12. 3 Kisses with 3 Different Tastes
Bayu melakukan pengecekan ulang sebelum rombongan mahasiswa baru kloter pertama yang ada di bawah kepemimpinannya bertolak ke Probolinggo. Mendata nama-nama mahasiswa yang menjadi anggotanya sekaligus mengecek sekali lagi segala macam perlengakapan maupun obat-obatan. Karina yang sejak kemarin nempel Bayu terus ikut kemanapun Bayu pergi. Menjadi asisten dadakannya. Membantu Bayu mengkoordinir seratusan maba dan segala macam tetek bengek lainnya termasuk memastikan armada bus pariwisata yang akan disewa sudah siap berangkat.
"Mas Bayu, bus-busnya sudah standby. Para sopir sudah memastikan pada kita kalau sekarang bisa langsung berangkat. Anak-anak maba juga sudah pada diabsen. 112 anak nggak kurang nggak lebih. Tadi aku pergi ke bagian konsumsi dan semuanya sudah fix. Jadi sekarang kalau Mas Bayu memutuskan untuk berangkat semuanya sudah siap." Suara Karina yang lembut menginterupsi pendengaran Bayu yang sedang berdiskusi dengan panitia penerimaan maba lainnya tentang acara yang nanti akan diadakan selama tiga hari di Songa, Bromo dan Madakaripura.
Bayu menoleh kepada Karina setelah panitia yang diajak diskusi tadi pamit mau ke toilet. Mukanya terlihat kusut banget, dengan lipatan-lipatan di bawah kantung matanya. Dua hari full Bayu tidak tidur demi mempersiapkan acara rutinan kampus. Untung Budhe Irma memberinya dispensasi sehingga dia bisa cuti seminggu dari pekerjaannya selama mengikuti acara kampus.
Semenjak kejadian ciuman panas di kamarnya beberapa hari lalu Bayu terlihat semakin menjauhi Panji. Pikirannya berkecamuk dan otak beserta segala macam sel neuriknya menolak mentah-mentah kelakuan Bayu yang demi apapun sangat memalukan. Bagaimana bisa sih dia sampek mencium majikannya? Oke walaupun yang mengawali Panji tapi dia juga meresponnya kan? Oh sial. Bayu sebenarnya nggak mempermasalahkan dia ciuman ama cewek atau cowok, tapi masalanya bleh Bayu kayaknya merasa kecanduan gitu ama ciuman sialan itu. Bahkan sekarang aja dia sedang berdoa bisa ciuman lagi dan lagi. Gila!!!No!!! Bayu tidak waras. Tubuhnya pasti sedang sakaw. Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. Demi apa blehh bahkan di kerumunan serame ini dia masih memikirkan ciuman yang sialnya mungkin tidak diingat Panji. Apalagi setelah kejadian itu esoknya Panji tidak menunjukkan perubahan kelakuannya pada Bayu. Masih suka membentak Bayu. Menyuruhnya ini itu. Kan nge-PHP-in ya bro.
"Mas Bayu kenapa kok bengong? Muka Mas Bayu juga pucat gitu. Mas Bayu sakit?" suara Karina menengahi segalam macam kecamuk yang menggila di otak Bayu.
Bayu Cuma tersenyum, "Nggak kok Rin, aku merasa sedikit capek aja. Ntar bisa istirahat di bus. Jadi makasih udah kawatir. Ya udah sekarang kita susul teman yang lain, sudah jam enam. Bentar lagi kita berangkat."
Nyatanya bleh Bayu tetap tidak bisa tidur di dalam bus. Setelah mendengar pidato singkat dari Pak Burhan serta sambutan kecil darinya, 6 armada bus pariwisata mulai berangkat. Menuju ke selatan Kota Sidoarjo lalu melewati Porong yang sekarang menjadi terkenal akibat bencana lumpur lapindo. Di dalam bus suasana sangat ramai. Apalagi Andis yang notabene ketua BEM itu juga sebus degan Bayu mulai menunjukkan kepiawaiannya bermain gitar sambil menyanyi walaupun suaranya fals. Pikiran dan roh Bayu tidak ada di tempat. Walaupun Di sampingnya Karina yang maksa buat duduk bareng ikut-ikutan nyanyi tapi sama sekali nggak bisa mengembalikan nyawa Bayu yang seolah mau tercecer kemana-mana.
Matanya terpaku intens ke tempat duduk dua dari depan sebelah kiri. Dia yang duduk di deretan sebelah kanan empat baris dari depan bisa mellihat sangat jelas kelakuan dua orang yang lagi berbagi kemesraan itu.
Entah kenapa dia merasa nggak senang saat matanya melebar sempurna ketika melihat Panji mencium Yani. Bangsat!!! Kenapa dua makhluk jadi-jadian itu ikut acara ini sih? Acara ini kan khusus maba. Oke kalau Panji sedikit ada tolelir, secara dia dekan. Nah Yani?? Dia kan bukan mahasiswa baru lagi. Kampret. Kampret. Sesuatu di hati Bayu terasa panas. Bayu sadar nak. Kamu itu Cuma kiss buddy doank ama Panji. Ya kalau Panji mengakui itu, kalau nggak? Kalau seandainya Panji Cuma khilaf malam itu? Big shit... 'demi apa aku nggak lagi cemburu kan?'
Arak-arakan bus masuk ke pertigaan Gending tepat di samping pabrik sasa lalu berbelok ke kanan menuju Kleningan Kidul. Dan brooh Bayu tetap tidak bisa memejamkan matanya barang sekejap. Destinasi pertama sudah ada di depan mata tapi fokusnya masih berterbangan kocar-kacir.
"Mas Bayu kita mau sampai ya?" tanya Karina.
"iya. Sebentar lagi kita masuk Desa Pesawahan." Jawab Bayu sambil tersenyum.
"Emm... Ntar rafting-nya Karina satu boat sama Mas Bayu ya. Soalnya Karina takut kalau kejebur sungai. Di sini kan Cuma Mas Bayu yang tahu medan raftingnya."
"Hehe bisa aja kamu. Nggak usah takut lah kan ada safety guide yang siap membantu kapan aja. Tapi sipp... Gampang itu mah."
Sedikit informasi ini aja bleh Sungai Pekalen Atas a.k.a. Songa destinasi awal rombangan Bayu ini terletak di desa Ranu Gedang, kecamatan Tiris, kabupaten Probolinggo, propinsi Jawa Timur. Dinamakan desa Ranu Gedang, karena di desa ini banyak terdapat pohon pisang (dalam bahasa Jawa pisang disebut Gedang). Pekalen Atas memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk berarung jeram dibandingkan dengan Pekalen Bawah. Bersumber dari mata air Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan dengan lebar sungai rata-rata 5-20 meter dan kedalaman air kurang lebih 1-3 meter.
