7


Note: Shamelessly nyelipin Expectation ke novel ini. Haghaghag~ 

Yang udah baca REMUK REDAM pasti familier sama lirik Tsundere dan betapa seksoynya Luc 'Big Bad' Wolff. Enjoyyyyyy~


Beberapa saat kemudian, Helen pamit dengan membawa martabak yang tersisa di kotaknya kembali ke kamar. Cewek itu bilang, kepengen lanjutin ngemil sambil menonton episode terbaru The Good Fight di laptop. Jonan pun menawarkan diri untuk membereskan meja makan dan mencuci semua piring kotor. Ketika itulah dia baru dikasih tahu kalo pipa bak cuci piring udah nggak bocor lagi kayak tadi pagi.

"Lo yang perbaikin sendiri?"

"Iya."

"Makasih deh kalo begitu. Dan sori udah nyangsiin kemampuan lo."

"Don't sweat it," balas Jonan santai.

Baru berjalan beberapa langkah, Helen tiba-tiba berhenti dan membalikkan tubuhnya. "Eh, kalo lo masih mau, lo boleh ambil satu lagi. Itung-itung ucapan terima kasih karena udah memperbaiki bak cuci piring."

"Thanks but no thanks. Lo kan suka banget."

"Gue nawarin beneran lho ini—bukannya basa-basi."

Jonan menghampiri Helen sambil tersenyum. "Makasih kalo gitu," ujarnya, mengacungkan potongan martabak itu di udara. "Kak Helen emang baik banget deh!"

"Shut up!" seru Helen, tapi membiarkan sudut mulutnya tertarik naik.

Ketika menutup pintu kamar dari dalam, Helen baru menyadari perubahan drastis hubungannya dengan adik Kiki itu.

Ternyata gue gampangan banget, tinggal disogok pake makanan kesukaan, batinnya.


*


Helen nggak bisa menyembunyikan senyumannya ketika keesokan hari menemukan kue cubit yang telah dipanaskan terhidang manis di atas island dapur. Sebagai pelengkap sarapannya pagi itu, Jonan juga menyiapkan secangkir green tea dengan dua sachet gula jagung diletakkan di tatakannya.

"Gue nggak tahu lo sukanya semanis apa," Jonan tiba-tiba bersuara dari belakang, "jadi biar lo sendiri aja yang nakar sendiri."

Keduanya bertukar tatap dan diam-diam saling menilai. Helen benar-benar sudah siap untuk berangkat kerja. Karena hari ini ada meeting dengan buyer dari chain department store besar di Filipina, cewek itu memutuskan untuk mengenakan produk terbaru HEY! dari ujung kepala hingga ujung kaki; handkerchief dress bermotif geometris, resin bangles, dan d'orsay pumps yang memberi ilusi jenjang pada kedua kakinya. Sementara itu, di hadapannya, berdiri Jonan yang baru saja berganti pakaian setelah mandi tadi. Rambutnya masih basah, membuat riak-riak ikalnya meneteskan air di pundak dan kerah kaus polonya. Cowok itu sudah bercukur dan, sumpah, terlihat lebih muda lima tahun dari usia yang sebenarnya. Bikin Helen diam-diam merasa lebih tua lima tahun dari usia yang sebenarnya.

"Actually, gue memang biasanya ngabisin dua sachet untuk satu cangkir teh," kata cewek itu, menjelaskan kebiasaan sehari-harinya. "Karena pake gula jagung, jadi gue nggak terlalu khawatir."

"Good to know," ujar Jonan sambil manggut-manggut. Cowok itu lalu melipat tangannya di atas island dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Matanya mengawasi lamat-lamat Helen yang mulai menikmati kue cubit pertamanya.

"Masih enak kan?" tanya Jonan memastikan.

"Masih kok, masih." Terdiam sesaat. Seharusnya dia bisa menjawab dengan lebih tegas, tapi entah kenapa mendadak disusupi perasaan gugup. "Lo... nggak sarapan?" Cewek itu balik bertanya.

