5 (Edit Done)

"Selamat pagi, nona. Apakah anda sudah bangun?"tanya Alice yang menyeruak masuk dengan membawa nampan berisi sarapanku dan menaruhnya di meja kecil samping ranjang. Lalu ia membuka tirai jendela agar sinar matahari masuk menerangi kamarku.

"Selamat pagi, Alice..."sahutku seraya duduk mencium aroma sarapan sederhana favoritku. Segelas susu dengan sepiring sandwich. Namun aku heran kenapa Alice membawakan sarapan ke kamarku. Aku lebih menyukai sarapan bersama keluarga di ruang makan.

"Kenapa kau membawa sarapanku kemari?"

Alice memandangi aku dengan senyum anehnya. Seakan ia tahu sesuatu. "Makanlah dulu lalu aku akan membantumu mandi dan berganti pakaian"

"Ada apa?"tanyaku penasaran.

"Makanlah, nona cantik."gumam Alice masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air hangat untuk aku mandi.

Aku hanya memberengut seraya mengunyah sarapanku. Penasaran ada apakah gerangan. Apakah ada tamu datang berkunjung? Kenapa sekarang begitu sering datang tamu di pagi hari. Selesai sarapan, aku menyusul Alice yang sudah siap dengan perlengkapan mandiku. Aku terperangah mencium aroma bunga mawar saat masuk. Sepertinya Alice telah menambahkan ekstrak bunga mawar ke dalam air mandiku. Sesuatu yang jarang kami lakukan kecuali ada kejadian spesial.

"Mawar?"tanyaku dengan bingung.

"Ya, buka bajumu dan segera mandi!"

"Ada apa sih? Dari tadi kau bersikap aneh."kataku membuka gaun tidurku dan masuk ke dalam bath tub yang hangat dan harum. Aku merasa rileks saat mencium aroma mawarnya. Entah kenapa Alice memanjakanku dari tadi. Ia memijat pundak dan punggungku hingga aku terheran-heran.

"Aku diperintahkan ayah anda untuk menyiapkan dirimu secantik mungkin..."kata Alice memijat punggungku.

"Memang ada apa?!"

"Anda akan segera tahu."kata Alice.

Aku hanya diam sambil bertanya-tanya dalam hati. Siapa lagi tamu yang datang hingga aku harus seperti ini? Apakah raja dan ratu yang datang? Tapi itu tak mungkin, batinku. Aku keluar dari bath tub. Alice membantu mengeringkan tubuh dan rambut panjangku yang basah. Lalu aku memakai jubah mandi dan mengikuti Alice yang memintaku duduk di meja rias. Ia mengepang rambutku dan menyanggulnya dengan hiasan bunga. Tak lupa Alice merias wajahku dengan riasan sederhana namun cantik.

Aku mendesah ketika Alice memegang korsetku. Dengan terpaksa mengenakannya dan memegang tiang ranjangku. Napasku tertahan ketika Alice mengencangkan tali korset hingga punggungku tegak. Lalu ia membantu memakai gaun lengan pendek berwarna biru putih. Gaun yang biasanya kukenakan saat acara pesta sederhana. Lalu Alice menyemprotkan pafrum di bagian leher serta gaunku.

Alice menatapku dengan puas setelah memasangkan sepasang anting dan kalung. "Anda sangat cantik.." 

"Oke, jadi ada apa?!"ujarku setelah mencoba bersabar untuk mendapatkan informasi. Aku menarik napas merasakan kembali dadaku yang sesak karena korset ini.

"Anda mendapatkan tamu spesial, nona Madeleine."

"Hm...siapa?"tanyaku bingung dan tak sabar

Pintu terbuka saat aku melihat kakakku masuk dengan gaun coklatnya. Mulutnya tersenyum penuh arti padaku. Dan ia terlihat senang. Di belakangnya menyusul kakak lelakiku yang juga sudah rapi. Aku menatap mereka dengan heran.