Bus Bayu melenggang dari jalan raya Probolinggo menuju basecamp Songa Rafting yang tinggal 15km lagi. Kondisi jalan yang tidak begitu bagus dan rusak memaksa arak-arakkan Bayu terlebih dahulu harus berarung jeram melawati jalan akses yang berlubang-lubang. Bus bergoyang-goyang, kadang miring ke kiri dan miring ke kanan. Untung bus tidak kelebihan muatan sehingga tidak sampai terguling.
Sekitar satu jam berarung jeram di jalanan berlubang akhirnya bus sampai di basecamp Songa Rafting. Udara segar dan bersih serta keadaan alam yang masih hijau menyambut kedatangan Bayu dkk. Gilaaa seger banget. Berasa berada di puncak aja bleeeh. Sangat jauh beda ama kondisi di Surabaya yang full polusi dan panasnya minta ampun.
Bagitu nyampai di basecamp, Bayu dan para mahasiswa baru dipersilahkan dulu beristirahat sejenak sambil disuguhi makanan kecil berupa pisang rebus dan minuman yang dinamakan Poka (minuman terbuat dari teh dicampur, keningar dan kayu manis). Sementara para peserta lain sedang menikmati jamuan mereka, Bayu menghampiri salah satu guide yang akan memimpin dan mendampingi mereka selama pengarungan nanti. Dia tersenyum kecil ke arah guide berambut gondrong itu. Menjabat tangannya lalu memberikan brohug bersahabat padanya.
"Gue kira lo nggak bakal kesini lagi Bay." Kata laki-laki itu. Namanya Anjas, guide kenalan Bayu semenjak dia mendaratkan petualangan pertamanya di sini.
Bayu terkekeh, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ya nggak mungkin lah. Tempat inikan berarti banget buatku. Bisa melenyapkan semua masalah dan kepenatan hidup selama di Surabaya."
"Set dah bahasa lo kayak pejabat aja." Anjas tertawa, menepuk bahu Bayu, "Tumben banget hari ini bawa rombongan banyak. Gue kira tadi personil panti asuhan."
"Sialan kamu Njas. Mereka para maba. Ini acara yang diadain panitia penerimaan maba supaya mereka mempunyai kesan manis di acara ospek. Keren kan? Ospek dengan pum-bully-an udah nggak jaman bleh. Sekarang tuh jamannya ospek berkenalan dan bersalaman dengan alam."
"Hahaha.... bisa aja lu Bay. Mau berangkat sekarang atau ntar dulu? Mumpung udara lagi seger-segernya nih. Ntar rombongan lu nggak bisa berangkat langsung Bay. Kita berangkatnya enam boat enam boat. Setiap boat berisi lima orang. Jadi sekali start lo bisanya Cuma bawa 30 orang doang. Jadi nanti rencananya kita berangkatnya pakai sistem bergilir biar bisa mengeksplor surgawi di sini lebih nikmat lagi. Nggak kebayangkan lihat 30 boat langsung mengarung di sepanjang sungai. Bisa tabrak-tabrakkan ntar. Gimana?"
Bayu manggut-manggut sambil mengedarkan pandangannya ke arah para maba dan panitia yang lagi asik menikmati Poka dan pisang rebus, "Apa kata kamu aja deh Njas. Kita berangkatnya sekarang aja. Keburu sore. Kan nggak lucu udah sampai sini rombongan yang belum mulai rafting nggak jadi berangkat gara-gara hari udah malam."
Selesai menghabiskan jamuan-jamuan itu Bayu menyuruh para maba itu untuk berganti pakaian dengan pakaian yang memang siap untuk basah karena akan terciprat derasnya air sungai. Mereka juga dilengkapi pelindung keselamatan seperti helm dan jaket pelampung. Dan pastinya nggak ketinggalan, sebuah dayung yang akan digunakan selama dalam perjalanan.
Sebelum berangkat ke lokasi para maba itu diberi penjelasan singkat tentang cara berarung jeram. Mereka di kenalkan dengan beberapa istilah yang dipakai. Seperti "Maju" yang berarti mendayung maju, "Mundur" yang berarti mendayung mundur, "Stop" berarti berhenti mendayung, "Kiri Mundur" yang berarti pendayung kiri mendayung mundur dan pendayung kanan tetap mendayung maju, "Kanan Mundur" berarti pendayung kanan mendayung mundur dan pendayung kiri tetap mendayung maju, "Pindah Kiri/Kanan/Belakang" yang berarti peserta harus pindah duduk ke arah yang diperintahkan dan yang paling penting yaitu "Boom" yang berarti peserta harus duduk di lantai dalam perahu dan mengangkat dayungnya menghadap ke atas - ini dilakukan apabila melewati jeram yang sangat deras dengan dinding samping yang sangat sempit.
"Selain itu hal-hal yang harus kalian perhatikan betul diantaranya." Suara Anjas yang lantang kembali berlanjut di depan ratusan orang yang akan berarung jeram termasuk Bayu, "Pertama pastikan semua zipper/kancing pelampung yang kalian pakai harus dalam keadaan terkancing, kedua memakai pelampungnya jangan terlalu ketat dan jangan terlau kendor. Dan yang terakhir Jika dayung membahayakan atau menyusahkan kita silahkan dayung dilepas dan jangan dilempar ke kiri atau ke kanan. Mengerti??"
Setelah briefing dari Anjas selesai arak-arakan Bayu dibawa ke lokasi dengan menggunakan mobil pickup karena sungai pekalen dan basecamp jaraknya bisa dibilang cukup jauh bila harus ditempuh dengan jalan kaki.
Di atas mobil pickup yang melewati pedesaan ini rasa kantuk Bayu seolah dibabat habis sama deru angin. Bahkan dia sudah tidak menggubris dua sejoli menjijikkan alias Panji dan Yani yang tak sungkan-sungkan ciuman di depan umum yang sekarang naik pickup di belakang mobilnya. Sebodo amatlah. Perhatiannya sekarang pada satu arah. Bukan pada Karina yang senantiasa menempel mulu padanya tapi pada-
"Kamu juga ikut acara maba ini Kev? Di bus berapa? Kok dari tadi aku nggak lihat kamu ya?"
