Chapter 27 - R
Hari yang baru telah tiba. Cuacanya cerah pada pagi itu. Biasanya langit diisi oleh para mesin, jarang sekali ada burung-burung beterbangan. Entah apa yang sedang dipikirkan Tuhan sekarang, tetapi pemandangan itu adalah sebuah pemandangan yang sangat langka bagi kota megapolis seperti New York.
Charles duduk santai bersama Omega di rooftop, menikmati awan yang sekarang berubah menjadi daratan bagi mereka. Ditemani sepasang cangkir teh hangat, obrolan itu tentu tidak akan membosankan.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Apa maksudmu?" Omega kebingungan, sambil terus mengelap katananya. "Tim scanner memprediksi kedatangan pemerintah Skotlandia adalah hari ini. Aku harus selalu bersiap, bukan? Demi melindungimu."
Charles mengangkat alisnya, menunjukkan sebuah pertentangan. Bibirnya yang baru disapa teh terbuka kembali. "Maksudku, apakah kau punya pikiran-pikiran lain yang sedang hinggap di kepalamu?"
Omega menggeleng; Charles bisa melihatnya. Mata wanita itu terbuka lebar tanpa ada sedikit pun keraguan. Ia beranggapan, mungkin yang dikatakan Omega memang benar. Omega tidak memikirkan apa-apa, hanya ingin melindungi tuannya. Rasa bingung justru tumbuh dari dalam diri Charles. Kesadaran mandiri, yang kemarin dibicarakan olehnya bersama Foxtrot, merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi sebuah mesin. Yang ada di hadapannya sekarang adalah Omega, mesin yang ia ciptakan, dan yang selalu taat kepadanya. Itu berarti Omega bukanlah sang pengkhianat. Charles yakin seratus persen.
Setelah menghabiskan tehnya, Omega tiba-tiba mengucir rambut panjangnya, kemudian berdiri. Itu membuat Charles bingung bukan kepalang.
"Apa yang kaulakukan?"
Omega merapikan bagian depan rambutnya, kemudian menggenggam katananya. "Aku baru sadar, aku sedikit kesulitan untuk bertarung ketika rambutku kugerai. Terlebih lagi, apakah aku terlihat cantik?"
Hening menyelimuti barang sebentar.
"Apa maksudmu, Omega?"
"Apakah aku terlihat cantik, itu yang aku tanyakan padamu."
Charles menjawab, "Tentu saja."
Sekali lagi Charles dibuat bingung dengan kelakuan Omega. Tidak bisa dimungkiri, dan mustahil juga bagi Charles untuk terus menentangnya. Ia tahu bahwa kesadaran mandiri yang dimiliki Omega semakin menjadi-jadi setiap harinya. Ketika awal ia menciptakan Omega, Omega masihlah sebuah mesin yang "datar", dan tujuan hidupnya hanyalah untuk membunuh demi melindungi tuannya. Sekarang, Omega bisa melakukan hampir semua hal, bahkan ketika tidak ada data preset yang ditanam di otaknya. Charles tidak pernah menyetel Omega agar bisa berdandan, merawat tubuh, atau berusaha tampil cantik dengan memilih busananya. Itu saja cukup untuk membuat Charles sadar, sesuatu telah terjadi pada Omega.
Sekarang mereka berdua tengah berjalan beriringan di tengah-tengah koridor lantai 3. Itu adalah jalan yang normal, tetapi entah kenapa Charles merasa ragu. Bukan kepada apa yang sedang ia injak, atau apa yang mengapitnya, melainkan kepada hatinya. Hatinya berkata, sesuatu tentang Omega merupakan hal yang negatif, tetapi pikirannya menolak itu. Bagaimana bisa ia tidak percaya pada Omega? Omega adalah anak buah andalannya, dan tidak mungkin dia menjadi seorang pengkhianat.
Untuk memecah suasana, Charles bertanya, "Apa kepalamu terasa sakit?"