"Ah adik kecilku, kau cantik sekali. Aku tak percaya kau sudah dewasa"kata George merangkul dan mencium dahiku.

Gabrielle tersenyum padaku. Lalu ia menoleh pada Alice. "Terimakasih, Alice. Kau sudah membuat adikku cantik.."

"Dengan senang hati, my lady. Kurasa aku permisi dahulu."ujar Alice sambil beranjak pergi.

"Ada apa ini?!"tanyaku pada ke dua kakakku yang masih tersenyum penuh misteri.

George melirik Gabrielle. "Ia belum tahu. Dan pasti akan kaget."ujar George dengan nada nakal.

"Kakak, ada apa? Kenapa kita harus berpakaian rapi seperti ini di pagi hari?! Apa kita diundang ke suatu acara?"tanyaku makin penasaran.

"Kau akan segera menyusul Gabrielle.."gumam George.

"Apa? Aku...aku tak mengerti..."ujarku panik.

"Ayo kita turun. Kau akan segera tahu. Jangan sampai mereka menunggu terlalu lama..."kata George menyodorkan lengannya padaku.

Aku menyampirkan tanganku pada sela lengannya sementara Gabrielle di tangan George satunya lagi. Kami bertiga turun bersama. Aku berjalan dengan sejuta pertanyaan dalam hatiku. Apa maksud perkataan George tadi? Kenapa aku akan menyusul Gabrielle? Menyusul untuk apa...

George mengajakku ke arah ruang duduk keluarga. Alisku terangkat ketika mendengar suara khas yang kukenal dari dalam ruangan itu. Deg...dengan segera jantungku seperti berhenti berdetak. Langkahku terhenti di depan pintu. Kakiku terasa kaku tak bisa bergerak. Tak mungkin, batinku, aku pasti salah dengar kan?! Aku menatap Gabrielle seraya menelan ludah dengan gugup.

"Ayo..."gumam Gabrielle tersenyum padaku dengan lembut.

"Sebenarnya siapa tamu yang datang, kak?"tanyaku dengan nada gugup.

"Kau akan segera tahu, sayang."ujar George nyengir sambil memegang kenop pintu dan membukanya.

Orang yang duduk di dalam menoleh ketika pintu terbuka dan kami masuk dengan langkah perlahan. Sekali lagi kakiku terasa kaku saat melihat wajahnya. Jantungku kembali terasa berdetak lebih cepat saat mataku bertemu dengan mata birunya. Sedang apa ia di rumahku?

"Ah anakku, Maddy..."ujar ayah dengan bangga memandangku.

Tapi aku sempat menatap sorot mata sedih dalam tatapan ayah, yang aku tak mengerti kenapa. Ayah berdiri bersama ibu. Ia memegang tanganku , mengajak berjalan menuju sofa.

"Madeleine, kenalkan ini ayah dan ibu Henry. Duke Collin Cavill dan Duschess Marianne, Duke of Cambridge."

Aku terkejut. Melihat orang tua Henry dan lalu membungkuk memberi salam pada mereka. Kulihat ayah Henry seorang pria seperti ayahku. Tubuhnya tinggi tegap dengan sedikit kumis menghiasi bibir atasnya. Sedangkan Marianne seorang wanita anggun dan elegan sesuai statusnya. Wanita yang cantik dengan mata biru yang menurun pada Henry

"Putri yang cantik..."puji Collin tersenyum.

Pujiannya membuat pipiku merona. Aku hanya berdiri menunduk. Tak berani menatap mereka, terutama pada Henry yang bisa kurasakan ia sedang menatapku.

"Terimakasih atas pujiannya, your grace. Dan ini anak sulungku, George. Serta putri sulungku, Gabrielle...."

Ke dua kakakku memberi salam pada mereka.

