Chapter 1 - Putra Theseus

"Aku harus terus maju meski sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku cari di dalam hidup ini. Orang-orang bilang, hidup merupakan sebuah kertas putih yang harus kita isi dengan berbagai macam pengalaman di sepanjang perjalanan. Ketika kertas itu terkumpul, maka terbentuklah sebuah buku. Kita terus membuka halaman baru selama waktu masih bergulir, mengisinya tanpa henti dengan hari-hari yang kita lalui. Halaman terakhir menandakan batas waktu kehidupan kita, dan kita harus pergi dari dunia ini.

"Aku sama sekali tidak memercayai konsep seperti itu. Hidup bukanlah membuka halaman-halaman baru, tetapi merelakan halaman-halaman lama. Hidup bukanlah tentang kita pergi menatap hari esok, tetapi tentang kita pergi meninggalkan hari kemarin. Untuk hidup bukanlah untuk mendapatkan sesuatu, tetapi untuk hidup adalah untuk kehilangan sesuatu."

"Hei, Tuan!" sela seorang pria berkumis panjang yang sedang menunggu di bangku kemudinya. "Kau jadi naik tidak? Jangan membual saja! Zaman ini sudah terlalu gila!"

Charles yang berdiri di samping digital public box itu melepaskan earphone-nya. "Kau bisa mendengarku?"

"Kau berbicara seperti sedang berpidato di depan sebuah peleton. Keras sekali!" ujar pria berkumis itu sembari menunjukkan gestur tangan andiamo, mengajak pria muda itu segera pergi.

Piksel-piksel di atas sehelai kertas elektrik itu membentuk sebuah angka yang bisa dicecap oleh mata. Waktu menunjukkan pukul 12 siang, masih terlalu pagi bagi Charles untuk pulang. Akan tetapi, sedikit waktu luang lebih baik daripada sedikit lembur petang.

Naiklah ia ke atas taksi itu, kemudian menutup pintunya rapat-rapat. Perlahan taksi itu bergerak, menembak aspal dengan angin berkekuatan tinggi lagi lembut, lalu terbang.

London, kota peradaban dunia. Kota ini tetap tidak tersentuh sejak bermula hingga berakhirnya Perang Mesin Keempat. Salah satu alasannya adalah ambiguitas yang masih menerpanya. Jantung Mesin Suci menghilang di kota ini dan statusnya pada papan nama berubah menjadi unknown. Pemerintah Skotlandia berusaha mencari keberadaan jantung itu selama bertahun-tahun, tetapi hasilnya nihil.

Tuduhan dijatuhkan kepada pemerintah Inggris. Pemerintah Skotlandia yakin bahwa ada campur tangan keluarga kerajaan terhadap persoalan ini, terutama pada fakta bahwa dikabarkan ada segelintir anggota Keluarga Theseus yang selamat dari pembantaian setelah ledakan Jantung Mesin Suci 16 tahun lalu. Royal Family dianggap memalsukan penyebab kejadian pada sore penuh hujan itu dan bersekongkol dengan Keluarga Theseus. Akan tetapi, tidak ada bukti lebih lanjut yang mendukung klaim pemerintah Skotlandia. Mereka justru dikecam di pengadilan dunia sebab melakukan pembunuhan dan pencurian aset milik Keluarga Theseus.

Tidak hanya London, Charles juga tetap tidak tersentuh sejak bermula hingga berakhirnya Perang Mesin Keempat. Ia bagaikan seorang penjahat tanpa dosa, karena pada sore itu ia tidak berada di istana, jadi nama dan keberadaannya tidak pernah dimasukkan pemerintah Skotlandia ke dalam daftar buron mereka.

Sejak sore itu, hari di mana ia dan mamanya pergi menuju gunung untuk kabur, Charles tidak pernah bertemu seseorang dengan nama Theseus lagi. Berita tentang ledakan Jantung Mesin Suci atau yang biasa dikenal dengan The Explosion of Civilization pada hari itu menyebar ke seluruh dunia dengan cepat. Charles masih bersama dengan mamanya, terus mendaki bebatuan, sebelum akhirnya terbang ke Finlandia setelah menetap di gunung selama 15 hari hingga hampir mati.

