaki kursi besi, sakit di kepala habis ditempeleng sama sakit di perutnya bergradasi sangat indah. Tubuh Bayu remuk. Kepalanya berat. Punggungya seperti terkena cambukan yang amat perih.
"Saya sudah bilang calon istri saya tidak tahu menahu tentang alergi Mike. Ini sebuah kecelakaan Lencana. Terserah kamu percaya atau tidak. Jangan berani-beraninya kamu berkata kurang sopan di hadapan saya. Jika tidak, kamu saya pecat dan tidak akan saya beri akses buat kamu untuk bertemu dengan Mike. Anak saya, anak calon istri saya, bukan anak kamu." pungkas Panji kokoh. Dia tak bisa dilawan, bahkan untuk digulingkan, tidak bisa.
Bayu menatap nanar. Tidak. Dia tidak ingin keluar dari rumah itu jika tanpa Mike. Nasib Mike sangat bahaya sekarang. Dia akan dicampakkan oleh orang-orang tuanya. Apalagi ada Yani, monster menyeramkan bertangan dingin yang bisa melenyapkan siapa saja yang menghalangi tujuan utamanya. Ya Tuhan Bayu tidak ingin hal itu terjadi. Bayu segera berdiri, menahan rasa sakit yang menjamah tubuh tipisnya. Buru-buru dia memeluk kaki-kaki Panji dengan posisi berlutut.
"Saya mohon tuan, saya mohon, jangan jauhkan saya dengan Mike. Saya berjanji tidak akan mengatakan hal itu lagi asal tuan tidak memisahkan saya dengan anak saya." Bayu menangis sesenggukan, bersujud di hadapan Panji. Katakan dia tolol, bodoh, biadab atau apalah. Tapi lebih baik dia merendahkan dirinya sehina-hinanya asal dia bisa berdekatan dengan Mike. Yang sumpah demi apapun adalah belahan jiwa Bayu. Sebuah pemandangan memilukan. Sudut hati Panji bergetar. Dia terkesiap akan kasih sayang yang begitu besar yang dimiliki orang lain, orang asing buat buah hatinya sendiri.
Di dekat mereka berdiri Yani dengan memasang wajah datar dan dingin. Tapi di ujung bibirnya sebuah seringai tersembul tipis. Oh ini akan indah jika ada sedikit bumbu-bumbu drama. Dua orang bego yang mencoba memisahkannya dengan orang yang sangat dicintainya.
Pintu IGD terbuka dan seorang dokter berjas putih dengan memakai kacamata frame keluar membawa rekam medik Mike.
"Orang tuanya anak Michael?" suaranya berwibawa menengahi adegan haru birunya Bayu.
Bayu bergegas bangkit dengan kondisi yang jauh berantakan dari tadi, "Saya dokter, nama saya Bayu. Saya papahnya Mike." sahutnya dengan suara bergetar.
"Anak Bapak sudah melewati masa kritisnya. Pembuluh darah Mike tadi pecah sehingga banyak darah yang keluar dari hidung dan mulutnya. Jika Bapak terlambat sedikit membawa anak Bapak kesini mungkin dia tidak bisa ditolong. Apa ada diantara keluarga Mike tidak ada yang tahu jika Mike mempunyai alergi akut dengan keju?"
Mata Bayu terpejam. Perempuan terkutuk itu. Bagaimanapun caranya akan mendapat ganjaran setimpal dari perbuatan 'wajar'-nya. Anjing!!!
"Semua sudah tahu dokter." Jawab Bayu menekan amarah, "Tadi kami kehilangan kendali menjaga Mike dan dia tahu-tahu sudah ditemukan dalam keadaan seperti tadi. Apa anak saya baik-baik saja dok? Boleh saya melihat anak saya?"
"Saya peringatkan, kalian harus menjaga anak kalian lebih besar lagi. Dia memakan keju lagi, nyawa dia tidak akan tertolong. Kondisi anak Bapak sudah membaik. Dia sudah bisa dibawa ke kamar perawatan. Anda menghendaki kamar nomor berapa untuk anak anda?"
"Yang terbaik dok." Bayu mendesah lega mendengar penuturan dokter. Mike tidak apa-apa. Ya Tuhan itu kalimat terindah yang pernah Bayu dengar, "Kasih segala sesuatu yang terbaik buat anak saya."
===
Air mata Bayu lolos satu-satu menyiram luka lama yang menganga di palung terdalam hatinya saat melihat malaikat kecilnya yang terlihat belum sadarkan diri meskipun sudah melewati masa kritisnya. Di punggung tangan kiri Mike tertancap jarum infus, di mulut dan hidungnya terdapat masker oksigen untuk membantu Mike mendapatkan udara bersih. Bayu terduduk di pinggiran bed Mike terbaring. Panji sedang mengantarkan tersangka utama pulang setelah mengurus segala administrasi buat Mike, sehingga sekarang Mike sudah bisa dipindahkan di ruang perawatan.
