8 (Edit Done)
Aku dan kakakku, Gabrielle, diundang untuk menghadiri acara perburuan rubah yang akan diadakan di sebuah hutan kecil dekat istana. Acara ini merupakan acara yang biasa diadakan dan dihadiri oleh para penghuni istana serta para bangsawan. Kaum lelaki akan menunjuk kemampuan serta keahlian mereka dalam berburu rubah terbaik yang akan diberikan pada kaum wanita yang mendampingi mereka. Rubah akan dilepaskan dan setelah beberapa saat para bangsawan yang sudah siap dengan kuda serta anjing terbaik akan melesat masuk ke dalam hutan, berburu rubah dengan bantuan anjing pemburu besar.
Tahun ini acara perburuan rubah diadakan di hutan Epping yang terletak dekat London dan Essex. Perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Aku pergi naik kereta bersama Henry sementara Gabrielle bersama Nicholas.
Aku duduk di hadapan Henry dan hanya menunduk diam. Tak berani menatapnya secara langsung. Aku tahu bahwa pria yang duduk di seberang memperhatikanku. Dan itu membuat jantungku berdetak makin cepat. Rasanya tak tenang dan ingin segera cepat tiba di tempat tujuan. Rasanya aku merasa napasku sesak. Aku terlonjak kaget ketika Henry berdehem.
"Ah maaf, aku telah mengejutkanmu ya?"
Aku mendongak. "Tidak, my lord..."
"Hai, panggil aku Henry."
"Oh ya, Henry....."gumanku lirih.
Mendadak Henry mencondongkan badannya hingga dekat dengan wajahku. Kereta kuda yang kecil ini membuat jarak di antara kami semakin menyempit. Aku merasa wajahku langsung panas. Aku terkesiap ketika ia menyentuh dan menggenggam tanganku.
"Hai sarung tanganmu basah?!"
Aku tersenyum gugup. Yah diriku tegang dan gugup hingga tanganku berkeringat dan membasahi sarung tangan. Sepanjang perjalanan aku mengepalkan tangan terus hingga berkeringat.
"Apa kau kepanasan?"
Aku menggeleng. "Tidak...."ujarku gugup.
Henry tersenyum. Oh tidak, batinku, jangan tersenyum begitu. Apa kau tak tahu senyummu selalu membuat hatiku tak tenang?! Apa kau tak tahu semua yang ada pada dirimu selalu membuat perasaanku terombang-ambing? Apalagi penampilannya hari ini sangat gagah dengan pakaian berkudanya yang berwarna merah gelap.
"Kau tak usah gugup padaku. Aku tak akan menggigitmu kok. Anggap saja aku seperti kakakmu,"ujar Henry dengan lembut. "Bukalah sarung tanganmu sebelum basah..."
"Ya..."sahutku membuka sarung Tangan dengan gugup dan menaruhnya di sebelahku. Merasa lebih lega saat kurasakan angin sejuk membelai tanganku.
Perjalanan selama 1 jam ini terasa lama bagiku. Tapi aku menjadi lebih tahu mengenai diri Henry. Ia memiliki 1 kakak lelaki bernama Simon dan 1 adik lelaki bernama Charlie. Kakaknya telah menikah dan kini tinggal di Paris. Sementara adiknya masih tinggal bersamanya membantu bisnis ayahnya. Ia pria yang baik dan hangat sejauh ini.
Kami tiba di tepi hutan Epping. Cuaca hari ini cerah dan hangat. Pepohonan yang hijau dan rindang menghiasi tepi hutan. Melindungi para tamu dengan berteduh di bawahnya, entah itu berdiri ataupun duduk. Bunga yang warna warni menambah kecantikan hutan kecil itu. Angin bertiup sepoi-sepoi menguarkan aroma harum bebungaan. Suasana sudah ramai dengan para prajurit yang menjaga keamanan. Terdapat tenda di mana terdapat banyak kuda milik para bangsawan yang akan menemani mereka dalam berburu rubah. Di sudut lainnya terdapat lapangan kecil di mana anjing pemburu berdiam diri di sana. Suasana sudah ramai dengan para tamu.
Aku meraih tangan Henry yang hendak membantuku turun dari kereta. Aku memperhatikan suasana di depanku yang ramai dengan para bangsawan.
"Madeleine..."ujar Gabrielle menghampiriku bersama Nicholas.
"Kurasa kita harus bersiap dulu sebelum acara di mulai."kata Nicholas pada Henry.
"Ya. Mari kita mempersiapkan diri untuk buruan terbaik kita.."kata Henry. Ia berbalik badan padaku untuk pamit. "Tunggu aku datang dengan rubah terbaik."
Aku hanya tersenyum mengangguk. Bisa kurasakan beberapa pasang mata memperhatikan kami. Sepertinya kabar pertunangan kami sudah tersebar. Aku berjalan bersama Gabrielle menuju tenda dan duduk di sana. Menonton para pria yang bersiap-siap dengan kuda serta anjing pemburu mereka.
