Chapter 9 - Ratu Jahat

Karasburg adalah sebuah kota yang berada di bagian selatan Namibia. Kota ini pernah menjadi salah satu kota ekonomi terbesar di Afrika. Tanahnya diberkahi Tuhan, subur, kelewat subur. Semua warganya memiliki pekerjaan yang menjanjikan, baik dari petani sampai pengusaha besar. Berbagai macam elemen masyarakat hidup di dalam sebuah kesatuan, tanpa membedakan agama, ras, bahasa, warna kulit, dan budaya. Karena keadaan itulah kota ini hampir dinobatkan sebagai ibu kota Namibia.

Lima tahun lalu, lebih tepatnya pada bulan November 3011, gerombolan mesin datang menyerang Karasburg. Pada awalnya, mereka tidak terlihat oleh mata telanjang. Gosip dari mulut ke mulut mengatakan bahwa kelompok mesin asing ini tidak bergerak di tanah, melainkan di langit. Mereka terbang seperti ribuan burung yang sedang bermigrasi, meneror langit kota, menjatuhkan hama di atas ladang para warga dan virus ke jaringan listrik, sebelum akhirnya melakukan pembantaian massal.

Hari itu adalah hari yang sangat mengerikan. Oscar, di kala kakinya lumpuh karena takut, hampir mengira bahwa kiamat sudah ada di depan matanya. Langit menjadi gelap, digulung seperti lembaran kertas. Darinya keluar suara gemuruh yang melemahkan jiwa, disusul badai pasir yang menyapu daratan. Semua orang bisa mendengar dentingan lonceng yang saling bersahut-sahutan, suaranya keras tidak tertolong, seperti sebuah festival pada malam natal. Hujan terjadi—hujan kotak hadiah berwarna-warni. Perlahan muncul ratusan rusa putih dari balik awan, saling terikat dengan tali yang menjembatani mereka kepada satu kereta luncur berwarna merah menyala, dengan perpaduan warna hitam dan putih.

Duduk di sana seorang wanita cantik dengan rambut hitam bergelombang, tatapan mata tajam, bibir tebal, dan tubuh yang dibalut jubah berbulu. Ia mengelus dagunya, kemudian berdiri dan berkata, "Ho! Ho! Ho! The Desert Santa Claus has arrived! Bow down before your queen, Slaves!"

Suara alto wanita itu bergema dengan kuat di langit, diiringi distorsi yang berasal dari pita suaranya. Bagaikan pengumuman hari akhir, membuat seluruh warga Kota Karasburg lari ketakutan. Setelahnya, puluhan pesawat ulang-alik dengan baling-baling ganda di sayap kanan dan kiri serta ekor tajamnya muncul. Mereka masuk ke dalam arena permainan seperti garam yang ditaburkan ketika makanan sudah siap disajikan.

Ketika badai menyibak awan gelap yang tergulung secara sempurna, sebuah pemandangan yang tak pernah diinginkan umat manusia dapat terlihat. Langit pada hari itu terbuka lebar seperti pintu neraka. Dari sana muncul ribuan burung hitam yang sedang membawa batu di kaki mereka. Ketika ribuan burung itu berpencar, pesawat ulang-alik dengan badan besi yang rumit mengikutinya.

Sama dengan ratusan rusa putih itu. Mereka melenguh dengan geram. Dari celah-celah gigi mereka jatuh air liur, yang ketika menyentuh tanah, maka terbakarlah ia. Sang ratu lantas menyebatkan rusa-rusanya dengan tali tambang superpanjang. Ia membentang dari timur ke utara, seperti seutas harapan manusia. Kemudian, sayap besi muncul dari tubuh rusa-rusa itu, membuat mereka dapat melesat kencang, membawa sang ratu berkelana di atas Kota Karasburg.

"Jingle bells, jingle bells. Jingle all the way. Oh, what fun it is to ride in a one horse open sleigh. Hey!"

Nyanyian penuh kebahagiaan dari suara rendah wanita itu memekakkan telinga orang-orang. Rudal ditembakkan, meledakkan rumah-rumah warga. Para burung pembawa batu melepaskan cengkeraman mereka. Batu-batu dari neraka turun melubangi tanah hingga dalam sekali, bekerja seperti lava. Semua orang jatuh sebab tubuh mereka berlubang, tanpa henti mengeluarkan darah mendidih.

"Jingle bells, jingle bells. Jingle all the way. Oh, what fun it is to ride in a one horse open sleigh. Hey!"

Nyanyiannya berlanjut. Kali ini kepala orang-orang mulai terpisah dari tubuh mereka karena tembakan radiasi dari salah satu pesawat ulang-alik dengan baling-baling besar di bawah tubuhnya. Ia menembakkan itu dengan cepat seperti singa yang mengejar mangsanya. Semua manusia jatuh, begitu pula hewan, apalagi mesin.

"Jingle bells, jingle bells. Jingle all the way. Oh, what fun it is to ride in a one horse open sleigh."

