Chapter 16 - Dariku, Untukmu
Lantai satu telah dikosongkan. Galileo menggelinding, memantulkan tubuhnya pada dinding agar dapat bergerak lebih cepat, kemudian masuk ke dalam ruang data pusat. Ia berdiri, berhenti sejenak. Napasnya terengah-engah. Meski berada di tengah kekacauan tak kasat mata itu, Galileo tidak menyerah. Apa yang ada di hadapannya sekarang adalah komputer pusat, dan ia harus melindungi kode numerik yang melindungi data-data perusahaan.
Kakinya ia langkahkan ke depan, tangannya ia rentagkan; ia menggerakkan jemarinya dengan presisi pada keyboard hologramnya, seperti seorang pianis yang sedang memperkenalkan simfoni-simfoni dengan tuts pianonya. Tubuhnya berkeringat, seperti seorang atlet yang berlari di arena, mengejar garis finish. Matanya menjelalat cepat pada layar di samping CPU, seperti seorang pencuri yang memantau rumah mangsanya. Si Semangka bekerja keras—sambil dikejar waktu—untuk melindungi perusahaan tempat ia dilahirkan. Ia bekerja keras untuk melindungi apa yang ia anggap sebagai keluarganya.
Tujuannya hanya satu: menyelamatkan kode-kode numerik yang melindungi bank data terdalam agar tidak bocor. Dan ia berhasil.
Galileo tumbang sesaat setelah lebih dari 12 ribu angka yang ada pada layarnya berhasil dipindahkan ke dalam Kubus Metro dan menghilang bagai lampu yang padam seketika. Ia terjatuh dengan mata membelalak. Tubuhnya kejang dan warnanya berubah semakin gelap. Galileo merasa bahwa ia hanya ditelan oleh kelelahan dan kepanikan sampai ia menyadari bahwa sesuatu mengalir dari mulutnya. Itu adalah air liur berwarna hitam pekat.
Ia memandang lantai yang diguyur salivanya sendiri. Matanya yang membelalak perlahan-lahan mengeluarkan suara gemeretak. Pandangannya buram; semut hitam, putih, dan abu-abu muncul di mana-mana. Saat itulah Galileo sadar, Black Sabbath telah masuk ke tubuhnya, menghancurkan sistemnya.
Galileo berusaha menggapai tablet yang berada di sebelahnya, tetapi lemah dari tangannya lebih kuat menahan tekadnya. Ia terbatuk, darah hitam mencurat, mengenai wajahnya sendiri. Yang ia rasakan sekarang hanyalah sakit, sakit yang teramat sakit, di sekujur tubuhnya. Perlahan-lahan ia kehilangan energinya. Matanya buta total dan kakinya lumpuh tak berdaya.
Di ambang kematian, pintu ruang data terbuka. Charles berdiri di sana bagaikan dewa penyelamat, bersama dengan Oscar. Kubus Metro ada di genggaman mereka.
"Apa yang terjadi padamu, Galileo?!" Charles berteriak menghampiri semangka itu.
Galileo tidak bergerak. Mulutnya terbuka dengan lemah, seakan berusaha menyampaikan sesuatu.
"Lari," bisiknya, "larilah dari sini, Bos."
Charles tidak akan meninggalkan Galileo di markas. Ia mengangkat tubuh semangka itu, dan berusaha membawanya keluar.
"Percuma saja," semangka itu lagi-lagi berkata, "tubuhku sudah terinfeksi oleh Black Sabbath. Tidak ada gunanya lagi kau membawaku. Aku akan mati di sini. Tapi setidaknya, aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku telah menyelamatkan data perusahaan kita."
"Diamlah!"