Kevin yang berpegangan erat di pegangan mobil di sampingnya terkekeh, "Sebenarnya gue nggak ikut sih Bay. Cuma tadi gue dikasih tiket ama bokap gue supaya ikutan acara ini. yaudah sih gue ikut aja. Dari pada nggak ada kerjaan di kos mending ya gue cabut aja, apalagi gue tahu lo juga ikutan acara ini jadi tambah semangat deh. Hehehe.."
"Mas Bayu bukan Cuma ikut aja Kev." Sahut Karina yang berada di sisi lain Bayu, "Orang dia ketua panitia travellingnya."
"Hahaha iya gue juga udah tahu kok Rin. Sebenarnya gue pengen ikutan acara ini dari jauh hari, tapi kan gue bukan mahasiswa baru lagi jadi nggak bisa daftar. Tapi tadi sekitar jam setengah enam-an bokap gue telpon nyuruh gue ikut. Makanya langsung cabut dan agak sedikit telat." Ujar Kevin sambil senyum-senyum.
"Memang bokap kamu siapa Kev? Kerja di kampus? Atau dosen?" Tanya Bayu penasaran.
"Heheh... kasih tahu nggak yaaa. Eh ya Bay ntar lo dapat giliran keberapa?"
"Pertama. Kenapa?"
"Wah sama dong kalau gitu, Gue seperahu ama lo ya."
Bayu mengangguk sambil tersenyum kecil.
Nyatanya bleh semua rencana itu memang manusia yang mengatur tapi penghapusnya berada di tangan Tuhan. Bayu yang sudah tidak menggubris pasangan sejoli menjijikkan itu akhirnya harus mengurut dada. Ketika sudah berada di start poin di dusun Angin-Angin setelah sebelumnya harus berjalan kaki dulu dari tempat pemberhentian pick up menuju ketepian sungai, Bayu ikut membantu Anjas dan para guide lainnya memompa perahu karet berjenis inflatable raft tersebut. Lalu menyeret perahu ketepian sungai yang sudah banyak mahasiswa kloter pertama yang akan cabut. Bayu Cuma bisa pasrah dan legowo mendengar perintah Panji yang masih memegang tangan Yani untuk memasukkan mereka berdua ke tim Bayu. Apalah dunia ini, tadi Karina, trus Kevin, sekarang pedofil pencium ulung itu dan gundiknya ralat calon istrinya. Huft... padahal kan Bayu pengen seperahu sama Andis.
Akhirnya bebarengan dengan lima perahu lainnya, Bayu, Karina, Kevin, Panji dan Yani beserta Anjas sang guide naik ke atas perahu yang sudah terapung di atas sungai jernih. Kegiatan raftingpun dimulai. Berpetualang menaklukkan arus yang begitu menantang. Perahu Bayu mulai bergerak mengikuti arus yang lumayan deras. Di detik-detik pertama pengarungan Bayu dkk sudah menjumpai jeram Welcome. Perahupun sedikit berguncang diantara bebatuan dan arus yang cukup deras. Percikan air sungai yang bak titik-titik kaca tersebut serta pemandangan alam hijau yang memukau di kiri kanan sungai benar-benar memacu adrenalin Bayu. Untuk sesaat rasa jengkelnya pada Panji dan calon istrinya menguap begitu saja. Bahkan dia ikut-ikutan tertawa ketika perahu berguncang di antara batu-batuan besar yang menyebar di badan sungai.
Lepas dari jeram pertama perahu kemudian bergerak mengikuti arus. Melaju perlahan di arus air yang tenang, namun itu tidak bErlangsung lama. Sebuah jeram menunggu Bayu di hadapan. Hempasan air yang menabrak perahu karet yang ditumpangi membuat Bayu bersama dengan tim mengerahkan ekstra tenaga untuk menjaga laju keseimbangan perahu.
Perahu kembali melaju, kini jeram yang cukup kuat sudah menanti di hadapan dengan batuan-batuan besar di sisi kiri dan kanannya, serta buncaha-buncahan air putih yang bagaikan deburan salju itu. Perahu melewati jeram tersebut lalu tiba-tiba perahu meluncur curam dengan kecepatan tinggi. Gulungan-gulungan air mengguyur tubuh Bayu dan yang lainnya. Dan senggolan batu-batu kecil membuat perahu beberapa kali sedikit oleng.
Bayu dan lainnya berteriak-teriak histeris. Mengikuti instruksi dari anjas. Kadang maju, kadang mundur, kadang stop seperti saat perahu melintasi batuan super gedhe yang membuat Bayu beserta tim harus menggenjo-genjot badan boat biar bisa melewatinya.
Arus yang semakin deras membuat laju perahu semakin cepat. Anjas terus menginstruksikan untuk mendayung lebih kuat. Kadang perahu terbalik, tapi hal itu malah membuat perajalanan menjadi semakin menarik. Keindahan di kanan kiri sungai seolah memanjakan siapa saja yang melihat. Apalagi di sekeliling sungai terdapat tebing-tebing curam dengan tumbuhan-tumbuhan perdu yang menempel di sana sini. Tiba saatnya perahu melewati yang namanya- wow.... thats so amazing bleehhh....
Bagus pakai banget. Bayu yang walaupun sering kesini tetap terpana melihatnya. Air terjun. Gilaaa!!!! Anjas mengarahkan perahu tepat di bawah air terjun. Tirai-tirai air yang jatuh mengguyur badan Bayu. Sensasinya benar-benar surga. Dingin. Segar. Bisa lo bayangin lagi ekstream-ekstreamnya mendayung melewati puluhan jeram yang dalam dan curam lalu tiba-tiba dikejutkan dengan air terjun yang guyuran airnya deras banget? Dan bukan hanya satu. Tapi tujuh. Sekali lagi tujuh air terjun. Salah satunya ya ini yang ada di atas Bayu, air terjun Angin-Angin. Nggak mentok di aitu saja bro. Di balik air terjun air terjun itu juga terdapat goa-goa kelelawar dengan struktur batuan yang masih alami. Goa kelelawarnya pun masih begitu lengkap dengan ratusan kelelawar yang sekali-kali memekik dan beterbangan kesana-kemari. Bau anyir dari kelelawar dan kotorannya begitu terasa ketika perahu Bayu melewati sana. Terdapat pula tempat untuk terjun bebas dari ketinggian sekitar 5 meter. Tempat yang pas untuk melepaskan ketegangan.
Paradise bleh paradise.....