"Gabrielle... Yang setahuku sudah bertunangan dengan Nicholas Foster, anak dari Duke of Ford?"tanya Collin

"Ya, anda benar, Your Grace."sahut Phillip.

"Hei ayo kalian duduklah. Aku jadi merasa tak enak kalian berdiri semua."kata Collin seraya tertawa.

Ayah menyuruh kami semua duduk. George dan Gabrielle menyuruhku duduk bersama ayah ibu di sofa yang berhadapan dengan tamu kami. Sementara mereka berdua duduk di sisi lain sofa. Aku duduk di sebelah ibuku yang meremas tanganku seraya tersenyum. Aku membalas senyumnya dan tak sengaja bersitatapan dengan Henry. Ia terlihat sangat tampan dan gagah dengan jas hitamnya. Mulutnya tersenyum padaku dan aku pun terpaksa membalas senyumannya dengan gugup. 

Collin dan Marieanne melihat kami lalu tersenyum. Collin menatap ayahku. "Hm..Philip, lebih baik aku langsung jujur saja dengan maksud kedatangan kami pagi ini. Maaf kalau kedatangan kami memang mendadak dan menganggu kalian.."

"Ah sama sekali tidak menganggu, Your Grace.."

Aku melirik ibuku yang kembali meremas tanganku. Aku melihat wajahnya yang tampak tak siap. Seperti cemas yang membuatku bingung dan tak mengerti.

"Kedatangan kami hari ini adalah kami bermaksud ingin melamar anak anda, Madeleine Calvert."kata Collin dengan sorot mata lembut.

"Apa?!!"seruku tanpa sadar karena kaget mendengar perkataan Ayah Henry. Apa telingaku tak salah dengar? Mereka datang kemari hendak melamarku? Bakal aku belum melakukan debut. Aku melihat ke dua kakakku yang sepertinya sudah tahu maksud kedatangan Duke Cavill. Mereka tak tampak terkejut seperti aku.

"Ah maafkan aku..."gumamku saat sadar aku sudah berteriak. Wajahku terasa panas. Sejak bertemu Henry, aku begitu mudah merona.

"Maafkan anakku...."kata ibuku

"Aku tahu ia pasti sangat kaget dengan perkataan ayahku. Tapi aku serius dengannya."Ucap Henry sambil terus memandangi aku.

Aku menunduk malu. Jantungku terasa berdetak begitu kencang. Dan wajahku pasti sudah merah padam saat ini. Aku tak mengerti kenapa ia melamarku. Sedangkan kami baru saja bertemu. Aku baru dua kali bertemu dengannya dan ia langsung melamarku?!

Ayahku tersenyum. "Aku tahu kalian bermaksud baik dengan keinginan kalian. Tapi Madeleine masih sangat muda."

"Aku bersedia menunggu hingga usianya sudah cukup memadai untuk menikah."kata Henry dengan nada serius namun lembut dan pandangan matanya yang menyorotkan pandangan cinta yang begitu besar hingga membuat jantungku berpacu makin kencang dan sesak napas.

"Oh..."gumam Gabrielle dari sisi lain sofa.

Ayah ibu Henry tersenyum mendengar perkataan anaknya. Mereka tak mengira bahwa Henry begitu serius dengan niatnya. Dalam hati kecil mereka bersyukur pada akhirnya Henry berhasil menemukan tambatan hatinya setelah banyak berpetualang dengan begitu banyak wanita dari berbagai kalangan bangsawan. Tak mengira putri bungsu Earl of Sherrington berhasil memikat hati Henry.

"Yah...anda bisa melihat kesungguhan putraku pada putri bungsu kalian."ujar Collin tersenyum.

"Ya saya merasa sangat bersyukur dengan keseriusan Henry. Tapi semua tergantung pada Madeleine. Dan apabila ia setuju untuk menerima lamaran Henry, saya hanya memberinya ijin menikah di usia 18, yang berarti 2 tahun lagi. Apa kalian bersedia menunggu selama 2 tahun?"