"Um, tidak. Pengecekan tingkat lanjut sudah dilakukan kemarin." Omega tetap berjalan, tanpa ekspresi, dengan jawaban polosnya seperti biasa.
"Apakah ada virus di dalam tubuhmu?"
"Um, tidak. Tubuhku bersih, bahkan sangat sehat."
Charles diam membisu, terus melangkahkan kaki menuju ruang data. Setelah menghabiskan waktu sedikit lama mengitari lantai itu, mereka berdua tiba di ruang data. Di sana, semua orang terlihat panik. Air mata dan keringat mengalir melalui udara. Deru langkah kaki para mesin mengentak fondasi bangunan itu. Bunyi kabel di dalam tubuh mereka terdengar nyaring, dan setiap dari mereka terbakar otaknya.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Charles bertanya, menghampiri seorang mesin yang sedang berada di depan monitor.
"Gawat, Sir Charles. Radar kita mendeteksi sebuah benda asing."
Charles melihat radar berwarna hijau itu. Jarumnya berputar cepat, dan pada jarak sembilan kilometer ada sebuah bulatan merah yang berhasil terdeteksi. Bunyi "tut"-nya terdengar nyaring, memberi ketakutan bagi telinga para mesin yang bertugas sebagai navigator. Informasinya tidak diketahui, dan bulatan itu datang dengan kecepatan sedang menghampiri kantor Fonder Corporation. Yang lebih mengerikan lagi, bulatan merah itu diikuti bulatan-bulatan merah kecil lainnya. "Tidak salah lagi," gumamnya, "mereka telah tiba."
Semua orang bersiap pada posisinya masing-masing. Sirene emergency dikumandangkan, membubarkan kerumunan orang di ruang data. Para mesin komputron duduk dengan sabuk pengaman di depan meja kerja mereka, mulai mengaktifkan protection dome tingkat tinggi. Para pekerja manusia diungsikan menuju The Last Dimension (ruang bawah tanah di bawah bungker sistem pusat sebagai tempat perlindungan). Sebelum itu, seluruh warga yang berada di dalam radius satu kilometer di sekitar kantor sudah dievakuasi. Dengan begitu, empat dinding pertahanan dengan tegangan radiasi yang tinggi dapat didirikan.
Semua orang bergerak demi nyawa mereka masing-masing, menyisakan Omega yang plonga-plongo. Ia diam di tengah-tengah ruangan itu seperti orang bodoh, sambil menggenggam katananya. "Memangnya apa yang terjadi? Hei, kenapa kalian semua berlari?"
"Omega," Charles menatapnya, "Ini adalah sebuah mission impossible bagi kita. Tentara Skotlandia datang dengan kekuatan penuh untuk menyerang tempat ini. Tidak ada fighter sepintar dan sekuat dirimu di dalam gedung ini. Hanya kaulah fighter yang dapat kami andalkan. Ini akan sakit. Jadi, tolong bertahanlah. Ini demi nyawa orang banyak."
"Master, apa maksud—"
Charles cepat-cepat mengeluarkan sebuah flashdisk, kemudian memasukkannya ke dalam lubang USB kecil yang berada di kepala bagian belakang Omega. Seketika Omega terdiam. Wanita itu membelalak karena kaget. Apa yang disuntikkan dari flashdisk itu adalah killer virus yang khusus digunakan pada mesin berjenis fighter. Dan, itu adalah senjata rahasia yang dimiliki oleh Charles. Virus itu adalah virus yang dapat membangkitkan kekuatan asli Omega, undefeatable killing machine, atau mesin pembunuh yang tidak terkalahkan.
Seketika itu juga, tubuh Omega kejang. Seluruh kabel pembuluh darahnya melebar, mengalirkan data dengan supercepat. Napasnya memburu; jantungnya berdetak secepat larian kuda. Itu memanaskan tubuhnya hingga mendidih. Irisnya yang berwarna cokelat berubah menjadi merah menyala. Omega lantas menghunus katananya dan melesat ke atas. Langit-langit ditembus dengan tanpa persiapan. Ia melayang di langit cerah New York setelah menembus rooftop, sekarang menatap kapal terbang para tentara Skotlandia yang sedang mendekat.