Di tengah-tengah perjalanan Anjas memberhentikan perahunya dulu di Rest Area Kedung Adem-adem dimana Bayu dan tim sekali lagi dijamu dengan minuman Poka, STMJ dan sajian pisang goreng. Sungguh pas dinikmati di tengah dinginnya deburan air sungai Pekalen.
Selesai menyantap jamuannya Bayu lalu berlari ke arah sungai dan berenang di sana. Bersama dengan rombongan lainnya yang juga sampai di rest area. Air yang benar-benar jernih benar-benar membuat Bayu keasikan. Dia lalu menaiki batu lumayan besar di sana kemudian menceburkan diri ke air. Berkali-kali membuat badannya kuyup dan pikirannya -yang dijejaki kemesraan Panji Yani yang kini...anjink, sudah berciuman lagi??-ngeplong.
Dia kemudian menepi saat Anjas menginstruksikan buat berangkat lagi. Perahu karet melanjutkan perjalanan, melewati jeram-jeram lainnya. Arus yang sama deras menghantam dinding-dinding perahu, membuatnya limbung berkali-kali apalagi di tengah bebatuan gelap seperti ini.
"BOOM!!" anjas berteriak tiba-tiba membuat Bayu serta lainnya duduk di lantai dalam perahu dan mengangkat dayungnya menghadap ke atas. Jeram yang mereka lewati sangat deras dengan dinding samping yang sangat sempit.
Lalu tiba-tiba sebuah ledakan menggema. Perahu yang Bayu tumpangi berpusing hebat. Dia melepaskan dayungnya kemudian melompat dari badan boat tapi itu sebuah kesalahan, tepat di dekat Bayu melompat terdapat sebuah batu yang lumayan besar. Dan kepala Bayu membentur di sana.
........................
........................
........................
........................
........................
........................
"Bay lo harus bangun Bay."
........................
........................
........................
"Bay plis bangun."
.........................
........................
........................
"Bay... gue mohon bangun bay. Bay.... Baayuuuuuu!!!!"
........................
........................
........................
........................
"uhuk... uhukkk..." Bayu terbatuk-batuk. Dadanya terasa terbakar. Tenggorokannya luar biasa sakit. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali lalu melihat sosok Kevin yang langsung mendekapnya.
"Demi Tuhan Bay gue takut banget lo kenapa-kenapa."
Kepala Bayu masih pusing, dia melihat beberapa teman dari pemberangkatan pertama yang menatapnya cemas. Kemudian pandangan matanya terpaku ke sosok Panji yang menatap tidak suka kearahnya sambil terus memeluk tubuh gemetaran Yani.
Setelah tubuh Bayu sudah membaik akibat kecelakaan itu, perjalanan kembali dilanjutkan dan berakhir sekitar jam 1 siang untuk pemberangkatan pertama. Bayu dan rombongan kembali harus menyusuri jalan setapak dan naik lagi ke mobil pickup agar bisa sampai ke basecamp sambil menunggu kloter lainnya berarung jeram. Sesampainya di basecamp Bayu segera membersihkan badan dan berganti pakaian. Sesudah itu semua, sajian yang menggoda selera sudah teronggok di atas-atas meja. Tempe, tahu dan ikan penyet, urap-urap dan lodeh siap mengenyangkan perut Bayu dan para peserta lainnya yang energinya begitu terkuras setelah berarung jeram.
===
Jam sebelas malam armada bus pariwisata bertolak dari Probolinggo menuju Bromo. Bayu yang sudah sangat capek akhirnya Cuma bisa tidur sandaran di bahu Karina yang dari tadi terus mencemaskannya. Baru jam dua dini hari di hari berikutnya rombongan sudah sampai di Desa Ngadisari. Bus-buspun terparkir rapi karena dari sini Bayu dan lainnya menyewa mobil jeep untuk perjalanan ke Gunung Bromo.
Setelah itu mereka mengunjungi Bukit Cinta yang konon katanya merupakan pertemuan Roro Anteng dan Joko Seger. Sebuah dataran tinggi untuk dapat melihat pemandangan Gunung b
Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru. Bayu bediri agak menyendiri dari kerumunan, melihat penampakan Gunung Bromo yang terlelap bak tempurung berwarna gelap. Udara yang menyentuh angka enam derajat celcius membuatnya semakin merapatkan jaket. Saking dinginnya Setiap dia berhembus uap kecil akan keluar dari mulutnya. Dia menggosok-gosokkan telapak tangannya sambil menanti matahari terbit. Sebuah ritual wajib kalau lo ke Bromo. Sampai tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya, dan dada lapang melekat dipunggungnya. Bayu terkesiap ketika menyadari seseorang menumpukan kepalanya di bahu Bayu. Menggesekkan hidungnya di perpotongan leher Bayu sambil menghembuskan nafas panasnya di sana.
Bayu memejamkan mata. Menikmati suhu tubuhnya yang mulai menaik. Tak terasa kedua tangannya menggenggam tangan Panji erat. Semakin menyatukan tubuh mereka untuk mengikis hawa dingin yang luar biasa ini.
"Saya khawatir banget melihat kamu kecelakaan tadi Lencana." Suara berat Panji berhembus di leher Bayu, "Tubuh saya lemas saja melihat kamu tidak berdaya."
Bayu mungkin sudah tidak waras. Padahal dia tahu Panji sudah mempunyai calon istri. Parahnya tunangannya itu juga ada di sini. Di bukit yang sama. Tapi Bayu tak ambil pusing. Dia sangat menikmati masa-masa ini. kalaupun dia hanya dijadikan kiss buddy ama Panjipun tidak apa-apa. Karena sudah berapa kali saya bilang Bayu dan ketidakwarasannya itu kecanduan ciuman Panji.
Bayu membalikkan tubuhnya. Mengalungkan kedua tangannya di leher Panji. Dan detik berikutnya dapat dia rasakan ciuman Panji mendarat di bibirnya. Hanya menempel saja. Tak ada lumatan. Menggesek-gesekkan dua daging tebal itu sambil menghembuskan nafas berkali-kali ke bibir Bayu. Tangan Panji yang kuat merengkuh pinggul Bayu posesif. Tidak ada remasan, ataupun cubitan. Cuma ciuman manis antara dua bibir yang mampu menghangatkan hati keduanya. Bersamaan dengan ciuman itu semburat keemasan merekah di ufuk timur.
