Chapter 6 - Terjemahan

Charles duduk di atas ranjangnya, mendelik menatap layar tabletnya. Ia sudah menghabiskan waktu selama kurang-lebih lima jam untuk bermain Diplomatic Society. Alasan kenapa ia begitu bersemangat adalah tepat akhir pekan ini ada sebuah event dengan hadiah yang sangat besar. Untuk mendapatkan hadiah jackpot, setiap pemain harus meningkatkan progresnya agar dapat naik ke bracket yang lebih tinggi dan bertemu lawan yang lebih kuat pula. Semakin tinggi bracket seorang pemain, semakin besar kesempatannya untuk memenangkan hadiah mewah. Charles menaruh ekspektasi yang begitu tinggi pada dirinya sendiri karena ia sangat membutuhkan uang untuk membayar utang perusahaan.

Pada layar tabletnya, terdapat sebuah meja bundar. Di sisi kanan terdapat The Prince Charles, mewakili negara Meksiko. Di sisi kiri terdapat Crescendo, mewakili negara Panama. Di tengah-tengahnya terdapat seorang moderator yang bertugas mengawasi jalannya diskusi dan dua juri yang bertugas memberikan keputusan. Semuanya tampak nyata seperti proses diplomasi bilateral antara dua negara, lengkap dengan jajaran menteri dan tokoh penting kedua negara sebagai penonton.

"Game on!"

Charles menyeringai sambil mengangkat kedua alisnya, mengencangkan bokong dan tangannya, siap untuk berdiplomasi ria. Tiba-tiba saja di tengah permainan, Omega menghampirinya.

"Master, apa kau tidak mau membantuku?"

Charles menoleh dengan kesal, menatap penampilan wanita itu yang tidak keru-keruan. Rambutnya berantakan, matanya menghitam—tampak berat sekali—, tangannya lemas, dan kakinya gemetaran.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Aku sudah menghabiskan waktu berjam-jam di meja kerja untuk menatap secarik kertas ini. Aku tidak berkedip sama sekali dan itu membuatku pusing. Sayang sekali aku hanya bisa menemukan satu jawaban dari baris yang ada pada kertas ini."

"Apa yang kautemukan?"

"Baris ketiga, Kota Karasburg, salah satu kota di Namibia."

Charles terkejut mendengarnya. "Karas ... burg?"

Mendengar jawaban panik Charles yang sempat terputus karena ragu, Omega memasang raut wajah bingung. "Iya, Karasburg. Ada masalah apa, Master?"

"Tidak mungkin." Charles langsung mematikan tabletnya, tidak memedulikan Meksiko yang sedang membutuhkan bantuannya di meja pengadilan internasional. "Kota itu sudah hancur beberapa tahun yang lalu."

"Hancur? Lalu bagaimana?"

"Aku yakin, ada sebuah rahasia yang disembunyikan oleh antek Skotlandia."

"Rahasia apa?"

"Ini hanya asumsiku saja," Charles berbisik, "kita bisa menemukan lokasi konkret Charla jika mengikuti petunjuk dalam kertas ini. Kepala ada di Karasburg. Badan ada di London. Kaki ada di Kyoto."

Keheningan melahap keduanya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Omega berpose seperti kucing yang sedang merenggangkan tubuhnya. Kepalanya maju ke depan, badannya membungkuk, dan tangannya lurus memegang kertas. Bibirnya monyong, tidak tahan untuk bicara. "AKU MEMECAHKANNYA!" Teriakannya terdengar sangat kacau. Suara mesinnya jatuh pada nada fals yang membuat ketenangan jiwa Charles terusik.

"Sudah kubilang berapa kali?" Charles memukul kepala Omega. "Wanita di usia 20-an sepertimu tidak boleh berteriak seperti burung pipit yang tergencet pintu."

"Maaf, Master. Ini terjadi karena aku sangat bersemangat. Aku berhasil menemukan jawaban dari teka-tekinya!"

"Apa itu?"

=====

Homo.

*Manusia.

(surbKARgA) Head

*(Karasburg) Kepala

bodY (OnLdO)

*Badan (London)

Leg (TOyoK)

*Kaki (Kyoto)

III PIECES – 1

*Tiga bagian tersebut harus digabungkan menjadi 1 (menjadi homo/manusia)

Holy Heart >>D

*Untuk mendeteksi/menyinari lokasi Holy Heart (Jantung Suci/Jantung Mesin Suci)

=====

Charles berdiri di sebelah wanita berambut merah itu dengan mulut menganga. Ia mematung, menatap secarik kertas itu dengan tidak percaya. Omega berhasil menerjemahkan seluruh teka-tekinya. Dengan cepat Charles mengambil ponselnya, memasukkan sandi, lalu menuju situs pemesanan tiket online.

"Apa yang kaulakukan, Master?"

"Aku akan membeli tiket pesawat."

Omega melompat karena terkejut. "Untuk apa?! Kita mau pergi ke mana?!"

"Diamlah, Omega! Jangan menggangguku! Kalau untuk sekali saja mulutmu bungkam, pasti sinyalnya langsung berubah cepat!"

"Tapi kenapa, Master? Kita bisa menyusuri London untuk mencari Badan. Bagian itu adalah yang paling dekat dengan kita, bukan? Ditambah lagi, kau tadi bilang kalau Karasburg sudah hancur. Bagaimana cara kita ke sana?"

