9

11 tahun yang lalu......

Mata kecil itu menatap ke dalam taman sebuah mansion mewah dan besar. Mata abu-abu yang memandang dengan penuh rasa penasaran. Jari mungilnya memegang pagar besi hitam. Terasa dingin. Sedingin hatinya. Pagar besi itu terlihat kuat dan kokoh, sekuat niatnya agar bisa memasuki mansion besar di hadapannya.


Ia melihat beberapa tukang kebun yang sudah biasa ia lihat setiap datang kemari. Hampir tiap hari ia datang kemari dan selalu diusir, tapi ia tetap datang.
"Permisi..."sapa gadis berusia 13 tahun itu.

Tukang kebun yang terdekat dengan pagar menoleh ketika mendengar suara. Ia melihat anak itu lagi. Seorang anak perempuan dengan pakaian sederhana dan kumal. Rambut panjangnya berantakan. Cih, anak itu lagi, batinnya dalam hati seraya berdecak kesal. Ia kembali menyibukkan diri mengurus kebun majikannya. Sudah beberapa minggu ini anak tersebut sering mendatangi rumah ini, menanyakan pekerjaan untuknya. Tapi bukan hak dia untuk memutuskan pelayan yang bekerja di mansion ini. Kepala pelayan yang memutuskan atas ijin majikannya, Duke of Cambridge.

"Permisi...."ujar anak itu lagi melihat tukang kebun itu mengacuhkannya.

Pria itu berdecak kesal. Ia melempar asal sekop kecilnya seraya berdiri dan mendekati pagar dengan langkah panjang. "Mau apa kau kemari?!"sergahnya kesal

"A..aku hanya ingin mencari pekerjaan. Apakah tuanmu butuh pelayan?"tanya gadis itu tanpa rasa takut.

Tukang kebun, Sam, mengusap dahinya dengan gemas. "Sudah kukatakan dari kemarin bahwa tuanku tidak butuh pelayan lagi. Kenapa kau hanya mendatangi rumah ini?! Masih banyak rumah lainnya!!"

"Aku..."

"Pergilah"ujar pria itu seraya balik badan.

"Tunggu, kumohon, bantu aku mencari pekerjaan... Aku sungguh..."

Kalimatnya terhenti saat telinganya menangkap suara derap kaki kuda di belakangnya. Ia melihat 2 ekor kuda hitam membawa kereta kuda hitam dengan detail rumit di atap serta pintunya.
"Woo hoo...stop!"seru kusir kereta menarik tali agar kudanya berhenti melaju.

"Aaaah....."teriak Gadis itu kaget melihat kuda besar berhenti di depannya. Wajahnya langsung pucat dan refleks ia jatuh terduduk.

"Hei kenapa anak ini berdiri di sana?! Cepat usir!"seru kusir pada Sam

Sam membuka pintu pagar dengan kesal. Ia jadi kena marah karena gadis ini. Hatinya merasa panas karena pekerjaannya terganggu serta gangguan anak ini.
"Ayo pergi!"tariknya dengan kasar membangunkan gadis itu agar berdiri

"Tidak, jangan...."teriak gadis itu terisak.

"Hei ada apa ini?"tanya sebuah suara lembut dan merdu dari dalam kereta.

"Ah your grace, hanya ada kekacauan sedikit. Saya akan segera membereskan."ujar Sam seraya menunduk memberi salam.

"Nona, kumohon..."ujar gadis itu menatap wajah cantik yang tersembul keluar dari jendela kereta.

"Diam!"seru Sam membuat gadis itu makin terisak. Sam menarik paksa membawa gadis itu ke pinggir, yang dibalas dengan tangan kecil kurus sang anak.

"Hei hentikan, jangan kasar padanya. Sebenarnya ada apa? Kenapa anak ini?"tanya wanita itu seraya membuka pintu hendak keluar.

Kusir kereta segera turun dengan sigap dan membantu majikannya turun dari kereta. Lalu ia juga membantu seorang anak lelaki kecil yang ikut menyusul ibunya. Seorang anak lelaki dengan mata biru menatap gadis itu dengan penasaran.