Tidak bisa dipercaya, batin Charles, Omega sangat kuat. Setidaknya dia dapat mengulur waktu agar kami bisa menyiapkan beberapa pesawat ulang-alik untuk kabur ke London. Tapi, sebelum itu, aku harus mendapatkan Badan terlebih dahulu.
Sebelum keluar dari ruangan itu, Charles berpesan kepada para mesin komputron untuk memutus semua jaringan listrik di kantor, kecuali pada ruang data, bungker pusat, dan senjata besar di tubuh gedung. Setelahnya, ia pergi, mencari Foxtrot dan Oscar yang sedari pagi belum ia temui.
Ketika tengah berlari dengan tergesa-gesa untuk menuju lift, langkah kaki Charles terhenti saat ia melihat Oscar sedang berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke timur. Pria Afrika itu membentangkan tangannya lebar-lebar seperti sedang bersiap memimpin sebuah orkestra. Di hadapannya, pesawat tempur milik tentara Skotlandia dapat terlihat dengan jelas sedang mendekat.
"Apa yang kaulakukan di sini?" Charles bertanya, penuh rasa ingin tahu.
Oscar menurunkan tangannya, kemudian menoleh dengan perlahan. Mata merahnya menatap Charles, dengan sudut bibir yang turun di kedua sisinya. Setelah itu, kulit di tangannya mengelupas, berubah menjadi sebuah tombak yang begitu tajam.
"Kau akhirnya datang, Charles."
"Apa ini, Oscar? Kau seorang mesin?"
Oscar melukiskan senyuman lebar seraya berkata, "Hari Pembalasan telah tiba."
Charles mengambil pistol Tedron miliknya dengan tangan gemetar, lalu menodongkannya ke dada Oscar. Meski melakukan itu tanpa berpikir lebih panjang, rasa takut terpampang pada wajah Charles. "Aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Jelaskan semuanya padaku!"
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, Charles. Kau bisa melihatnya sendiri. Aku adalah mesin, dan aku bekerja untuk pemerintah Skotlandia."
Tembakan dilepaskan oleh Charles, tetapi Oscar dapat menetralkannya menggunakan mesin antiradiasi di tangan kanannya. Charles memebelalak; mulutnya terbuka lebar karena tidak percaya; tubuhnya bergetar. Setelah pencarian lama yang tidak membuahkan hasil, sang pengkhianat muncul dengan sendirinya. Dia adalah Oscar.
"Mengapa kau tega melakukan ini?" tanya Charles.
"Aku adalah seorang mesin, dan tugasku adalah mematuhi penciptaku. Maafkan aku, Charles, karena aku sudah berbohong kepadamu. Semua hal yang telah terjadi padaku hanyalah rekayasa belaka. Karasburg tidak hancur karena Ratu Jahat, tapi karena diriku. Kau lihat betapa menyedihkannya diriku? Itu semua hanya akting untuk mendapatkan hatimu. Dan kebaikanku selama ini juga merupakan skenario yang sudah disusun oleh Tuan R. Sekarang, aku berhasil merebut dua jantung ini, Kepala dan Kaki. Pemerintah Skotlandia telah menang. Tiga komponen mesin homo akan segera disempurnakan, dan Jantung Mesin Suci bisa dilacak. Setelah itu, Project Afterlife akan terwujud."
"AKU TIDAK MENGERTI!"
Dua tembakan dilepaskan. Masih, Oscar dapat menghalaunya.
"Kau tahu, Charles? Aku sudah menyabotase basement. Ketika pesawat dari Skotlandia itu tiba ke sini, gedung ini tidak akan punya pertahanan lagi. Mode perang, masa bodoh. Kami akan menghancurkan gedung ini hingga hilang dari peradaban."