Bayu melepas ciumannya, kemudian menyandarkan kepalanya di dada Panji yang berdetak tak beraturan. Tangan Panji membelai halus punggung Bayu, sambil sesekali mengelus rambut Bayu dengan diiringi kecupan-kecupan lembut di puncak kepalanya. Untuk sesaat dunia memanjakan Bayu. Persetan dengan Yani, persetan dengan gender. Ini hidupnya dan dia menikmmati itu. Bayu tersenyum melihat matahari terbit. Di belakang Gunung Bromo nampak puncak Gunung Batok, dan di sisi kirinya Puncak Semeru seolah ingin menyapa Indonesia dengan keanggunannya. Pemandangannya cukup sadis apalagi saat sinar hangat matahari yang kekuning-kuningan itu menumbuk dan bergradasi di lautan pasir yang berwarna gelap. Lalu secara perlahan dengan gerakan merayap goresannya menyentuh bukit cinta yang hijau. Sebuah kolaborasi warna eksotis antara putihnya awan, birunya langit, kelabunya gunung, hitamnya lautan pasir dan hijaunya bukit serta cahaya keemasan dari sang surya. Memanjakan siapapun yang melihat. Apalagi melihatnya sambil berpelukan dengan orang yang membuatmu nyaman. Hmmm... kapan-kapan patut dicoba.
Setelah selesai lihat matahari terbit perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Bromo dengan masih menggunakan jeep. Menuju Gunung Bromo melewati lautan pasir yang cukup luas. Kemudian berhenti pada pos pemberhentian jeep terakhir. Sesudah itu Bayu dan rombongan mulai berjalan kaki ke kaki Gunung Bromo. Jarak menuju ke arah kaki gunung bromo kurang lebih 3km. Jalannya cukup landai, jarang dijumpai jalanan menanjak sehingga tenaga tidak habis terkuras di sini.
"Bagus banget ya Mas Bayu." Kata Karina yang ada di sebelahnya sambil mengedarkan mata melihat pemandangan eksotis di hadapannya, "aku nggak menyangka bisa ke sini sama Mas Bayu."
Bayu Cuma tersenyum. Sudut matanya kemudian melihat Panji dan Yani sedang berkuda bersama. Sejak ciuman manisnya dengan Bayu beberapa jam lalu, Panji balik lagi ke pelukan Yani. Tanpa pamitan, atau ngomong sepatah katapun. Dia Cuma mencium sekilas bibir Bayu kemudian pergi. Sampai sekarang pun Bayu tidak tahu alasan majikannya itu menciumnya, juga sifatnya yang sangat labil itu. Kadang marah-marah nggak jelas. Kadang posesif banget padanya. Kadang menamparnya, kadang menciumnya. Apakah Kevin pengidap bipolar disorder? Bayu juga tidak tahu. Dan tidak ingin tahu. Selama sama-sama saling suka berciuman kenapa harus pusing memikirkan alasan atau bahkan komitment di balik itu semua?
Bayu melanjutkan langkahnya diatas pasir hitam hasil muntahan letusan bromo yang pernah meletus, "Memang kamu nggak pernah ke sini Rin?" tanya Bayu mengangsurkan senyumnya.
"Ini pertama kalinya Mas Bayu. Dan aku beruntung bisa berduaan dengan Mas Bayu."
Bayu terkekeh geli mendengar penuturan juniornya tersebut, "Memang pacar kamu nggak marah lihat kamu berduaan sama cowok lain?"
"Aku nggak punya pacar kok Mas Bayu." Balas Karina malu-malu, pipi putihnya merona merah, dia kemudian menoleh ke arah Bayu dengan seulas senyum manis di sudut bibir merah delimanya "Kalau aku dekat sama Mas Bayu, ada yang marah nggak? Pacar atau gimana gitu?" tanyanya dengan suara merajuk.
Bayu melirik Karina sekilas, kemudian merangkul bahu kecil gadis itu yang langsung tersentak kaget, "Tengan aja, nggak ada yang bakal marah." Bisik Bayu, meremas kecil pundak Karina yang masih menegang mendapat perlakuan dari seniornya.
Perjalanan panjang menuju kaki gunung bromo membuat Bayu dan Karina terpaksa beristirahat sebentar di pertengahan jalan sambil sarapan. Dua lembar roti tawar dengan selai coklat yang Karina bawa plus sekotak susu vanilla kepemilikan Mike yang diam-diam Bayu ambil. Begitu sarapan habis Bayu dan Karina melanjutkan langkah kaki lagi. Saling lempar cerita dan dari situ Bayu tahu bahwa Karina itu mahasiswa psikologi tingkat dua semester empat asli orang Madiun. Karina orangnya asik. Walaupun Bayu baru mengenalnya tapi dia merasa nyaman jika ngobrol bareng Karina. Sifatnya yang halus dan pembawaannya yang easy going membuat Karina beda dengan cewek-cewek lain yang suka rempong. Apalagi kata-kata lugas dari Karina yang nggak bertele-tele itu membuat Bayu tidak sungkan padanya.
Setelah sampai di badan gunung, jalan mulai menanjak. Kemiringannya kurang lebih 45derajat. Untung ada anak tangga yang sengaja dibuat untuk memudahkan pengunjung menuju kawah bromo, sehingga pengunjung tidak perlu kawatir jika pengen menikmati puncak bromo. Ada dua jalur yang di bangun di sana. Jalur naik dan turun. Bayu dan Karina bersama rombongan lain mulai menapaki jalur naik yang sumpah demi apa itu macet gila. Udah kayak di Surabaya aja. Baru jalan berapa langkah macet lagi. Jalan lagi beberapa langkah eh macet lagi. Begitu terus berulang-ulang. Sampai akhirnya nyampai juga di atas puncak yang wow rame parah. Mulai dari laki-laki perempuan, anak-anak dewasa, orang lokal maupun mancanegara, aki-aki ninik-ninik semua numplek di sini. Inilah mengapa Bayu dulu sempat menolak ide berkunjung ke bromo waktu bram mengumumkan rencana panitia penerimaan maba pas meeting.tapi karena panitia penerimaan maba memberikan waktu seminggu buat acara malam inagurasi jadi terpaksa deh dia ambil lagi destinasi ini buat mengisi hari. kan nggak mungkin juga seminggu di pekalen. Mau ngapain??