"Your grace, anak ini hampir tiap hari datang kemari menanyakan pekerjaan mengenai pelayan di sini."ujar Sam seraya memberi hormat pada majikannya.

Marieanne menatap anak perempuan itu yang terlihat memprihatinkan. Badannya kurus dan kumal. "Di mana orang tuamu?"

"Saya hanya hidup sendiri."ujar anak itu menatap Marieanne dengan berani

"Your grace, biar saya yang mengusirnya."ujar Sam yang tak suka dengan sikap anak tersebut pada majikannya

"Tunggu, Sam!"cegah Marieanne. Ia melihat anak itu lagi. "Siapa namamu? Di mana kau tinggal selama ini?"

"Namaku Adelle. Aku hanya tinggal di penampungan. Orang tuaku sudah meninggal."ujarnya.

"Oh, kasihan sekali."gumam Marieanne seraya memegang dadanya. "Kau mau bekerja di sini sebagai pelayan?"

Adelle mengangguk. Sekilas ia melihat anak lelaki yang sedang menatapnya dengan penasaran. Anak itu tampak terawat dengan pakaian bagusnya. Beda dengan dirinya yang tak terawat.

"Your grace...." Sam tak setuju dengan tindakannya

Marieanne tak menghiraukan protes Sam. Ia menatap Sam. "Sam, antar dia kepada kepala pelayan kita untuk diurus lebih lanjut."ucapnya dengan tegas.

"Ya, baik, your grace."sahut Sam dengan pasrah. "Ayo..."
Ia mengajak Adelle memasuki halaman mansion tersebut untuk menemui kepala pelayan di dalam. Tidak ada yang menyadari bahwa diam-diam Adelle tersenyum puas sekaligus licik karena berhasil masuk ke dalam keluarga ini.

"Ayo Henry...kita jalan masuk"ajak Marieanne pada anaknya. Henry menggandeng tangan ibunya dan berjalan masuk ke dalam seraya mengusap perut besarnya.

"Maaf, Your Grace, lebih baik anda masuk ke dalam kereta agar tak terlalu lelah."kata kusir

"Tidak apa, aku juga butuh jalan sedikit. Bayi dalam kandunganku kuat kok, seperti kakaknya..."kata Marieanne menatap Henry dengan sayang dan tersenyum pada kusir. Lalu ia melanjutkan langkah memasuki pagar rumahnya yang menyambung dengan taman indah. Sementara sang kusir mengikutinya dari belakang.


------

Adelle masuk ke dalam rumah besar itu dengan sejuta perasaan berkecamuk dalam dirinya. Sejenak ia merasa pelupuk matanya basah. Tapi ditahannya agar ia tidak menangis. Sam membawanya ke bagian belakang rumah di mana ia akan menemui kepala pelayan. Seorang wanita berkulit hitam yang sudah bekerja sejak kecil bersama keluarga duke of Cambridge. Rhonda, sang kepala pelayan sedang mengatur letak perabotan bersama pelayan lainnya. Marieanne telah memberinya petunjuk untuk mengubah letak perabotan di mansion ini. Mansion ini memang bukan rumah utama duke of Cambridge. Tapi keluarga duke lebih menyukai tinggal di sini karena lingkungannya yang indah dan tenang. Meski jauh dari kota dan tempat bekerja sang Duke, tapi mereka merasa lebih betah tinggal di sini.

"Siapa ini?"tanya Rhonda melihat tukang kebun Sam membawa seorang anak perempuan kumal

Sam menjelaskan semuanya pada Rhonda termasuk perintah Duchess of Cambridge untuk menerima Adelle sebagai pelayan di mansion.