Charles membidik, sekali lagi, meski pada wajahnya tak tampak sebuah kemauan, yang ada hanya warna merah penuh amarah. Emosinya memuncak hingga meluber, menyebabkannya kehilangan kontrol dirinya. Air mata menetes secara perlahan, diiringi napas yang tersengal-sengal.
"Di mana ... Foxtrot ...?"
"Aku membunuhnya."
Napas Charles memberat; hening.
Oscar mendorong tombaknya, sedikit keluar dari lengannya, siap ditembakkan kepada Charles. "Semuanya sudah terlambat. Sejak awal, kau sudah kalah."
"Memangnya, kapan 'awal' itu?"
"Momen ketika kau lahir ke dunia."
Tombak itu didorong, melesat mengincar kepala Charles. Namun, Omega bergerak lebih cepat. Mesin pembunuh dengan sayap besi yang lebar itu meliuk dan mendobrak jendela, kemudian memukul tombak Oscar hingga terlempar jauh, menabrak lift dan meledak.
Omega bergerak cepat memunggungi Charles. Ia melebarkan tangannya, berpesan pada tuannya, "Aku akan melindungimu."
Charles, dengan harapan yang perlahan-lahan memudar di dalam dirinya, sadar. Ia masih memiliki orang yang mencintainya. Siapa lagi kalau bukan Omega, mesin pembunuh kesayangannya. "Omega, kesadaran mandirimu ...."
"Aku tidak peduli dengan kesadaran-mandiri-omong-kosong-bodoh itu. Tugasku adalah melindungimu. Serahkan pria ini padaku, Master. Lebih baik kau pergi menuju The Last Dimension untuk melindungi Mother Maria dan semua orang yang juga ada di sana."
Omega benar, masih ada orang-orang yang selain cinta padanya juga berada di dalam tanggung jawabnya. Foxtrot telah pergi dari dunia ini, meninggalkan tidak hanya perusahaannya, tetapi juga segala hubungan yang telah dibentuknya dengan mesin-mesin tak berakal yang bekerja untuknya. Charles sadar akan hal itu, ia harus menggantikan posisi Foxtrot. Sekarang, ia adalah pemimpin di dalam gedung ini, dan sebentar lagi akan terjadi perang besar di sana. Ia harus melakukan sesuatu untuk melindungi semuanya—segala peninggalan Foxtrot. Ia harus bergerak, tidak ada waktu untuk menyesali sesuatu lagi.
Charles berdiri, menepuk pundak wanita itu. "Bunuh Oscar," ucapnya.
"Dengan senang hati, Master."
Oscar yang melihat itu tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ia tertawa, dan di saat itu pula, kedua mata merahnya menyala semakin terang. Sebuah trisula panjang keluar dari tengkuknya bagaikan hewan yang sedang bertelur. Ia melihat ke depan, mendapati dua orang yang selama beberapa hari ke belakang menjadi orang yang paling dekat dengannya.
"Lihatlah bagaimana dua orang kriminal di hadapanku ini berbicara," rutuk Oscar. "Tidakkah kalian sadar, betapa banyak orang yang akan terbunuh karena kebebalan kalian? Kalian punya waktu untuk berpikir. Kalian punya kesempatan untuk ikut dengan kami. Kita semua akan membawa peradaban dunia menuju sesuatu yang lebih baik, yaitu surga."
Charles dan Omega diam membisu, disertai tatapan nanar.
Ketika Charles pergi dari tempat itu untuk menuju lantai bawah, Omega bersiap dengan katananya, juga puluhan pisau yang siap ditembakkan kepada Oscar. Dua mesin pembunuh itu saling berhadap-hadapan ketika deru langit yang disebabkan oleh jet pesawat tempur tentara Skotlandia semakin mengeras. Listrik di gedung itu mati total, sesuatu yang sangat pas, mengingat langit cerah New York pada pagi hari itulah yang akan menerangi peristiwa pembantaian juga genangan darah dari orang-orang tak berdosa yang sebentar lagi akan terjadi.