Sebenarnya pemandangan di atas puncak bromo ini sangaaaaat bagus. Apalagi ditambah udara dingin-dingin sejuk, membuat rasa capek Bayu yang sedari tadi jalan kaki menuju kaki gunung bromo sedikit terobati. Keindahan alamnya dari sini juga cadas banget. Orang-orang di bawah sana tampak kecil bagaikan titik-titik hitam yang tidak ada apa-apanya. Mungkin itu juga ya brooh yang Tuhan lihat kita sehari-hari di langit sana. Tuhan yang Maha Luas sementara kita yang maha songong hanyalah kumpulan dari titik-titik yang tak memiliki kekuatan apapun selain karena izin-Nya. Kita ini hanyalah sebutir amuba tak berarti tapi malah seenaknya sendiri berbuat kekejian demi memuaskan hati. Tak tahulah brooohh berada di puncak gunung manapun di Indonesia ini selalu bisa menyentuh sisi religius dari seorang Bayu.
Bayu mengedarkan pandangannya ke hamparan luas lautan pasir berbisik yang tampak semakin jelas. Dari tempatnya sini terlihat pula pura dari kejauhan, lalu gunung batok yang terlihat sempurna berbentuk kerucut seperti nasi tumpeng. Serta kumpulan awan yang bergelung-gelung rendah di sekitara puncak.
Di sini juga terdapat kawah gunung bromo yang masih aktif. Dengan bibir kawah yang cukup luas nampak semburan gas berwarna putih memikat dengan aroma khas sulfur yang menyengat indra penciuman. Beberapa pengunjung ada yang terlihat di bibir puncak lebih tinggi, dan selebihnya banyak diantara mereka yang tengah asik mengabadikan pemandangan mahal suguhan langsung dari tangan Tuhan ini dengan menggunakan kamera ataupun smartphone. Bayu sebenarnya sangat suka dengan bromo. Ini adalah kunjungan kali kesepuluh atau kali entah keberapanya gitu. Yang nggak terlalu dia suka tuh Ramenya vroohh udah kayak di mall ajaa. Apalagi sekarang bertepatan dengan weekend. Selamat deh berdesak-desakkan. Dari pada bromo Bayu lebih milih semeru kemana-mana. Tapi nggak mungkkin juga sih bawa limaratusan mahasiswa baru menyerbu semeru.
Puas menikmati indahnya kawah gunung bromo Bayu mengajak Karina turun.
"Mas Bayu naik kuda ama aku yuk." Ajak Karina main narik tangan Bayu ke persewaan kuda.
Bayu Cuma tertawa sambil mengiyakan. Sejurus kemudian dengan Karina berada dalam dekapannya Bayu berkuda menyisiri pasir savana. Duduk di atas pelana dengan menggerakkan kuda pelan sambil menikmati pemandangan. Kudapun bergerak kemanapun Bayu mengendalikan. Dari gerakan pelan ke gerakan cepat sampai tubuh mereka berdua berayun-ayun di atas pelana. Tertawa-tawa nggak jelas. Lalu Beradu balapan kuda dengan turis asing. Mengelilingi seputaran bromo. Pokoknya seru lah.
Selesai menunggangi kuda Bayu mengajak Karina ke pasir berbisik berwarna kehitaman yang mengeluarkan suara ssttt...!!! dia menghampiri beberapa orang di sana untuk mengajukan diri mengikuti permainan sand boarding, yaitu permainan menggunakan papan yang kemudian ditarik dengan tali oleh mobil jeep.
Dia sudah siap di papannya. Di samping kirinya Karina yang menantangnya berduel. Dia melirik Karina dengan pandangan remeh. Sementara Karina tak mau kalah, menaikkan dagunya seolah dari matanya itu dia mau bilang 'mau lawan gue? Sape takut?'
Tak berapa lama kemudian mobil jeep dijalankan cepat. Bayu menguatkan pegangan tangannya pada tali. Papannya meluncur pesat di atas pasir. Kadang melewati batu-batu kecil yang membuat Bayu hampir terjatuh. Papan melaju seiring dengan kecepatan mobil. Ditolehnya Karina yang tertawa-tawa sambil berusaha menguasai keseimbangan tubuhnya. Bayu jaadi ikutan tertawa. Angin sejuk di kawasan bromo menampar-nampar wajah Bayu, membuat sensasi seolah terbang di atas pasir. Bayu juga melakukan manuver-manuver kecil di atas papan. Meliuk kekanak kek kiri, melompati bebatuan, sampai dengan gerakan berjongkok di atas papan hingga Akhirnya mobil Bayu berhenti duluan, baru kemudian disusul Karina.
"ah curang ini ah... supirnya payah nggak mau ngebut. Bete." Karina manyun-manyun sambil nendang-nendang kerikil.
"hahaha... Cuma gitu aja ngambek." Kata Bayu, menjatuhkan tangannya di rambut Karina kemudian mengacak-ngacaknya pelan. "Aku ajak ketempat yang lebih seru lagi deh. Jangan cemberut mulu donk."
"hah kemana lagi Mas Bayu?"
"udah tenang aja. Pokoknya ikutin aku aja."
Bayu mengajak Karina ke sebuah padang savanna yang dikelilingi oleh deretan perbukitan dengan menggunakan mobil jeep sewaan mereka. hamparan bukit dengan gradasi bukit bertumpuk-tumpuk yang banyak ditumbuhi tanaman perdu pakis dan rerumputan. Sepanjang mata melihat hanyalah lautan hijau. Apalagi ditambah sinar matahari yang malu-malu ketutup mendung membuat goresan sinarnya yang berhasil menembus awan yang mulai menghitam itu terlihat eksotis saat bertemu dengan warna hijaunya bukit.
"ini namanya bukit teletubbies rin. Gimana bagus nggak?"
"bagus banget Mas Bayu.... kita mau naik kepuncaknya Mas Bayu?"
"iya lah. Tapi dengan cara yang ekstream."
"hah,,, maksudnya?"
Sebelum Bayu menjawab pertanyaan Karina suara-suara dengungan motor trial terlebih dulu menginterupsi. Lalu dari balik bukit muncul sekitar lima cowok dengan perlengkapang ridingnya tengah mengendarai motor trial dengan kekuatan penuh. Mereka lalu berhenti di dekat Bayu. Salah satu di antara mereka membuka helm lalu turun dari motor dan menghampiri Bayu.
"kampret gue kira udah mati aja lo." Umpatnya sambil menoyor kening Bayu seraya tertawa-tawa lebar.
Bayu Cuma ketawa cengengesan, kemudian memberikan brohug hangat kepadanya, "aku mati nungguin kamu aja lah."
"bangsat lo." Balasnya, "gila lama nggak ketemu nongol-nongol udah bawa pacar aja."
