Chapter 18 - Warna-Warni Distopia

Kyoto tidak sama seperti London. Kota ini lebih banyak diisi dengan jalur kereta api di langit khusus untuk mengantarkan barang dibandingkan pesawat dan mobil yang berisi manusia. Jarang sekali ditemukan gedung-gedung tinggi. Peradabannya tertimbun di bawah tanah, bergerak secepat tembakan anak panah, tidak menghiraukan dunia luar.

Kota bawah tanah ini tampak seperti sebuah gua futuristik yang ada di dalam buku-buku dongeng. Semua makhluk yang ada di dalamnya lalu-lalang dengan besi di tubuh mereka. Kacamata VR versi hologram menjadi teknologi paling laris di Jepang, disusul oleh smartwatch yang telah menggantikan posisi telepon genggam sejak akhir abad 30 lalu. Shinkansen melaju empat kali lipat lebih cepat dibandingkan yang pernah ada pada masa lalu. Tidak ada getaran yang diakibatkan olehnya. Rel magnet menjadi primadona di seantero Kyoto, bahkan Jepang secara keseluruhan. Kabel membentang di jalanan kota, tanpa ada seorang pun yang menunjukkan ketidaksenangan. Hologram tiga dimensi dapat ditemui di persimpangan terowongan, menampilkan barang-barang dagangan para korporat swasta.

Tidak ada kegelapan di sana, yang ada hanyalah cahaya terang dengan warna beragam. Tidak ada ketertinggalan, yang ada hanyalah mengecilnya dunia dan kemudahan akses untuk siapa saja. Di balik ingar bingar Kyoto, tentu saja terdapat banyak masalah yang tidak bisa disepelekan. Narkoba dan juga virus mesin diperjualbelikan dengan bebas di kota ini. Puluhan kelompok Yakuza bermarkas di kota ini, terkadang berperang untuk kepentingan mereka sendiri. Tidak akan pernah ditemui perawan ataupun perjaka, tidak akan pernah pula ditemui orang-orang dengan tangan suci, kecuali para pemuka agama Shinto dan Buddha yang jumlahnya dapat dihitung dengan tidak lebih dari jari pada satu tangan. Semua orang berhubungan badan dan membunuh satu sama lain untuk memenuhi ekonomi mereka dalam kompetisi saling senggol.

Saking majunya perkembangan kota distopia ini, banyak manusia hidup tanpa pernah mengetahui panasnya sinar matahari, banyak pula manusia hidup tanpa tahu apa itu benar dan salah. Semua konstruksi mengenai kehidupan dibentuk oleh monarki, dan itu diberlakukan secara paksa kepada seluruh rakyat. Doktrin-doktrin berbahaya yang terus menjaga Nippon dari kehancuran; doktrin-doktrin berbahaya yang terus membuat Nippon bertengger pada jajaran negara maju dunia.

Charles tidak ingin memercayai apa pun saat ini. Kegilaan pikirannya ditambah dengan kebobrokan Kyoto adalah dua kombinasi sempurna untuk menghancurkan kewarasan seorang manusia. Ia duduk di depan pintu rumah, memakan nasi dengan lauk ikan menggunakan sumpit, melihat orang-orang berlalu-lalang dengan barisan yang tidak keruan, seraya menatap langit-langit terowongan yang penuh dengan lampu neon gantung. Tampang para makhluk yang lewat itu bak cyborg, membuat Charles susah membedakan mana manusia dan mana mesin.

"Apakah masakannya enak?" Omega duduk di samping Charles.

"Entahlah. Aku tidak terlalu mengerti apa itu enak dan tidak. Yang terpenting adalah aku bisa mengisi perutku hari ini."

"Sekarang apa yang harus kita lakukan, ya?"

Masih menyantap nasinya, Charles diam merenung. Omega lagi-lagi berubah. Dirinya yang sekarang adalah Omega yang asli. Tapi ... kenapa bisa begitu? Aku merasa seperti ada dua jiwa di dalam diri Omega. Jiwanya yang polos tanpa akal dan jiwanya yang terbentuk sempurna karena kesadaran mandiri.