Charles berhenti di depan pintu. Ia menatap Galileo dengan marah. Pada suaranya yang menunjukkan sebuah kekesalan, tersirat wajahnya yang menunjukkan ketakutan. Ia tidak ingin merasakan kehilangan lagi. Ada sebuah benang rapuh pada diri Charles yang berusaha merajut kenangan masa lalu, yang tidak terima dengan realitas masa kini. Sejak pertama kali Charles menciptakannya, tidak ada yang berubah. Semangka itu adalah mesin yang cerewet, berbanding terbalik dengan adiknya, ia adalah mesin yang tak kenal takut dan kadang gegabah. Charles membentuk memori-memori itu lagi, berusaha membuang kenyataan yang ia saksikan di depan matanya. Ia menekan tubuh Galileo, coba membuktikan kekuatan pikiran masa lalunya, tetapi tubuh si Semangka hancur lebur seperti buah yang busuk. Cairan hitam membanjiri lantai, kabel-kabel mencuat tidak beraturan.
"Galileo?" Charles menunjukkan tatapan kosong pada si Semangka.
"Sudah kubilang, bukan? Larilah. Aku akan mati di sini."
"Aku tidak mungkin meninggalkanmu! Engkaulah scanner yang selalu menyelamatkan nyawaku! Engkaulah mesin yang selalu berjasa bagi perusahaan! Galileo, engkaulah—"
Galileo terbatuk, kali ini kedua bola matanya yang lepas membungkam mulut Charles.
"Tidak ada waktu lagi." Dengan napas yang terbatas, Galileo memberikan setumpuk kertas dan juga sepucuk surat kepada Charles. "Tumpukan kertas ini," bibir Galileo perlahan-lahan meleleh, "adalah jurnal mengenai penelitian virus Black Sabbath. Di tumpukan kertas itu jugalah aku menempatkan berbagai macam rancangan proyek yang kupikirkan dalam waktu singkat untuk membinasakan virus ini. Dan sepucuk surat ini adalah segala bentuk penyesalanku. Aku mengungkapkan segalanya di sana, mulai dari makna kelahiranku, indahnya kehidupanku, dan dosa-dosa terbesarku padamu. Oh, Sir Charles, bosku, tolong maafkan aku. Aku tak bisa berkata-kata lagi, semuanya tertulis pada kertas-kertas yang kuberikan padamu. Akan tetapi, aku punya satu peringatan. Ada pengkhianat di antara kita. Dia adalah seorang mesin yang sudah menerima vaksin langsung dari pemerintah Skotlandia jauh sebelum virus ini bocor. Namanya adalah—"
Tubuh Galileo meleleh sepenuhnya.
"Charles, kita tidak bisa menunggu lagi!" Oscar berteriak sambil menggenggam Kubus Metro di tangan kirinya. "Seluruh pegawaimu sudah menunggu di halaman depan, dan tampaknya mereka mulai menyalakan pesawat ulang-alik serta helikopternya!"
Charles diam bagaikan patung. Matanya membelalak tanpa air mata, mendapati dua fakta terjadi padanya. Pertama, tangannya dinodai cairan hitam pekat yang lengket dan berbau tak sedap. Kedua, Galileo sudah mati, tubuhnya meleleh dan cairannya membanjiri lantai.
"Hei, Charles! Cepat!" Oscar lagi-lagi berteriak.
Sampai kapan aku harus kehilangan sesuatu yang aku cintai di dunia ini? batin Charles. Ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya, tidak mendapati apa-apa selain kesunyian. Suara di sekelilingnya dilahap oleh kegundahan batinnya, yang membuat jiwanya tuli. Pikiran-pikirannya akan masa lalu masih belum bisa melepas ikatannya. Ketidakpercayaan muncul karena kebebalan ikatan itu, dan itu melukai Charles. Suasananya berubah mencekam, menyentuh punggung Charles dengan dingin ketika ia berlutut. Sambil memungut jurnal serta sepucuk surat pemberian Galileo, Charles menyeka telapak tangannya. Rasanya sakit di dada. Seakan-akan sebuah kekuatan jahat ingin menyeruak dari dalam jantungnya. Jiwa pria muda itu bergejolak, tak terelakkan ruang dan waktu.