"Tenang, kan masih bisa nanti-nanti ini. Secara gue di rumah aja seharian ini."

"Lho, kenapa nggak jalan-jalan atau ngopi-ngopi sama temen lama?" Kerongkongan Helen mendadak sempit ketika melanjutkan, "O-or, if you want, you can invite any of your, ehem, lady friend here."

Jonan menggeleng. "Ketemu sama temen-temen pas reuni aja nanti."

"I see...."

"Dan, tenaaaang..., I'm gonna be a good boy during my stay here. No hook-up or late night booty call for awhile."

"Gue kan nggak ngelarang lo. Cuman asal lo tahu tempat aja—"

"Ngerti kok, ngerti. Tapi ini keputusan gue sendiri kok, jadi lo nggak perlu ngerasa nggak enak hati."

Helen nggak tahu harus ngomong apa. Jonan berhasil membungkamnya dengan pernyataan barusan.

"...."

"...."

"Kak Helen—"


'Kiss her crazy, kiss her stupid.

And when I ask for her name and she doesn't answer,

that's the sign to kiss her more.'


"Bentar," kata Helen, lalu membuka ritsleting tasnya. Potongan lirik lagu Expectation itu terdengar semakin nyaring dan sontak berhenti ketika dia menekan tombol hijau di layar sentuh.

"Ada apa, Ki?"

Jonan refleks menoleh ketika mendengar nama kakaknya disebut-sebut.

"Heleeeen, ayemsoriiiii...!" Suara rengekannya terdengar dramatis di speaker. "Tadi alarm gue bunyi, ngasih tahu tentang acara di Modern Mall yang ngundang Expectation sebagai salah satu bintang tamu. Huhuhuhu, harusnya gue nemenin lo ke sana hari ini."

Helen menepuk jidat mulusnya. "Astagaaaaa, gue malah lupa sama sekali tuh! Dasar ya ini kerjaan, bikin gue cepet pikun."

"Padahal gue pengen nonton banget tuh!" timpal Kiki. "Udahlah itu acara live, nontonnya gak pake bayar lagi. My kinda concert."

"Denger-denger, selain nyanyi Tsundere, Expectation juga mau perform single terbaru mereka untuk kali pertama. Pasti awesome deh!"

"Wait. Single baru? Single baru yang mana lagi ini? Jangan-jangan maksud lo itu cover lagu-lagu God Bless buat proyek filmnya Ahmad Albar ya?"

"Ada lagi yang lebih baru, Ki." Helen berusaha mengingat-ingat bocoran yang didapatnya dari akun fanbase Expectation di Twitter. "Dari album kedua mereka nanti."

"YUWHATTTTT?! Gak mau tahu, Len. Lo mesti videoin live performance mereka nanti. Gue pengen nontooooon!"

"Sama!" tukas Helen. "Tapi gue sendiri makin nggak yakin mau ke sana seorang diri. Garing ah kalo nggak ada lo-nya."

"Yah, Heleeen! Lo sukses bikin gue patah hati di tempat."

"Ih, elo. Makin bikin gue nggak enak hati deh."

"Abisan...." Suaranya kini tak lebih dari sekadar cicitan pelan.

"Doain aja nanti ada fans yang nge-upload acara nanti sore di Youtube," Helen mencoba menghibur Kiki. "Jadi lo dan gue bisa nonton juga."

"Jadi lo positif nggak ke sana nih?"

"Keyakinan gue sih mendekati angka 90%."

"Yaaaaaaaah!" Suara kecewa Kiki membuat Helen sedikit terlonjak di kursinya. 



--

Thanks for reading, Sinners!

Seperti biasa, nggak mesti diingetin kan buat comment dan vote-nya. 

Dukungan kalian adalah oksigen buat novel ini. Awww~



Cium sayang dari pedagang asongan pepperoni basah dan kering,

CHRISTIAN SIMAMORA

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top