"Apa kau tidak mau mandi, Master?"

"Kamar mandinya menggunakan shower, 'kan?"

Omega mengangguk. "Apa mau kusiapkan peralatannya?"

Charles sedikit curiga. "Kenapa kau jadi begitu perhatian padaku?"

"Mother Maria memasukkan data ibu rumah tangga ke dalam otakku. Entah kenapa, aku tiba-tiba jadi mahir melakukan pekerjaan rumah."

Entah harus senang atau sedih. Pada momen itu, wajah Charles terlihat buruk sekali. Ia tak dapat menentukan apakah ia harus tertawa kecil atau merintih dalam kesedihan. Akhirnya, ia menutup matanya, kemudian berbicara, "Dasar wanita itu. Aku sudah dewasa. Memangnya apa yang dia pikir aku butuhkan?"

"Kau butuh sosok keluarga. Benar, Master?"

Dengan lemas, Charles menatap Omega. "Sebenarnya, apa itu keluarga? Kenapa mereka harus ada?"

"Keluarga ada sebagai tempat untuk berpulang." Omega memeluk tuannya dengan lembut, kemudian membelai rambut ikal yang kusut itu satu per satu. "Apa jadinya jika seseorang tidak memiliki rumah?"

"Mungkin dia akan terkubur di dalam kesepian dan kesedihan," jawab Charles.

"Maka itulah yang terjadi pada seseorang yang tidak memiliki keluarga. Dia akan jatuh di dalam kesepian dan kesedihan."

Charles merenung dalam ketakutan. "Jadi, apakah aku orang yang tidak memiliki sosok keluarga?"

Omega mengelus kepala Charles. Ia tersenyum menatapnya. "Tidak ada yang tahu. Keluarga itu hanya perantara. Pada dasarnya, kesepian dan kesedihan itu haruslah kita yang mengatasinya. Baik itu dengan atau tanpa keluarga. Itu karena manusia hidup untuk diri mereka sendiri di dalam misi pencarian makna."

Charles mengangkat kepalanya dari pelukan erat dan usapan lembut yang mirip sekali dengan mamanya itu. Ia kemudian menatap wajah Omega, sekali lagi merasakan keanehan. Charles akhirnya sadar bahwa ia hidup di dunia tipu-tipu. Apa yang ada di hadapannya sekarang bukanlah Omega (yang sepenuhnya). Ini adalah Omega, tetapi dengan otak yang lain. Mesin adalah sebuah wadah. Akal mereka dapat diubah sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhannya. Mesin tidak memiliki identitas murni. Komponen-komponen pembentuk jiwa mereka akan terus diganti, sama seperti kapal yang ditumpangi Theseus sang pahlawan Attic dan para pemuda Athena setelah mengalahkan Minotaur di labirin kuno.

***

Seusai membersihkan tubuhnya di bawah shower dengan pancuran air panas, Charles bergerak menuju ruang tengah. Di atas meja terdapat sebuah monitor yang tidak terlalu besar, terhubung dengan banyak kabel pada Kubus Metro. Ia menyalakan komputer itu, lalu membuka berkas-berkasnya, memastikan semuanya aman.

Sejak terbangun dari tidurnya, pikiran Charles berkata bahwa ia tidak bisa memercayai apa pun di sekitarnya. Galileo berpesan kalau ada satu pengkhianat di Chariot Corporation, dia adalah mesin yang sudah menerima vaksin langsung dari pemerintah Skotlandia. Meski tidak ingin curiga pada pegawainya sendiri, otak Charles mengepul karena lelah bertanya.

Siapa gerangan?

Tiba-tiba seseorang mencolek pundaknya, membuat ia kaget bukan kepalang. Ketika menoleh, Charles mendapati Omega sedang berada di belakangnya, menatap dengan wajah bingung.

"Master, apa yang sedang kaulakukan?"