"Saya pribadi tidak keberatan dengan permintaan anda.."sahut Collin yang disambut dengan anggukan istrinya.

"Aku juga tak keberatan menunggu 2 tahun. Selama 2 tahun itu kami akan mencoba saling mendekatkan Diri hingga tiba waktunya."ucap Henry dengan sungguh-sungguh

Aku mendongak menatapnya dengan kaget. Ia berkata demikian seakan ia yakin lamarannya akan diterima olehku. Dan ia membalas menatapku. Entah kenapa aku percaya dengan kata-katanya. Tidak terlihat kalau ia hanya sekedar bicara. Tidak ada kebohongan dalam sorot matanya. Yang ada hanya pandangan matanya yang tampak sungguh-sungguh.

"Bila demikian semua jawaban ada pada Madeleine..."ucap Marieanne dengan suara lembutnya.

Dan semua mata kini tertuju padaku. Kegugupan kembali melanda diriku. Jantungku bertalu-talu dengan kencangnya hingga tak tahu harus berbuat apa. Mulutku terasa kaku untuk menjawab. Tapi aku sadar semua orang yang duduk di sini sedang menunggu jawabanku. Terutama Henry. Meski tak terlalu kentara, tapi ia terlihat gugup menunggu jawabanku.

"Madeleine..."gumam ayahku. Sorot matanya memandangiku dengan lembut dan tampak berat hati seakan ia tahu aku akan menerima lamarannya.

Sofia meremas tanganku dan tersenyum mengangguk padaku.

"Bagaimana, Madeleine?"tanya Collin

Entah apa yang terjadi padaku. Tapi aku mengangguk pada mereka. Hanya memberi anggukan lalu kembali menunduk dengan wajah merah padam.

Collin tertawa seraya bertepuk tangan. Lalu ia berdiri menyalami ayah dan ibuku. Selanjutnya aku tak tahu lagi. Rasanya aku masih shock dengan pertemuan ini. Aku hanya mengikuti arus yang mengalir setelah jawabanku itu. Aku hanya mendengarkan rencana orang tuaku dengan keluarga duke mengenai hubungan kami. Bahwa mereka ingin agar kabar pertunanganku diumumkan saat debutku tahun depan. Agar kalangan bangsawan tahu bahwa aku sudah terikat, yang kuyakin tak perlu menunggu hingga debutku tahun depan. Kabar mengenai ini pasti sudah tersebar besok.

"Terimakasih kau bersedia menerima lamaranku, my little lady."ujar Henry saat mereka hendak beranjak pulang.

Julukan itu membuatku kembali merona. "Merupakan suatu kehormatan juga bagiku, my lord..."

"Please, jangan panggil aku dengan gelar itu. Ayahku yang lebih pantas."kata Henry tersenyum. "Panggil namaku...Henry..."

Aku terkesiap menatapnya. "Apa?! Tapi..."

"Tidak apa. Kumohon panggil aku dengan namaku saja"sahutnya dengan nada memohon dan berharap

"Oh baiklah, sesuai permintaanmu, Henry..."ucapku dengan malu. Apakah aku demikian istimewa di matanya hingga ia ingin aku memanggilnya dengan nama.

Henry tersenyum. Senyuman yang mampu menggetarkan hatiku. Collin menatap kami, menyiratkan tanda bahwa sudah waktunya naik ke kereta kuda keluarga Cavill.

"Sampai jumpa lagi, Madeleine"ucapnya seraya membungkuk dan mencium tanganku

Aku merasakan adanya desiran senang mendengar namaku disebut olehnya. "Sampai jumpa lagi, Henry........." 


❤❤❤❤❤

To be continue....
Ihir di lamar henry cavill....
Saya juga mau hahaha 😆😆😆

Jangan lupa voment nya ya
Thank you banget yang udah mau baca ceritaku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top