Charles tidak menjawab. Ia geram dengan kelakuan asistennya itu. Omega selalu saja berteriak di saat yang tidak tepat, mengacaukan fokusnya untuk mengambil keputusan. Dia tidak pernah diam, kecuali dengan tombol shut down. Mungkin sesekali ia harus mengingatkan Omega bahwa tugasnya di dalam perusahaan adalah sebagai fighter dan asisten yang selalu membantu serta menemaninya bekerja.

Akan tetapi, Charles sering menjilat ludahnya sendiri. Benar apa yang dikatakan Omega, hidup Charles penuh dengan kontradiksi. Ia selalu percaya bahwa mesin tidak punya akal mandiri, karena akal mandiri hanya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk paling sempurna di muka bumi. Akan tetapi, ia menciptakan Omega. Ia kemudian memberi Omega sebuah akal yang begitu kompleks, berbeda dengan pegawainya yang lain. Ia berusaha mereplika Omega semirip mungkin dengan manusia. Ia memberikan Omega berbagai macam perasaan yang hanya bisa dimiliki oleh manusia: takut, waspada, panik, bingung, bahagia, dan cinta. Itu semua dilakukannya karena sejak kematian papa-mamanya, juga kematian Charla, Charles benar-benar merasa kesepian. Ia butuh seseorang untuk menemaninya. Seseorang yang hidup untuk bersamanya. Orang itu adalah Omega, hambanya sendiri.

"Apa kau baik-baik saja, Master? Kau tampak emosional sekali."

Charles menggertakkan giginya sebab kesal. Namun, ketika melihat wajah Omega yang begitu polos menatapnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain berpaling karena kasihan. Sebuah mesin yang ia ciptakan sebagai teman bicaranya; sebuah mesin yang ia ciptakan untuk mengisi kolom kosong yang ditinggalkan keluarganya. Charles tidak tega menelantarkan Omega begitu saja.

"Maafkan aku. Aku terlalu kasar."

Omega memiringkan kepalanya, bingung. "Memangnya kau berbuat apa?"

Ucapan Omega lagi-lagi membuat Charles naik pitam, tetapi ia mencoba menahannya. "Lupakan saja."

Ketika tangannya menekan tombol enter, pemberitahuan didapatkan.

Dua tiket penerbangan menuju Karasburg [KAS] berhasil dipesan!

Omega mendekat, menatap layar ponsel tuannya dalam-dalam. "Jadi, kita benar-benar pergi ke Namibia besok, Kakak?"

Hening.

Semuanya tiba-tiba terasa dingin. Seolah ada tembakan yang membekukan dada Charles. Ia terdiam di dalam sebuah dimensi ketidaktahuan yang absolut. Pemandangan di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi hitam. Itu adalah sebuah ruang tanpa ujung, tetapi di kejauhan Charles dapat melihat siluet yang terpampang begitu nyata. Charla berdiri di sana. Adik kecilnya yang masih berusia empat tahun dengan baju terusan favoritnya sedang berdiri di depan sana.

"Master?" Omega menyentuh pundak tuannya dengan telunjuk. "Ada apa?"

Charles menoleh.

Hening.

"Apa yang baru saja kaukatakan?"

"Apa yang baru saja aku katakan ...?"

"Omega, apa yang baru saja kaukatakan?"

"Ke-kenapa, Master ...?"

Omega mundur ketika tuannya terus mendekat kepadanya.

Pada momen yang terlampau janggal itu, Charles menyadari sesuatu. Ini bukanlah sebuah kerusakan sistem, melainkan kejadian yang nyata. Ia lantas menghampiri lacinya dengan terburu-buru dan mengambil remot pendeteksi nama yang ada di dalamnya. Ia berjalan kembali menuju Omega, mengangkat remot itu; menempelkannya tepat di kepala mesin wanita itu, kemudian menekan tombolnya.

Bukan bunyi "TUT" yang didapat, remot itu justru meledak dan melukai telapak tangan Charles. Ia tersungkur dan mengerang kesakitan. Di saat itulah ia sadar, jiwa Charla sedang berada di dalam ruangan itu. Bergentayangan. Masuk ke dalam tubuh Omega untuk sesaat. Begitu kuatnya energi dari jiwa Charla hingga remot itu meledak.

Omega mematung di kala Charles menggapai pipinya dengan telapak bersimbah darah. Ia hanya menatap tuannya dengan polos, diliputi rasa bingung, tanpa berbuat apa-apa. Sementara Charles, ia kesulitan untuk berdiri. Telapak tangannya ia jauhkan dari wajah Omega, dan berusaha menerima keadaan.

Meskipun jiwa Charla berada di dalam ruangan itu, Charles tidak bisa mengetahui lokasi konkretnya. Dan jika ia tahu pada saat itu pun, Chariot Corporation belum mempunyai mesin yang mumpuni untuk menghidupkan jiwa adiknya itu. Walau hanya sebentar merasuki Omega, Charles merasa bahwa itu adalah suatu momen yang sangat berharga. Charla seperti berusaha memberinya pesan, tetapi waktunya tidak cukup. Pada akhirnya, kakak beradik itu tidak dapat berjumpa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top