Suara samar dari Oscar dapat terdengar; Charles menangkap dan memahaminya. Pria itu berteriak kepadanya, mengajaknya untuk segera keluar. Akan tetapi, Charles masih terperangkap di dalam dimensi yang berbeda di mana ia ditenggelamkan oleh kesunyian, kesepian, dan kesedihan. Waktu seperti berhenti ketika Charles menatap lantai. Semuanya berputar, menjadikan Charles sebagai porosnya. Lambat laun ia sadar, dunia akan terus berlanjut ketika ia menangis, atau ketika ia kehilangan.
"Charles! Cepatlah, sialan!" Oscar menarik kerah pria itu dan menyeretnya keluar.
Tubuhnya lemas ketika ia ditarik oleh Oscar. Satu hal yang diputar berkali-kali dalam pikirannya adalah fakta bahwa terdapat pengkhianat di dalam Chariot Corporation.
***
Dua pria muda itu akhirnya keluar dari dalam menara. Mereka berlari dan mendapati puluhan orang sudah siap untuk berangkat menggunakan transportasi udara.
Charles berjalan sembari melepaskan perban yang membalut luka di kepalanya. Dengan kesadaran yang terbatas, ia menatap Mother Maria. Didekatinya wanita renta itu, dan berbicaralah ia kepadanya, "Mother, katakan padaku ini salah siapa."
Mother Maria bingung. "Salah siapa? Apa maksud Anda, Sir? Ini tentu bukan salah siapa-siapa. Virus itu bocor murni karena kesalahan sistem. Sudahlah, kita tidak punya banyak waktu. Tentara Skotlandia berhasil meretas sistem kita dan mendapatkan alamat tempat ini. Kita harus segera pergi."
"Ini salahku, bukan?" Charles, dengan tatapan penuh kabut, bertanya.
"Bukan!" Mother Maria menggenggam pundak pria muda yang kelihatan putus asa itu dengan kencang. "Ini bukan salah siapa-siapa! Kau tak perlu menyalahkan dirimu!"
"Tentu saja. Ini semua adalah ulahku. Aku salah. Aku adalah orang paling salah. Aku penyebab semua ini."
"Tidak, Sir! Anda tidaklah salah!"
"Aku selalu salah."
Dari kejauhan, Omega dapat melihat konflik antara Mother, tuannya, dan hati tuannya. Ia terduduk di samping pagar dengan kepala penuh flashdisk antivirus usai berusaha menyelamatkan mesin yang berada di lantai dua.
Oscar menghampiri, bertanya, "Kenapa ada banyak sekali flashdisk di kepalamu? Memangnya apa yang terjadi pada mesin di lantai dua?"
Omega menatap dengan muram. "Tidak ada. Lantai dua kosong. Yang ada di sana hanyalah tubuh para mesin yang sudah meleleh menjadi cairan hitam kental."
Oscar menahan sesak di dadanya, menundukkan kepalanya mendengar fakta tersebut. Ia menoleh menatap Charles, lalu menatap Omega kembali. "Lebih baik jangan keras-keras. Kalau Charles mendengarnya, aku tak yakin dia bisa menerimanya."
Karena diburu waktu, tidak ada waktu lagi untuk beristirahat di kala tenang setelah hujan badai. Musuh mereka adalah pemerintah Skotlandia yang akan terus mengejar tanpa kenal ampun hingga mereka mendapatkan apa yang mereka cari. Sekarang, tujuan baru Chariot Corporation telah ditetapkan.
Kyoto, Jepang.
Misi pencarian Kaki.
***
| BREAKING INK-fo |
Sebuah virus mesin dikabarkan muncul di sebuah bangunan di Kota Liverpool. Pemerintah mengimbau para mesin agar berhati-hati, memperhatikan penggunaan meganet dan hal-hal lain yang membuat suatu sistem terhubung pada sistem lainnya. Untuk menghindari kontaminasi, pemerintah akan mematikan listrik dan sinyal meganet sampai waktu yang tidak ditentukan. Untuk para manusia, sebaiknya juga ikut berhati-hati. Belum diketahui secara pasti apakah virus ini hanya menyerang mesin atau kehidupan selain itu.
Reporter: Clarissa B.
Ink Flash Breaking News
March 3016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top