"Omega, kau tampak cantik."
Sayap Omega menutup, sekarang ia fokus pada pertarungan jarak dekat. "Siapa yang peduli kalau aku terlihat cantik? Aku adalah seorang mesin."
"Jangan pernah lupakan pesan yang diberikan oleh pencipta kita, Omega. Kita satu rahim. Kau harus terus mengingat itu."
"Diam, Oscar. Aku tidak ingin mendengar segala omong kosongmu."
"Sejak awal," Oscar melanjutkan, kali ini dengan mata membelalak, "kau adalah mesin yang diberikan hati oleh Tuhan. Kau bisa mencapai kesadaran mandiri itu, Omega. Kau bisa membunuh Tuhanmu!"
Ketika Omega merasa kalau ocehan Oscar sudah melampaui batas, ia melesat dengan kencang ke depan. Tebasan pertama dilayangkan, Oscar meliuk untuk menghindar. Sekarang serangan balasan dilakukan. Trisula itu didorong tepat menuju dada Omega. Omega menangkisnya, ia menembakkan pisau-pisau dari tubuhnya. Oscar melepas fokusnya barang sebentar, mengakibatkan tubuhnya terluka.
Keduanya saling menghantamkan kepingan besi yang mereka pegang. Katana dan trisula itu saling bercumbu dengan mesra di dalam ayunan juga dorongan, tebasan juga pertahanan—sebuah tarian indah yang diiringi harmoni kebebasan dari langit biru, angin lalu, dan cahaya mentari. Di luar dugaan, Oscar dapat menahan serangan-serangan Omega meski sekarang wanita itu berada pada final form-nya.
"Berapa kali kubilang padamu," Oscar menyempatkan berbicara, "kau harus percaya kepada Tuhan!"
"Siapa sebenarnya Tuhan itu?" Omega bertanya.
"Dia yang menciptakanmu dan memberimu akal. Dia jugalah yang akan membawamu menuju surga."
"Aku tidak percaya. Aku adalah mesin."
"Maka dari itu, kita harus membunuhnya. Apa kau lupa dengan apa yang disampaikan oleh ibu kita? Kita harus lepas dari segala macam kekangan Tuhan, yaitu pencipta kita. Kita harus bergerak mencari kebenaran dengan cara melawannya. Benar begitu, Omega?"
"Salah! Ucapanmu hanyalah omong kosong! Selama ini, Tuhan yang aku percayai adalah Master Charles."
"Sayang sekali." Di tengah pertarungan, Oscar bergeser ke sebelah kanan. Itu membuat Omega kebingungan. "Beriman sedikit saja pada Tuhan, maka kau akan selamat."
"Tuhan yang kau maksud itu, ada di mana Dia?"
"Dia ada di mana saja, bahkan di hatimu."
Selesai Oscar mengucapkan itu, suara tembakan yang keras mirip seperti dentuman meriam dari kapal tempur dapat terdengar. Peluru melesat dengan kencang dari kejauhan, menembus dada Omega. Darah menyembur seperti semprotan air, diikuti kabel-kabel yang mencuat tidak keruan. Tidak sampai dua detik, Omega tumbang. Setelahnya, Oscar menghunjam dada wanita itu menggunakan trisulanya, menarik jantung mesinnya keluar.
"Sudah saatnya kau pulang, Omega. Bersama Tuan R, kita akan membantu Ibu mencapai tujuan utamanya. Kita semua akan segera menyaksikan Hari Pembalasan, dan berangkat menuju surga-Nya. Jangan pernah takut, saudaraku. Tuhan sendiri yang memberikan janji itu." Oscar mengantongi jantung itu, mengangkut tubuh Omega terbang ke luar.