Nyanyiannya terus berlanjut. Sekarang suara wanita itu terdengar serak, seakan menggaruk-garuk gendang telinga. Ia terbang dengan bebas bersama ratusan rusa putih dengan sayap besi yang menarik kereta luncurnya, menari tanpa henti di atas kematian penghuni Kota Karasburg. Di saat bersamaan, ribuan kotak hadiah berwarna-warni yang terjun dengan lambat seperti bulu itu datang menyapa tanah.

"Enjoy your presents!"

Ledakan raksasa terjadi, menghancurkan Kota Karasburg.

***

Selepas sedikit percekcokan di antara kedua pria muda itu, mereka pergi ke ruang makan yang juga berada di bawah tanah, lalu duduk untuk melanjutkan obrolan. Oscar bercerita panjang-lebar mengenai sejarah Kota Karasburg dan alasan kenapa kota ini bisa menjadi seperti sekarang.

"Hari itu, aku bisa melihat pemandangan hari akhir." Bibir pria berkulit hitam itu bergetar hebat ketika berucap, matanya membelalak tanpa mengedip sedikit pun. "Semua orang ... mati. Benar-benar semua orang. Aku sangat takut .... Aku berlari .... Aku melihat darah di mana-mana .... Mereka semua berteriak. Manusia, mesin, bahkan hewan tanpa terkecuali ...."

"Bagaimana bunyi teriakan mereka?" Charlie bertanya.

"TUHAN, AMPUNI DOSA-DOSA KAMI!"

Pria Inggris itu menegapkan tubuhnya, menatap Oscar dengan cemas.

"Tenangkan dirimu."

Charlie dengan cepat memeluk tubuh pria malang itu. Seorang pria yang kehilangan segalanya. Seorang pria yang kehilangan anggota keluarganya, teman baiknya, anjing peliharaannya, masa lalu dan masa depannya. Dia adalah seorang pria yang diberi kesempatan kedua oleh Tuhan, dan tidak tahu cara menggunakannya.

"It's okay. Kau sekarang baik-baik saja. Maaf, aku sudah bertanya demikian. Lebih baik jangan dipikirkan lagi."

"Wanita itu ... dia memanggil kami 'Budak'. Tipikal orang-orang Barat."

Merasa ucapan Oscar sudah mulai kacau, Charlie semakin mengeratkan pelukannya. "Hentikan omong kosongmu itu. Tidak ada yang mengucapkan apa-apa kepada siapa. Bukan orang Barat, bukan orang Timur, bukan orang Afrika, bukan pula orang dari belahan bumi mana pun. Rasialisme tidak akan pernah menghentikan masalah apa pun. Kita, umat manusia, adalah sama. Ingat itu."

"Maafkan aku. Aku harus selalu ingat kalau aku adalah manusia." Oscar menangis di pelukan pria itu.

"Sekarang, mari kita bekerja sama. Aku dan Omega akan membantumu mengalahkan Ratu Jahat jika itu memang satu-satunya jalan yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kota ini."

"Aku rasa, wanita itulah yang kaucari selama ini."

"Apa maksudmu?"

Oscar lalu menjelaskan gagasannya, "Ratu adalah seorang pemimpin. Seorang pemimpin selalu berada di bagian atas. Bagian atas berarti kepala. Itulah jawaban dari teka-tekinya. Jantung mesin wanita itu adalah Kepala yang kau cari-cari."

Charlie akhirnya menyadari itu. Kepala bukanlah kepala dalam artian harfiah. Ini adalah teka-teki level lanjut yang membutuhkan observasi lapangan secara langsung untuk memecahkannya. Siapa yang tahu kalau ternyata Badan di London dan Kaki di Kyoto bukanlah badan dan kaki yang sebenarnya?

"Jadi, aku benar, 'kan? Kita harus mengalahkan Ratu Jahat. Aku akan mengambil jantungnya dan kota ini bisa selamat dari terornya."

"Kalau hanya bicara, semuanya terasa mudah."

Charlie hening.

"Kau tidak tahu betapa mengerikannya pemandangan pada hari itu."

"Dan kau meremehkan kami berdua?"

Oscar menoleh, bingung. "Siapa yang kau maksud dengan 'kami'?"

"Aku dan Omega. Kami berdua akan membantumu mengalahkan Ratu Jahat."

Pria berkulit hitam itu berdecak remeh, seraya tertawa pelan. "Jangan bercanda. Dia terlalu kuat untuk kalian."

"Percayalah padaku. Aku hidup selama 16 tahun sebagai buronan yang tidak pernah diketahui dunia. Pengalamanku di medan pertempuran tidak perlu diragukan lagi. Apalagi Omega, dia adalah fighter paling sempurna yang pernah aku ciptakan."

"Seberapa sempurnakah dia?" tanya Oscar.

Seketika itu juga muncul Omega dari balik pintu. Ia mengusap kedua matanya, berdiri di sana dengan lemas, telanjang. "Master Charles, apa yang kaulakukan di sini?"