"Hai Duke Cavill, apa kabarmu?!"seru sebuah suara berat khas pria saat Henry sedang menyikat kuda coklatnya.
Henry menoleh dan melihat teman lamanya, Duke of Rochester. Ia tertawa melihatnya dan bersalaman layaknya pria. "Hai Duke Harding! Kabarku baik. Bagaimana denganmu, Artie?!"
"Please jangan panggil aku Artie!"protes pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut gelapnya yang di sambut oleh suara tertawa Henry.
"Kuda yang bagus..."puji Arthur
"Bagaimana bisnismu?"tanya Henry.
"Yah lancar"sahut Arthur. "Kudengar kau sudah bertunangan?! Benarkah itu?"
Henry hanya tersenyum sambil terus sibuk menyikat kudanya.
"Kuduga berita yang kudengar benar adanya. Kenapa kau tidak memperkenalkan aku pada tunanganmu?"
"Aku tak ingin kau merebutnya, mengingat statusmu masih single."
"Oh tenang, temanku. Aku tak akan merebutnya. Aku masih sayang sama kepalaku agar tidak di hajar olehmu."gurau Arthur. Ia menatap ke arah tenda. Melihat 2 orang wanita cantik dan anggun duduk sambil bercakap-cakap. "Apakah tunanganmu yang memakai gaun pink itu?!"
"Hei bagaimana kau tahu?!"
"Aku sudah melihatmu saat tiba tadi..."kata Arthur tertawa. "Ia gadis yang manis. Tapi kau sungguh serius dengan niatmu untuk menikah?!"
Arthur mengira temannya masih menikmati masa kesendiriannya di mana ia bebas bisa bersama wanita manapun. Dengan menikah ia sudah tak bisa lagi menemui wanita lain lagi. Dirinya saja masih belum ingin menikah. Selain memang belum menemukan wanita yang cocok untuknya, Arthur juga masih ingin bebas. Henry hanya tersenyum. Arthur melihat temannya tampak bahagia. Dan ia senang karenanya.
"Aku sudah bosan Dengan kehidupan sosialku. Sudah bosan dengan para wanita yang mengejarku terus.."
"Ah syukurlah kalau kau memang sudah mantap. Kalian pasti akan bahagia. Ia gadis yang manis."ujar Arthur seraya menatap gadis itu lagi.
"Ya...ia gadis yang cantik..."gumam Henry ikut menatap tunangannya. Ia melihat Madeleine yang sedang berbincang dengan Gabrielle dan seorang wanita yang ia kenal sebagai lady Ann Hetton. Gadis itu tampak bicara sambil tersenyum. Tanpa sadar Henry menatapnya seraya tersenyum.
"Hei jangan melamun. Kau masih bisa terus menatapnya bila nanti kalian sudah menikah!"kata Arthur mengagetkannya.
Henry tertawa. Lalu ia kembali menyiapkan kuda serta anjing pemburunya. Acara sebentar lagi akan di mulai karena pangeran sudah datang dan bersiap-siap juga.
Dari dalam hutan terdengar suara rubah serta hewan lainnya. Para bangsawan mulai bersiap dengan kuda dan anjing mereka. Mereka berkumpul di tepi luar hutan. Menunggu aba-aba untuk mulai perburuan. Henry menyempatkan diri menengok ke belakang, mencari sosok Madeleine. Ia melihat gadis itu berdiri di belakang bersama kakaknya. Mereka saling menatap. Henry melemparkan senyumnya, merasa mendapatkan semangat hanya dengan melihat senyum Madeleine.
Dan acara pun dimulai. Para pria menyentakkan tali kekang kuda agar berlari sementara anjing pemburu berlari di depan mereka. Mereka mengarahkan kuda agar mengikuti anjing pemburu yang berada di depan.
Henry bergabung bersama Arthur. Kuda mereka kuda yang kuat dan gagah. Serta anjing mereka berdua adalah anjing pemburu terbaik. Mereka berkuda melewati jalan setapak mengikuti penciuman anjing pemburu. Lalu Kuda mereka masuk makin dalam ke hutan mengikuti naluri anjing pemburu yang mengendus bau rubah.
"Hai aku tahu tempat biasanya aku selalu mendapatkan rubah besar serta indah. Sepertinya kali ini mereka akan mengarahkan kita ke sana lagi!"seru Arthur seraya melajukan kudanya.
"Ya semoga dugaanmu benar, Artie!"
"Oh please, jangan panggil aku seperti itu!"protes Arthur gemas.
Henry tertawa lalu kembali fokus dengan kudanya. Ia bertekad akan mendapatkan rubah terbaik dan terbagus untuk Madeleine. Ia menengok sejenak ke belakang punggungnya. Tak ada yang mengikuti mereka berdua. Biasanya para bangsawan sudah mengetahui tempat terbaik untuk mendapatkan rubah.
"Hei sepertinya aku mendengar suara rubah!"
"Ya... anjingmu menciumnya!"sahut Henry melihat anjing berbulu coklat yang mempercepat larinya ke arah sebuah pohon.