Bayu tersenyum manis, menaik-naikkan alisnya, "ya iya lah. Gimana cantik kan? Rin kenalin dia david, komunitas skuter aku dari malang. Sebelum berangkat ke bromo aku udah ngebooking dia buat datang ke sini. Sekalian pinjem motornya buat naik ke atas bukit. Kamu tunggu di sini sebentar ya? Aku mau ngetreck dulu."
David bersalaman dengan Karina kemudian ditinggalkan Bayu gitu aja yang mulai menaiki motor trial milik David. Bayu menggeber-geber gas motornya lalu dengan kekuatan penuh dia mulai menjelajahi Bukit Teletubbies ini. Bayu mengarahkan laju motornya ke arah puncak bukit. Cukup berbahaya sih karena jalanan menuju bukit berkerikil dan berpasir. Bayu menguatkan pegangan tangannya pada stang motor untuk menjaga keseimbangan tubuhnya biar tidak limbung. Dia menarik gasnya semakin kencang membuat adrenalinnya terpacu gila-gilaan saat melewati tanjakan dan begitu dia nyampai di puncak bukit dia kemudian turun lagi. Lalu balapan motor dengan pengguna motor lainnya. Kebut-kebutan di hamparan pasir. Sesekali dengan tubuh berdiri, sesekali duduk di atas jok. Bermanuver sambil menjamping-jampingkan motornya. Kelihatan banget jika dia sangat lihai mengendarai motor trial.
Tak berapa lama Bayu menikmati bukit teletubbies karena gerimis yang mulai turun dan hari yang sudah sore sementara rombongan david juga sudah pulang ke camp mereka. Dia menghampiri Karina lagi lalu mengajaknya untuk naik ke mobil jeep, namun belum sempat dia membukakan pintu untuk Karina, gadis itu sudah menahan tangannya terlebih dahulu.
"Mas Bayu makasih banget ya udah nemenin aku seharian ini." Karina tersenyum, dia memegangi tangan Bayu sambil memainkan jari-jarinya, kepalanya menunduk malu-malu. Saat dia mendongak sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Bayu, "aku sayang Mas Bayu." Bisiknya di telinga Bayu lalu masuk mobil duluan meninggalkan Bayu yang masih terbengong-bengong.
'Itu tadi apaan? Ciuman?? Nggak berasa bleh.'
===
Air Terjun Madakaripura adalah kawasan wisata air tejun yang terletak di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Destinasi terakhir Bayu dan rombongan. Sejak dalam bis setelah aksi ciuman sekilasnya kemarin Karina terus merepet Bayu. Menggamit lengan pemuda itu sambil menyandarkan kepalanya di bahu Bayu. Dia terus menyerocoskak kata-kata yang Bayu tidak bisa tangkap semua karena badannya sudah sangat remuk.
Dari Pasar Lumbang bus bergerak menuju destinasi terakhir yang terletak di daerah perbukitan. Bus bergerak pelan-pelan karena di kanan kiri mereka terdapat jurang yang cukup jauh. Semakin bus masuk ke dalam dan mendekati lokasi, jalan yang dilewatipun semakin sempit.
Selama perjalanan pemandangan khas perbukitan dengan hijaunya pepohonan terus menyapa rombongan Bayu. Terlihat juga Ada banyaknya kotak terbuat dari kayu disepanjang perjalanan yang berisi lebah. Maklum daerah yang Bayu kunjungi itu merupakan sentra penghasil madu Klanceng yaitu sebutan untuk madu yang berasal dari pohon randu. Pohon randu itu sendiri banyak dijumpai selama perjalanan.
Sesampainya bus di gerbang masuk lokasi air terjun, Bayu dkk disambut dengan Patung sosok Patih Gajah Mada sedang menghunus Keris yang menjulang gagah perkasa. Bus kemudian parkir dan rombongan Bayu keluar untuk menikmati udara dingin dan segar di daerah perbukitan ini. tak jauh dari tempat Bayu berdiri ada patung sosok gajah mada lagi yang lagi bersemedi. Bayu tersenyum. Ini bukan kali pertama dia ke sini tapi sensasinya masih tetap saja seperti dulu. Di antara kerumunan rombongan itu Bayu meringsek ke kerumunan terdepan sebagai penunjuk arah, karena di antara seratusan orang itu Cuma Bayu yang mengerti arah menuju air terjun madakaripura. Dan God, terimakasih karena Karina sudah terlepas darinya saat panitia lain mengajak gadis itu untuk mengecek perlengkapan yang akan di bawa ke sana.
"gue lihat-lihat lo jadi deket sama Karina." Kata Andis yang berhasil Bayu temui setelah dua hari yang lalu sosoknya selalu menghilang.
Bayu tersenyum simpul, memulai perjalanannya menuju ari terjun. Dia mengikuti arah aliran sungai yang banyak batu besar berserakan, "dia cewek yang baik ndis. Kalau diajak ngobrol juga nyambung. Ya merasa nyaman aja ada di dekatnya."
Udara pegunungan yang dingin membuat Bayu semakin merapatkan jaketnya.
"apakah ini artinya seorang Bayu S. Lencana yang sampai detik ini gue nggak tahu arti dari singkatan S itu berani berkomitmen dengan orang?"
Bayu tertawa, terus menapakkan kakinya di jalanan yang sudah disemen. Di belakang Bayu dan Andis rombongan besar turut mengikuti mereka. Pemandangan yang sangat indah berada di sisi kiri dan kanan jalan yang dilewati Bayu. Pohon-pohon tinggi dan lebat, suara kicauan burung dari balik hutan, tebing-tebing yang menjulang tinggi, suara gemericik air sungai yang mencumbu batu-batu kali. Bahkan sesekali mereka melewati jurang yang cukup dalam.
"kamu masih mengenal aku Ndis. Dan sampai sekarangpun aku masih tidak mau berkomitmen pada siapapun. Dan kupastikan kamu dan Gempita lah orang pertama jika suatu saat nanti aku sedang mengalami keajaiban dunia yang bernama jatuh cinta." Jawab Bayu setelah sekian lama hening menikmati pemandangan menakjubkan di sekelilingnya tersebut.
