Chapter 24 - Suara//Hidup//Memori
SUARA KETIGA
Suara itu muncul di kepalaku berulang kali. Ia berkata dengan suara wanita. Aku tidak mengerti. Siapa sebenarnya dia? Dan kenapa dia berbicara kepadaku?
Apakah kamu baik-baik saja?
Aku tidak baik-baik saja.
Mengapa gerangan?
Aku membenci semua orang.
Bahkan dirimu sendiri?
Iya.
Adakah sesuatu yang membuatmu kesal akhir-akhir ini?
Takdir. Aku sedang memikirkan bagaimana masa depanku.
Apa masalahnya?
Aku benar-benar takut untuk menghadapi masa depan.
Mengapa gerangan?
Itu karena semua kesalahanku di masa lalu dan ketidakpantasan diriku untuk mendapatkan kebahagiaan.
Aku sudah mengatakannya padamu, dan akan kukatakan lagi: Berusahalah untuk bahagia pada hari ini! Cukup hari ini saja!
Aku tidak bisa. Mengapa semua orang bisa begitu optimis menghadapi masa depan yang absurd?
Jangan pesimis. Masih banyak hal yang belum kamu temukan di dunia yang luas ini. Cobalah keluar dari zona nyamanmu, dan kamu akan menemukan kebahagiaan.
Apa sebenarnya kebahagiaan itu?
Kebahagiaan adalah harga yang didapat seseorang setelah melewati ujian.
Akankah aku bahagia?
Tentu saja! Semua orang berhak bahagia!
Lalu, kenapa takaran bahagiaku lebih kecil daripada kesedihanku?
Hanya waktu yang bisa menjawab. Kamu akan tumbuh menjadi orang yang lebih bijak ketika pengalaman-pengalaman yang kamu dapatkan mulai bekerja membentuk pemahamanmu terhadap dunia.
Kalau begitu, aku tidak ingin tumbuh dewasa.
Mengapa gerangan?
Karena aku selalu tertinggal. Karena aku tidak berguna. Karena aku tidak bisa menjadi seperti mereka.
Siapa "mereka"?
Semua orang yang berbahagia.
Kalau begitu kamu harus hidup bersama orang yang berbahagia. Begitu konsepnya, 'kan? Saranku adalah ... carilah seorang gadis yang berbahagia. Seorang bijak pernah berkata, kebahagiaan seseorang dapat ditularkan melalui sebuah hubungan yang baik. Jika dia bisa memohon kepada Tuhan, dia ingin dunia ini dilanda virus, virus kebahagiaan.
Aku tidak akan pernah membangun keluarga.
Mengapa gerangan?
Keluarga adalah bencana. Semua yang ada di depan mataku, Keluarga Theseus, menguatkan pendapatku. Semua permasalahan di dalam hidupku diciptakan oleh mereka, laki-laki dan perempuan yang termakan egonya sendiri, dan melahirkan seorang anak manusia ke dunia.
Aku bingung mendengar jawabanmu. Kamu masih seorang pria dewasa yang normal. Jika kamu bilang kamu tidak ingin membangun keluarga, kamu sudah menghancurkan fondasi pemikiran yang telah kamu buat sendiri sebelumnya. Bagaimana caranya kamu bahagia dengan hidup sendiri? Bagaimana caranya kamu memenuhi kebutuhan seksualmu dengan hidup sendiri? Dan bagaimana caranya kamu mengurus dirimu dengan hidup sendiri? Semua itu tidak ada jawabannya.
Aku sadar akan sesuatu, Mirror. Ada harga yang harus dibayar untuk mengakhiri rantai setan ini. Harga itu adalah kebahagiaanku sendiri. Aku bersumpah bahwa aku rela. Pohon keluarga sialan yang disebut Theseus ini akan hancur ketika aku membayarkan kebahagiaanku. Aku akan hidup sendiri sampai mati karena aku sayang pada keturunanku. Aku tidak ingin mereka hidup menderita karena berbagai macam masalah yang aku buat. Sekali lagi, takdir terbaik seorang manusia adalah tidak dilahirkan sama sekali.
Mari kita lihat, berapa kali kamu akan membantah jawabanmu sendiri.