"Kau ini, bikin kaget saja!" Charles mengelus dadanya, kembali mengutak-atik berkas di komputer. "Aku sedang mengecek semua data perusahaan kita."

"Untuk apa?"

Charles bergeming. Matanya melirik tipis menatap Omega. Ia yakin seribu persen kalau Omega tidak termasuk dalam suspek yang Galileo maksud. Ketika wanita itu berusaha menyelamatkan para mesin yang terjebak di lantai dua, dia tampak sangat kelelahan dengan puluhan flashdisk menancap di kepalanya. Itu menandakan, Omega bukanlah pengkhianat.

"Aku hanya ingin melihat saja," jawab Charles. "Memangnya seorang bos tidak boleh melakukan itu?"

"Oh, tentu saja boleh. Aku tidak bermaksud untuk mengganggumu. Aku hanya ingin menyampaikan pesan yang dititipkan oleh Mother Maria dan Oscar kepadaku."

"Pesan dari mereka berdua? Tentang apa?"

"Selama kau tertidur, Mother Maria, Oscar, dan para mesin sudah berkeliling Kyoto untuk mencari tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat bersemayamnya Kaki. Mereka semua bekerja tanpa kenal waktu dan lelah, sebab ini semua adalah pertaruhan. Kita dikejar oleh waktu, juga oleh tentara Skotlandia. Cepat atau lambat, kita harus menemukan Kaki sebelum mereka. Jadi, mereka bergerak tanpa perintahmu untuk kali ini. Dan dalam tiga hari ini, mereka sudah menemukan lima tempat yang akan menjadi target kita. Besok kita akan pergi mencari Kaki."

Kalimat penutup Omega mengejutkan Charles. "Be-besok? Kenapa terburu-buru sekali? Aku bahkan belum melakukan apa-apa."

"Justru itu. Kau tidak perlu melakukan apa-apa, Master. Mereka semua sudah bergerak, menunjukkan kesetiaannya padamu, demi menemukan Jantung Mesin Suci."

Dahi Charles mengerut. Ia mengatupkan rahangnya, menatap lantai dengan fokus di dalam diam. Kalau begini, aku tidak bisa menemukan siapa pengkhianatnya. Mereka semua bergerak beriringan.

"Ada yang salah, Master?" Omega menelengkan kepalanya, bertanya pada Charles dengan tatapan polos.

"Tentu saja ini berita yang bagus. Lebih cepat kita menemukan Kaki, maka lebih cepat pula kita bisa menyerang balik pemerintah Skotlandia dan merebut Badan, lalu mencari lokasi konkret jiwa Charla."

Jawaban yang Charles keluarkan dipenuhi dengan kebohongan yang dibentuk kala panik.

***

| Sekilas INK-fo |

Kyoto pada Abad Mesin dibagi menjadi dua, yaitu Kyoto Atas dan Kyoto Bawah. Kedua bagian kota ini hidup di dalam kesenjangan yang dapat terlihat, baik dari luar maupun dalam. Kyoto Atas adalah tempatnya kereta terbang, yang di bawahnya berdiri bangunan-bangunan pemerintah. Rakyatnya (kebanyakan) hidup dalam angka harapan hidup yang tinggi. Sementara itu, Kyoto Bawah adalah tempatnya Shinkansen bawah tanah, yang di sana berdiri bangunan-bangunan megah milik swasta, yang memonopoli perdagangan dunia bawah Jepang, dan memperbudak hampir semua penghuninya. Para Yakuza tinggal di sini. Mereka adalah satu dari sekian banyak dosa yang ada di Kyoto bagian bawah.

Kacamata VR Hologram adalah sebuah alat yang digunakan untuk memindahkan otak kita ke dalam dunia virtual. Akan tetapi, dalam varian ini, kesadarannya akan terpampang dalam bentuk hologram. Kita tidak perlu menutup pandangan kita sepenuhnya untuk dapat menggunakan alat ini.

Smartwatch adalah jam pintar, fungsinya sama persis seperti telepon pintar, hanya saja lebih praktis (ada fitur hologram juga).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top