Rhonda memperhatikan anak di hadapannya. Ia merasa seperti familiar dengan wajahnya. Wajah anak itu mengingatkannya pada seseorang. Tapi ia tak dapat mengingat siapa. Ah mungkin aku hanya salah ingat, batinnya. Tapi wanita itu merasa ada yang aneh dengan tatapan mata Adelle. Adelle menatap setiap jengkal sudut rumah dengan sorot mata aneh, seakan ia pernah masuk rumah ini. Rhonda mengajaknya masuk ke kamar pelayan. Ia menyuruh Adelle membersihkan diri dan memberikan sebuah pakaian bersih untuknya.

Rhonda menatap dengan heran saat Adelle keluar dengan tubuh dan pakaian bersih. Rambut hitam panjangnya tergerai. Wajahnya tampak putih bersih dengan mata kelabunya. Tak tampak seperti anak biasa, batinnya heran.

"Sanggul rambutmu,"perintah Rhonda.

Adelle merapikan dan menyanggul rambutnya. Lalu ia membereskan pakaiannya yang khusus untuk para pelayan. Ia memakai topi serta celemeknya yang masih kebesaran baginya. Adelle memang pelayan paling muda di kediaman sang duke saat ini.

"Di mana orang tuamu?"

"Mereka sudah meninggal sejak aku kecil."

"Jadi selama ini kau hanya tinggal sendiri?!"ujar Rhonda kaget. Adelle mengangguk. Rhonda masih merasa ada yang aneh pada Adelle tapi ia tak bisa menemukan keganjilan itu.
"Kau bisa membersihkan rumah?"

"Bisa...."

"Oke aku memberimu tugas membersihkan rumah ini tiap hari. Kau juga bisa membantu di dapur bila tugasmu sudah selesai. Ikuti aku untuk mengenal rumah ini"kata Rhonda berjalan mendahului Adelle menuju keluar kamar. Ia mengajak Adelle menjelajahi rumah dengan menjelaskan tugas Adelle. Entah kenapa ia merasa Adelle seperti sudah mengenal rumah ini. Padahal anak ini baru pertama kali menginjakkan kaki ke dalam rumah ini. Tapi sikapnya tidak seperti pelayan yang baru menginjak mansion ini. Sesekali Rhonda mendapatkan Adelle menatap suatu sudut atau ruangan dengan tatapan melamun. Ia mengawasi Adelle yang membersihkan meja dan puas dengan hasilnya.

"Itu apa?"tanya Adelle ketika melewati jendela dan melihat sebuah rumah kecil di dekat taman bunga. Sebuah rumah yang terbuat dari batu tradisional serta tanaman sulur yang menghiasi tembok rumah

"Itu ruang kerja sekaligus perpustakaan milik tuan. Kau tidak diperbolehkan masuk ke sana"

"Lalu siapa yang akan membersihkan tempat itu?" Adelle masih menatap penasaran rumah kecil itu, mengingat kenangan di masa lalunya dulu.

"Sudah ada pelayan yang diberi tugas untuk itu. Ayo!"kata Rhonda dengan nada tak ingin melanjutkan pembicaraan ini lagi.

Malam sudah tiba ketika Adelle membaringkan diri di ranjangnya. Ia mendapat kamar pelayan yang kecil. Hanya ada ranjang kecil serta lemari baju kecil. Tapi itu sudah cukup baginya. Ia juga tak membawa barang apapun saat di terima sebagai pelayan di sini. Hanya 1 barang berharganya yang selalu ia bawa. Barang berharga yang ada di lehernya. Tangannya meraih rantai kalung yang mengalungi lehernya. Sebuah kalung dengan bandul kecil biru berhiaskan bunga mawar indah. Ia membuka bandul itu di mana di dalamnya terdapat foto orang tuanya. Orang tua yang tak pernah ia kenal dari bayi. Orang tua yang hanya ia lihat melalui foto. Orang tua yang hanya ia ketahui dari cerita neneknya.


"Ayah, ibu, aku sudah ada di sini, di rumah kita, tunggulah tindakanku nanti.."bisiknya dengan nada sedih serta dengki. Ia mengusap matanya yang basah. Memasukkan kembali kalung ke dalam bajunya dan Adelle mencoba untuk tidur.







To be continue........

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top