"Wooow......"ujar Arthur menghentikan kudanya.
Mereka melihat sepasang rubah berukuran besar dan kecil berdiri dengan mata terbelalak lebar ketakutan. Kaki mereka terkena jebakan yang dipasang dekat sebatang pohon. Arthur turun dengan girang. Begitu pula dengan Henry. Rubah itu makin ketakutan karena banyak anjing pemburu yang mengelilingi seraya sesekali menggonggong membuat mereka takut.
"Rubah yang indah sekali!"kata Arthur dengan nada senang.
"Jadi kau akan mengambil yang besar karena kau tiba duluan. Aku yang kecil?"tanya Henry dengan senang.
Arthur menatap Henry. "Ambillah dua-duanya."
Henry menoleh kaget menatap temannya. "Apa?!"
"Ya, ambillah..."
"Tapi...."
"Ambillah untuk tunanganmu. Aku mengambilnya untuk apa?! Aku belum memiliki pilihan wanita. Ibuku sudah memiliki banyak mantel bulu rubah."
"Kau yakin?!"
"Ya, cepat ambil sebelum aku berubah pikiran. Atau sebelum orang lain merebutnya."
Henry melepaskan jebakan di kaki rubah itu, dibantu oleh Arthur. Lalu mereka mengikatnya dan menaruhnya di belakang kuda coklat milik Henry. Pria itu membawa ke dua rubah dengan senang dan bahagia. Ia bisa memberikannya pada Madeleine.
Keluar dari hutan, ternyata ada beberapa yang sudah kembali denga rubah hasil buruan mereka. Tapi rubah milik Henry adalah yang terbaik dengan bulu lebat dan halus. Henry membawa ke dua buruannya dengan bangga pada Madeleine. Ia melihat gadis itu menatapnya dengan senang saat melihatnya keluar dari hutan. Beberapa orang menatap hasil buruan Henry dengan iri. Betapa beruntungnya Madeleine, batin mereka. Gabrielle segera menyingkir melihat duke muda itu mendekati adiknya.
"My little lady..."ujar Henry saat berhadapan dengannya.
"Syukurlah kau baik-baik saja"kataku dengan lega melihatnya muncul dari hutan dan berhadapan dengannya saat ini.
"Apakah kau mengkhawatirkan aku?"
Aku mengangguk dengan wajah merona.
Henry tersenyum. Ia merasa senang. Lalu ia menunjukkan hasil buruannya pada Madeleine.
"Lihatlah, sesuai janjiku aku berhasil mendapatkan rubah terbaik untukmu..."
Madeleine melihat 2 ekor rubah dekat kakinya. Seekor rubah besar dan seekor rubah kecil. Sepertinya mereka ibu dengan anaknya. Tubuh rubah itu gemetar karena takut. Aku melihat manik mata hitam rubah kecil. Betapa hitam matanya serta ketakutan rubah kecil itu. Rubah kecil itu menatapku dengan manik matanya. Sorot matanya yang tampak polos. Seakan memohon agar tidak mencelakai mereka. Aku tahu nasib apa yang akan menimpa mereka. Seketika aku merasa merinding.
"Kau baik-baik saja?"tanya Henry melihat wajahku yang mendadak pucat dan lemas
Aku menatap Henry. "Kumohon, jangan lukai mereka. Bebaskan mereka..."pintaku.
"Madeleine, aku tak bisa melepaskannya, rubah ini bisa saja ditangkap oleh orang lain.."gumamnya.
"Apa?!"sahutku panik. Aku menatap rubah itu yang masih tampak shock dan ketakutan. "Lalu bagaimana?"
"Aku akan membawanya ke rumahku dan membiarkan mereka menjadi temanku, bagaimana?"
"Bagus sekali. Aku menyukainya..."ujarku dengan lega dan bersemangat
"Dan mereka bisa menjadi temanmu saat kau pindah ke rumahku nanti.."kata Henry tersenyum.
Aku mengerti apa maksud perkataannya mengenai pindah rumah. Seketika aku merasa wajahku terasa panas. Lalu ia mengajakku berkenalan dengan temannya, Arthur Harding, Duke of Rochester. Ia pria yang baik dan ramah. Lalu kami bergabung bersama Gabrielle dan Nicholas. Nicholas berhasil mendapatkan seekor rubah besar juga. Gabrielle sangat senang dan bangga dengan hasil buruan tunangannya.
Acara perburuan rubah dilanjutkan dengan acara minum teh. Hari yang padat untukku tapi aku mendapat banyak teman di acara itu. Dengan kemunculan kami berdua menandakan bahwa hubungan ini sudah diketahui publik. Para tamu melihat betapa dekatnya kami. Beberapa menyukai melihat hubunganku dengannya. Tapi ada juga wanita yang merasa iri karena aku bersamanya, bukan mereka. Sepertinya Mereka merasa patah hati karena tak berhasil mendapatkan hati Henry.
❤❤❤
To be continue.....
Maaf kalau kepanjangan 😂
Ma kasih teman2 yang sudah mau baca ceritaku....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top