***
MASA LALU PENUH KESEDIHAN (HIDUP)
Itu adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di luar rumah setelah empat tahun bersembunyi di bungker besar Katariina. Umurku sepuluh tahun, dan untuk pertama kalinya aku akan pergi ke sekolah.
Kugendong tas kecil yang merupakan hadiah dari tetangga bungkerku, kemudian kukenakan sepatu cokelatku. Gerbang keluar terbuka, dan dari sana aku berjalan bersama para buruh yang sering mondar-mandir keluar-masuk bungker.
Katariina adalah sebuah kota yang dipenuhi dengan keajaiban. Pemandangannya sesuai dengan apa yang digambarkan oleh para filsuf modern abad 27 tentang "peradaban Abad Manusia". Kota ini hidup di antara gunung-gunung dan bukit-bukit, yang di sela-selanya mengalir sungai-sungai, dengan banyak binatang-binatang yang tinggal, serta kuil-kuil untuk tempat peribadatan. Kota ini, banyak orang menyebut, adalah Kota Dongeng. Itu karena kota ini hidup dalam ketertinggalan zaman. Tidak ada gedung-gedung pencakar langit, tidak ada pesawat-pesawat dan mobil-mobil yang memenuhi langit, tidak ada pula kabel-kabel yang membentang tidak keruan.
Ketika aku berjalan menapaki batu-batu di atas sungai, aku teringat sepenggal pepatah dari Papa: Di sebuah dunia yang dikuasai mesin, sihir akan selalu menang.
Di sepanjang perjalanan, sambil menikmati pemandangan alam, aku terus memikirkan makna pepatah itu. Apa maksud dari sihir? Apakah dia sebuah keajaiban. Kalau begitu, Katariina adalah sihir. Kota ini adalah kota yang menang, menang dari peradaban dunia. Kota ini tidak ternoda perkembangan zaman, dan hidup di dalam kedamaian yang abadi. Sebutan lain yang diberikan dunia kepada kota ini adalah Kota Akhirat, karena begitu seimbangnya kehidupan di sini—seperti surga dan neraka—seakan-akan segala sesuatunya berjalan secara lambat—abadi.
Otakku terus berputar hingga aku mabuk. Aku menabrak pagar sekolah dengan tidak sadar. Aku terbangun dengan kesal, menyadari pagar itu tidak terbuka secara otomatis seperti di kota-kota besar. Aku tidak menghiraukan itu dan berjalan mencari kelasku.
Ketika jam menunjukkan pukul 7, aku dipersilakan masuk oleh Ibu Guru. Karina namanya. Wanita yang terlihat sangat muda itu berusaha ramah kepadaku yang waktu itu terlihat seperti berandalan. Dia tersenyum dan berbicara dalam bahasa Inggris meski masih asal-asalan.
Aku berdiri di depan kelas, melihat para manusia yang sebentar lagi akan menjadi teman sekelasku.
"Hai, namaku Charles."
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku tersenyum lebar. Aku membuka mulutku untuk berbicara. Meski masih belum terlalu fasih berbahasa Finnish, aku berusaha ramah kepada mereka semua. Alasannya adalah aku ingin mendapatkan teman.
"Senang bertemu dengan kalian. Salam kenal semuanya."
Momen ketika aku menutup perkenalanku, mereka semua tertawa kepadaku. Pada saat itu pula, pikiranku terbang ke mana-mana.
Apakah aku seburuk itu di mata mereka?
Aku hanya ingin melakukan sesuatu agar dapat dianggap oleh orang lain.
Aku hanya ingin diperlakukan dengan baik oleh orang lain.
Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan.
Mereka menjauhiku, karena aku adalah orang Britania Raya, dan mengolokku sebagai seorang "penjajah".
Mereka tidak percaya padaku ketika aku bilang aku ingin berteman dengan mereka.
Mereka memanfaatkanku, ketika aku berusaha baik kepada mereka sebagai seorang manusia yang memanusiakan manusia.
Seburuk itukah hidupku?
Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas dari trauma-trauma yang kuhadapi baik ketika kecil maupun sekarang.
Dahulu, papaku selalu menyalahkanku karena aku tidak pernah bisa menjadi apa yang dia inginkan. Papa adalah seorang putra mahkota dan aku tidak bisa mengemban tata krama keluarga kerajaan yang diajarkan olehnya. Dia menyebutku "gagal" dan "tidak berguna", kemudian menelantarkanku dan memilih merawat Charla.