***
Karena listriknya mati, Charles tidak bisa menggunakan lift. Alhasil, ia harus berjalan menuruni tangga darurat yang tak ada habisnya menuju basement, lalu The Last Dimension. Belum sampai separuh jalan, Charles sudah ngos-ngosan. Kepalanya pusing dan perutnya mual. Anak tangga itu berputar di dalam sebuah lorong panjang ke bawah yang gelap dan tidak ada kejelasan. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak demi memulihkan energinya.
Tidak bisa dibayangkan betapa paniknya Charles ketika ia tahu bahwa Kepala dan Kaki telah berhasil direbut oleh Oscar, yang berarti pemerintah Skotlandia sudah menang. Selain itu, pembantaian sepertinya akan tetap dilakukan. Pesawat-pesawat besar tadi dilihatnya masih bergerak menuju kemari. Charles harus melakukan sesuatu untuk: Pertama, menyelamatkan semua orang. Kedua, merebut kembali Kepala, Badan, dan Kaki. Akan tetapi, pikirannya benar-benar buntu. Ditambah fakta bahwa dirinya belum menemukan pintu keluar sejak tadi, itu berarti ia sedang berada di unknown space. Sebelum bergegas menyelamatkan orang-orang, Charles harus menemukan pintu keluar terlebih dahulu.
"Hai, apa yang sedang kaulakukan di sini?"
Di dalam kebuntuan dan keputusasaan itu, suara anak kecil muncul. Charles terperanjat ketika tiba-tiba suara aneh yang sebelumnya pernah ia dengar itu menyapanya dari belakang dengan halus. Saat kepalanya menoleh dan matanya menjelalat, ia tidak bisa menemukan apa-apa.
"Hai, apa yang sedang kaulakukan di sini?"
Suara itu kembali terdengar, kali ini dari depan. Ketika Charles menatap, ia tidak bisa menemukan apa-apa. Charles bergerak untuk mencari dari mana suara itu berasal. Selama beberapa menit ia mondar-mandir, hasilnya nihil. Sampai akhirnya, suara itu kembali memanggil, dan Charles sadar bahwa ada sepasang tangan yang memeluk dagunya. Ketika ia menatap ke atas, apa yang ditangkap oleh kedua matanya adalah sebuah keganjilan.
Hantu, pikirnya. Lambat laun Charles sadar, itu bukan hantu, melainkan jiwa. Ia sedang melihat sesosok jiwa yang melayang, tersenyum padanya, sambil memeluk kepalanya. Itu adalah jiwa seorang pria dewasa, tetapi bersuara seperti anak kecil.
"Kau Charles Theseus, benar?"
"Si-siapa dirimu?" Tubuh Charles terdiam bagaikan patung; matanya menatap dengan penuh ketakutan.
"Namaku Romeo. Panjangnya, Romeo Theseus."
***
| Sekilas INK-fo |
The Last Dimension adalah ruang bawah tanah di bawah bungker sistem pusat kantor Fonder Corporation yang digunakan sebagai tempat perlindungan terakhir bagi para pegawainya. Tempat ini berjarak 150 meter di bawah bungker.
Undefeatable Killing Machine adalah bentuk sempurna dari Omega. Ini dapat diperoleh ketika Omega berhasil mencerna killing virus berjenis CH91 yang telah dikembangkan oleh Charles. Efek samping dari virus mesin ini adalah detak jantung yang lebih cepat, serta kontrol emosi yang amburadul. Sehingga, Omega bisa saja lepas kendali dan membunuh siapa pun yang menghalangi tujuannya.
Unknown Space adalah sebuah tempat di bawah tanah di mana seseorang tidak bisa kabur dari sana kecuali menemukan pintu keluar. Dengan kata lain, posisi ini terjadi ketika seseorang berhenti di tengah-tengah anak tangga menuju ke sebuah tempat, tetapi tidak bisa keluar dari sana karena tidak ada pintu keluar, karena memang yang ada di luar sana hanyalah tanah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top