Andis tertawa kecil. Mengimbangi langkah kaki-kaki Bayu yang lebar. Nafasnya satu-satu karena dia jarang melakukan perjalanan kaki yang jauh. Kemudian Bayu memandu rombongannya untuk menyeberangi sungai dan menjejakkan kaki di bebatuan sebagai pijakan. Setelah itu Bayu melenggangkan tapaknya melewati jalur bebatuan di tebing yang posisinya miring. Dia sangat berhati-hati sekali karena jika terpeleset sedikit, tamat. Tangannya berpegangan pada celah-celah batu tebing dengan waspada. Bebatuan yang dilewatinya sangat licin akibat berlumut. Dia terus berteriak, memberi instruksi pada rombongan untuk berpegangan kuat dan tetap hati-hati.
Tak berapa lama kemudian Bayu dkk menjumpai sebuah air terjun yang aliran airnya cukup deras. Dia memberikan perintah kepada yang lainnya untuk mengenakan mantel plastik yang sudah menjadi peralatan wajib bawa sehingga mereka tidak sampai basah kuyup terkena guyuran air. Dia bergerak melintasi air terjun. Tempias airnya yang cukup deras menjadikan suasana di sekitarnya seolah sedang terjadi hujan deras tiada henti.
Tiga puluh menit perjalanan yang cukup melelahkan, mendebarkan dan membahayakan itu akhirnya Bayu menjumpai sebuah pintu gerbang dengan dua tebing sebagai pengapitnya. Bayu tersenyum lebar. Suara derasnya air berjatuhan menghujami bumi menendang telinga Bayu. Dia menoleh ke arah Andis yang sama antusianya. Kemudian dengan langkah mantap dan hati berdebar-debar Bayu melangkahkan kaki melewati gerbang tersebut.
Dan di balik gerbang alami itulah sosok Air Terjun Madakaripura menjulang tinggi dan gagah menebar pesona memikatnya. Air terjun tertinggi di pulau jawa dengan tinggi 200m membuat Bayu bagaikan kurcaci yang harus mendongak untuk bisa melihat sumber airnya. Lokasi air terjun spektakuler ini tersembunyi di ujung lembah yang dalam di kaki bukit pegunungan Ember. Jalan basah-basahan tadi berakhir di sebuah lembah yang berbentuk tabung sehingga membuat Bayu seperti merasa di dasar sebuah sumur raksasa.
Aliran air terjun di tebing yang cukup deras itu membuat sungai berwarna hijau toska di bawahnya. Suasananya hening dengan magis. Berbeda waktu berada di bromo yang rame kayak pasar kaget, satu-satunya rombongan yang ada di sini Cuma dari kampus Bayu.
Temaramnya lokasi dengan sedikitnya sinar matahari yang masuk dan banyaknya tebing batu beserta debit air terjun yang jatuh seolah membawa Bayu dkk berada di bagian dunia yang hilang. Belum lagi dengan adanya gua di balik air terjun, tepatnya di seperempat bagian atas air terjun seperti menambah kesan magis. Di gua itulah dipercaya sebagai tempat Patih Gajah Mada bersemedi muksa pada masa lampau.
"Yu... lo bawa gue kemana Yu?" Andis mendesah di sampingnya, "Ini kah surga yang dikatakan Tuhan yu?"
Bayu menoleh ke arah Andis yang terpana. Tidak juga hanya Andis, semua rombongan seolah juga ikut tersihir dengan keindahan alam yang begitu sadis.
Tak membutuhkan waktu lama kerumunan orang-orang itu langsung saja berenang. Bayu sendiri mendekatkan tubuhnya di bawah hujaman air terjun kemudian ikutan berenang di sana. Jatuhan tempayan air menusuk-nusuk tubuh Bayu. Sensasi dingin yang menyengat dan menggigil membuat Bayu gemetaran dan kulitnya berkerut. Dia terus berenang. Mencelup-celupkan tubuhnya di sungai dalam. Membuat otaknya benar-benar fresh. Dia merentangkan kedua tangannya, untuk menerima jatuhan air-air di atas sana sampai tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perut Bayu dan sebuah dada telanjang menempel lengkat di punggungnya.
Bayu menoleh dan terkejut bukan main mendapati Kevin berada di belakangnya, "gue seneng banget lihat lo yang bahagia gini bay." Bisiknya tepat di belakang telinga Bayu.
Tubuhnya yang menggigil dan dekapan tubuh Kevin yang juga dingin membuat sengatan panas merekah di perut Bayu, ditambah curahan air terjun yang berus menjatuhi tubuh mereka sehingga membikin Bayu tanpa sadar menggenggam kedua tangan Kevin yang masih berada di perutnya untuk semakin memperdalam dekapannya.
Kevin membalikkan tubuh Bayu, lalu merengkuh pinggulnya posesif, "lo Cuma punya gue Bay. Dan gue nggak mau berbagi."
Bayu tidak tahu apa yang dimaksudkan Kevin ketika tiba-tiba daging kenyal milik Kevin mendarat di bibir Bayu. Bayu tertegun, dan terpekik dalam ciumannya. Sedetik kemudian dia merasakan bibir Kevin melumat bibirnya perlahan. Menggigit kecil-kecil bibir bawahnya. Bayu mendesah, membuat Kevin memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Bayu. Lidahnya yang basah dan dingin itu menggeliat di dalam liang mulut Bayu. Melilit lidah Bayu dan menghisapnya dalam.
"Kev..akh..."
Tubuh Bayu bergerak refleks, kedua tangannya mengait leher Kevin dan kedua kakinya mengalung di pinggul Kevin. Tangan kevin yang kuat itu mencengkeram erat kedua belah bokong Bayu, sementara dia semakin memperdalam ciumannya.
Sensasi ciuman di bawah air terjun ini sangat beda rasanya dengan ciuman yang pernah dia lakukan. Walaupun tubuhnya merespon ciuman Kevin yang sekarang semakin liar dan dia juga merasakan sengatan panas dingin di permukaan kulitnya tapi hatinya biasa-biasa saja. Tidak ada kejutan-kejutan listrik saat dia berciuman dengan Panji.
Ngomong-ngomong tentang Panji......
Ciuman Kevin berpindah di dagu Bayu, menggigiti kecil-kecil daging padat Bayu. Lalu turun ke leher Bayu yang secara refleks menengadah sehingga membuat Kevin lebih leluasa menggerakkan lidahnya di kulit leher Bayu. Dia menghisap dalam leher Bayu, menggigit dan menjilatinya. Bayu menggellinjang nikmat. Desahan-desahan erangannya membuat Kevin semakin liar menciumnya.
Laki-laki yang sedari tadi melihat aktivitas panas mereka itu bukannya...
Bayu mendesah, mengerang hebat, dan desahannya kali ini spontan menghentikan ciuman Kevin.
"Pan...jiih... akh..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top