Sekarang aku hidup bersama mamaku yang sakit-sakitan. Kondisi kakinya semakin memburuk setiap harinya dan penyakit mental yang hinggap di tubuhnya tidak pernah berniat untuk pergi menjauh. Setahun berselang, mamaku meninggal karena penyakitnya yang sudah terlampau parah.
Kenapa kehidupanku menjadi seperti ini?
Seburuk itukah hidupku?
Seberdosa itukah aku?
Setidak berguna itukah aku?
***
SUARA KEEMPAT (MEMORI)
Bisakah kamu menceritakan pertemuanmu dengan Kanna, gadis yang kamu cintai?
Dengan senang hati, Mirror.
Yey! Baiklah, aku akan mendengarkan!
Ketika aku beranjak sepuluh tahun, aku menyadari ada sesuatu yang berubah di dalam diriku. Di dalam tidurku, aku mulai mengalami mimpi-mimpi aneh. Aku bertemu dengan banyak perempuan berbeda, dan tiba-tiba saja aku merasakan sebuah kenikmatan. Ketika aku membuka mataku di pagi hari, kusadari celanaku basah. Aku juga menyadari ada perubahan di leherku. Ada sesuatu yang tumbuh. Aku takut sekali. Aku kira, aku menelan batu tanpa aku sadari. Setelahnya, aku mendengar bahwa suaraku juga berubah. Suaraku mulai berubah berat dan serak, buruk sekali, seperti monster yang sedang menggerutu. Selain itu, aku sering merasa gatal, seperti ada yang menyentuh kulitku. Bodohnya aku, aku tak sadar kalau sudah ada banyak bulu yang tumbuh di tubuhku. Tidak hanya di tangan dan kaki, bahkan di dagu, dan di daerah itu juga. Ya, kala itu, aku mengalami pubertas. Pikiranku tiba-tiba berubah, seakan-akan ilham Tuhan datang kepadaku. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda, yakni bagaimana caraku memandang dunia. Caraku memandang dunia, berarti juga termasuk caraku memandang lawan jenis.
Suatu hari aku sedang berjalan di ladang penuh bunga. Pada siang itu aku ingin bertanya kepada Tuhan, mengapa semua perubahan ini terjadi pada tubuh dan pikiranku secara tiba-tiba. Mungkin, aku berharap, Tuhan bisa membantuku menyelesaikan kebingungan-kebingungan ini. Ketika aku berjalan, aku melihat sesosok gadis dengan rambut merah yang panjang. Dia sedang melihat ke arah yang berlawanan denganku, itu berarti dia melihat ke arahku. Pada saat itu, aku berteriak dengan keras di dalam hatiku: Aku mencintaimu!
Tidak seperti kata orang-orang, aku tidak jatuh cinta kepada gadis itu karena sebuah alasan. Bahkan namanya saja belum aku ketahui. Aku sadar bahwa cintaku kepadanya bukanlah sebuah cinta dengan berbagai macam pertimbangan. Dengan kata lain, takdirlah yang mendorong kita bertemu. Aku tidak cinta kepadanya karena wajahnya cantik. Aku tidak cinta kepadanya karena dia pintar, kaya, baik, dan sifat-sifat lainnya. Aku tidak cinta kepadanya karena aku ingin melampiaskan nafsu berahiku kepadanya. Aku mencintainya tanpa alasan. Itulah yang aku sebut sebagai cinta tanpa nafsu, bentuk cinta paling tinggi seorang manusia. Itu bagaikan cinta seorang hamba kepada Tuhannya, cinta seorang ibu kepada anak-anaknya, dan cinta seorang majikan kepada hewan peliharaannya. Bahkan, banyak dari contoh cinta yang kusebutkan di atas masih menggunakan nafsu sebagai dasarnya. Jadi, aku menganggap, kasusku ini berbeda. Kami dipertemukan takdir, dan karena takdirlah kami saling mencintai.
So sweet! Tapi kenapa kamu tidak bersama dengan gadis itu sekarang?
Karena dia sudah mati. Kanna tewas ditembak, beberapa bulan setelah kami saling kenal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top