Dengan hati-hati dan penuh perasaan luka Bayu meraih jari-jemari Mike yang rapuh ke dalam genggamannya. Segala ketakutan terbesarnya, sakit hati, sakit jasmani, amarah, emosi, benci, dendam melebur di sana, di antara genggaman rapuh tangan si kecil, bertransformasi menjadi perasaan sayang tiada tara yang membuat Bayu takluk pada egoismenya. Bocah kecil itu sudah merenggut satu-satunya hal berharga yang Bayu miliki di dunia ini, kasih sayang. Rasa maha tinggi yang ikut mati bersama sahabatnya kini tumbuh begitu hebat dan sudah berhasil dicuri malaikat kecil.
"Papah sayang sama kamu sayang. Sayang banget." Ucap Bayu lirih diantara derai air matanya, "Papah akan lakukan segala cara untuk melihat kamu bahagia sayang." Bayu menciumi punggung tangan Mike yang tidak ada jarum infusnya, menyalurkan getaran kasih sayang buat anak semata wayangnya, "Papah... papah.." Bayu mengambil jeda, sementara kristalan air matanya sudah bercerita betapa gilanya Bayu apabila dia sampai kehilangan Mike, "Kalau kamu ingin melihat papah menikah dengan daddy kamu, akan papah kabulkan. Asal kamu cepat sembuh sayang. Asal kamu membuka mata kamu sayang. Papah cinta sama kamu Mike. Apa saja, kumohon bangunlah sayang." Bayu terpejam perih, mengusap tangan Mike yang halus itu ke permukaan pipinya, mengenali tiap lekuk garis halus tangan Mike melalui wajah dan pikirannya.
"Papah mohon buka mata kamu sayang."
"Kamu mau apa saja pasti akan papah kabulkan."
"Kamu tidak suka paprika? Papah berjanji tidak akan membawa benda busuk itu ke dalam rumah."
"Kamu mau papah ajarin skateboard? Akan papah wujudkan, Mike akan papah belikan skate yang ada gambar kartun cars nya. Kamu suka itu kan sayang?"
"Kamu pengen papah dongengin kamu setiap malam? Papah dongengin buat kamu sayang."
"Kumohon sayang bangun. Mike bangun. Mike papah mohon. Mike—
"Lencana!!!" sebuah pelukan dari belakang tubuhnya, Bayu terima. Itu Panji dengan aroma menenangkan dan mengendalikan seperti biasa, Bayu menyandarkan kepala beratnya di bahu Panji, "Jangan menangis, Mike akan sedih jika melihat papahnya menangis. Tersenyumlah Lencana. Mike suka melihat papahnya senyum." Panji mengusap surai Bayu, mencium berkali-kali puncak kepalanya. Dia kemudian berdiri dan berlutut di hadapan Bayu. Kedua tangannya menggenggam kedua tangan Bayu yang lemah, dan menumpukan genggamannya di atas paha Bayu, "Lencana terimakasih atas kasih sayang tersebesarmu yang kamu curahkan kepada anak saya. Saya tidak tahu bagaimana nasib anak saya jika tidak ada kamu Lencana. Lencana ....
.....
.....
.....
"Lencana tetaplah bertahan di sisi saya seburuk apapun kelakuan saya kepada kamu. Saya tahu kamu pasti bingung dengan sikap saya selama ini. Bingung dengan sentuhan saya selama ini. Bingung dengan kelakuan kasar saya selama ini. Bingung dengan perangai saya selama ini. Bersabarlah Lencana, jika waktunya tiba kamu akan mendapat jawaban dari setiap kebingunan kamu. Yang saya minta tetaplah berada di samping saya, bagaimanapun kelakuan saya. Anak saya membutuhkan kamu. Membutuhkan papahnya. Anak saya tidak akan bertahan jika tidak ada kamu Lencana. Atau mulai sekarang saya menyebutnya anak kita?"
Bayu tertegun. Anak kita? Ya Tuhan betapa mendebarkannya kalimat tersebut. Hati Bayu menghangat. Dia meleleh. Gunung es yang membeku di kalbunya mencair dengan sangat indah. Tapi yang pasti, jauh di dalam sana, di bawah kolong hatinya yang tak pernah dia kunjungi, sebuah lonceng yang selama ini terpekur dalam bisu berbunyi dengan nada pelan. Partiturnya mengeluarkan melodi yang tidak pernah Bayu dengar seumur hidupnya. Apakah ini, apakah ini???
Sebuah ciuman lembut penuh cinta mendarat di bibir Bayu. Bayu memejamkan mata, membiarkan perasaannya menuntun pergerakan bibirnya. Air mata yang sejak tadi menggenang dari matanya menciptakan rasa asin saat berciuman. Tapi baik Panji dan Bayu membiarkan itu. Yang mereka satukan bukan daging dengan daging. Lebih bermakna dari itu, yang sedang yang ingin mereka rasakan adalah getaran halus yang merambat di permukaan kulit mereka. Biarkan mereka sendiri yang mencari tahu arti dari semua getaran itu.
===
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top