Menyadari hal yang sama terulang kembali, Charles cepat-cepat melepaskan bajunya, lalu menutupi tubuh Omega. Ia memasang wajah murka di hadapan wanita itu, kemudian memarahinya. "Sudah berapa kali aku bilang?! Jangan berkeliaran tanpa mengenakan pakaian! Itu tidak sopan! Kau harus belajar lagi untuk menjadi manusia!"

Omega melihat tubuhnya sendiri dengan polos. "Woah, aku tidak menyadarinya! Aku tadi melepaskannya secara tidak sadar karena udaranya sangat gerah."

Charles mendorong wanita itu keluar dari sana, lalu mengantarnya kembali ke kamar. Sementara Oscar, dia masih duduk, memejamkan matanya yang masih berair sambil mengangguk-angguk ketika menyeruput kopinya pelan-pelan.

Charles kembali ke dalam ruangan itu, menutup pintu dengan napas tersengal-sengal. "Sampai mana pembicaraan kita tadi?"

"Omega," Oscar menyeruput kopinya sekali lagi, kali ini disertai senyuman vulgar, "kita sedang membicarakan Omega. Wanita itu sempurna sekali. Kau punya selera yang bagus dalam menciptakan wanita, ya."

Charles yang merasa kesal langsung membalikkan badan, bersiap untuk keluar. Namun, Oscar menghentikannya.

"Bolehkah aku memanggilmu Charles saja?"

Charles yang masih dirundung amarah memiringkan kepala, bingung. "Kenapa?"

"Tidak ada apa-apa. Hanya saja, nama itu terdengar lebih manly buatmu."

Tatapan pria Inggris itu berubah tajam, penuh keraguan, menusuk mata Oscar. "Kau tidak suka dengan laki-laki, 'kan?"

"Tidakkah kau lihat betapa aku mengagumi Omega? Girls are still my priority. Don't know about men, tho," ujar Oscar sambil memainkan alisnya.

Selepas itu, pintu dibanting dengan sangat keras. Charles meninggalkan Oscar. Antara takut atau marah, atau sebenarnya ia tidak mengerti apakah Oscar sedang bercanda atau tidak. Charles tidak senang jika ada orang yang mengobjekkan Omega untuk kepuasan mereka. Mesin sejatinya tidak berkelamin, mereka tidak bisa berkembang biak, mereka diciptakan atas akal yang diberikan oleh pencipta mereka. Ia menciptakan Omega sebagai sebuah mesin yang digunakan untuk membantu pekerjaan, bukan sebagai wanita yang harus memenuhi standar sosial.

"Kita diskusikan rencana kita nanti malam, Charles!" Oscar berteriak dari dalam, entah kata-katanya sampai kepada Charles yang bersungut-sungut atau tidak.

***

| Sekilas INK-fo |

Pascapembantaian?

Serangan yang dilakukan oleh rombongan Ratu Jahat (Santa Claus) pada hari itu menewaskan 32.411 jiwa manusia, 988 ekor hewan (yang tampak mata), dan 2.490 mesin. Oscar menjadi satu-satunya manusia yang selamat dari pembantaian itu dengan berlindung di bawah meja bar sebuah kedai minuman. Ketika Oscar membuka mata dari tidur panjangnya, ia menyadari bahwa kota tercintanya sudah hancur berantakan. Ia berusaha mengais sisa-sisa kehidupan, tetapi tidak ada yang tertinggal.

Oscar berusaha menghidupkan kembali mesin-mesin yang sudah mati dengan ilmu yang ia dapat di masa sekolah dulu. Namun, suhu di Kota Karasburg naik menjadi sangat panas di siang hari. Pada saat itulah Oscar sadar, ia harus membuat sebuah mesin yang bisa menangkal panas. Menghabiskan waktu lima bulan, terciptalah Divine Dome yang kemudian ia gunakan untuk melindungi bar miliknya—The Dome of Savior—dari suhu ekstrem Kota Karasburg.

Beberapa tahun setelah kejadian itu, ia berhasil menghidupkan mesin-mesin yang sudah mati dengan akal yang baru. Sekarang mereka semua hidup di dalam bar itu dan tidak akan pernah keluar jika tidak ada urusan yang mendadak. Ketidakmungkinan memang menyelimuti kondisi gurun di Karasburg. Suhunya luar biasa panas, dan tidak mungkin ada mesin atau manusia yang bisa bertahan di sana.

Akhirnya, Oscar menemukan jawabannya. Air adalah kunci untuk menangkal panas di gurun Karasburg. Ia sadar bahwa suhu ekstrem itu hanyalah ilusi yang diciptakan oleh Ratu Jahat (Santa Claus) untuk memastikan tidak ada lagi makhluk yang tersisa. Dengan meminum air, suhu di sekitar kita akan turun 15 derajat, dan itu berlangsung hanya selama 15 menit.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top