Sekarang Charles kembali ke tempat ia lahir dan dibesarkan—London. Sendirian. Hidup tanpa keluarga sedarah, hanya ada para pegawainya, keluarga keduanya. Charles hidup dengan nama Charlie Winston, meski para pegawainya memanggilnya Sir Charles. Pria berusia 22 tahun dengan perawakan tinggi-besar itu adalah bos dari perusahaan mesin terkemuka di Kota London, Chariot Corporation.

Berbeda dengan papanya, Charles tidak pernah ingin hidup dalam kesederhanaan. Ketika ia punya banyak uang, maka berlagak sombong adalah suatu kewajiban. Gaya berpakaiannya santai tetapi elegan—simpel tetapi mahal. Wanita merupakan sesuatu yang mudah ia dapatkan. Akan tetapi, bukan itu tujuan hidup Charles. Ada sesuatu yang lebih penting baginya, dan bagi seluruh dunia.

"Hei, apakah kau tahu hasil dari pertandingan turnamen gim Diplomatic Society Rabu kemarin?" Charles menekan sudut kursi pak sopir, berbicara dengan semangat di samping telinga pria berkumis itu.

"Diplo ...?" Pria itu melongo. "Kau seorang pebisnis? Atau politikus?"

"Yang pertama."

"Aku tidak terlalu tahu. Permainan yang aku ikuti selama ini adalah Classic Football."

"Oh, sepak bola?" Charles menyandarkan tubuhnya. "Gim yang cukup kuno, ya? Kalau tidak salah, sepak bola menghilang ketika Perang Mesin Pertama dimulai, 'kan?"

"Basket, tenis, dan bulu tangkis juga." Pria berkumis itu menambahkan, sembari mengacungkan tiga jarinya satu per satu.

"Menyedihkan sekali. Lama-kelamaan, hal-hal yang kita lakukan sekarang bisa menghilang di masa depan."

"Ya, oleh karena itu pebisnis sepertimu memiliki kehidupan yang paling menyenangkan."

Charles menatap dengan sinis. "Menyenangkan, katamu? Kau tidak akan pernah berharap jadi pengusaha. Sungguh."

"Iya, iya, itu karena kau sudah punya banyak uang. Sebagaimana para korporat bilang 'uang bukan segalanya' ketika mereka tinggal di sebuah mansion dengan mobil berjejer."

Pernyataan dari pria berkumis itu membuat Charles bungkam, kembali memikirkan tujuan hidupnya. Ia menatap ke luar jendela, menangkap pemandangan gedung-gedung pencakar langit dengan kabel-kabel yang membentang berantakan, ditemani hologram raksasa penuh iklan, serta pesawat saku yang terparkir hampir di setiap pintu lantai gedung.

Ini adalah kota tempat Jantung Mesin Suci menghilang, batinnya.

Mendaratlah taksi itu di depan sebuah gedung putih dengan halaman luas di Jalan Renburg, Kota London. Di sana terpampang sebuah hologram berbentuk oval dengan tulisan Chariot Corporation, lengkap dengan gambar kesatria Roma yang sedang menaiki kereta kuda mereka.

"Berapa harganya?"

"Tiga puluh pound."

"Bloody hell!" Charles mengucapkan itu dengan spontan, disertai wajahnya yang berubah gelap.

Pria berkumis itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah revolver dari balik jaketnya, menodong kepala Charles. "Ini adalah negara hukum. Jika kau tidak mau bayar, kau akan mati."

"Lima belas. Ambil atau mati." Permainan diputarbalikkan oleh Charles dengan cepat. Sebuah persegi dengan satu lubang kecil ia tempelkan di kepala pria berkumis itu. Ketika tombolnya ditekan, aliran listrik menyelimuti lubangnya, siap menembak. "Aku bisa melubangi kepalamu dan selamat dari pengadilan. Sementara kau, jangan berharap. Jika kau menembakku, kau akan membusuk di penjara."

Pria berkumis itu sejenak terdiam. Meski pada wajahnya tidak terpampang rasa takut, sudah dapat dipastikan bahwa batinnya sedang dirundung ketakutan karena senjata persegi milik Charles jelas lebih cepat dari revolvernya.

"Akan kuambil," ujar pria itu sembari membuang revolvernya.

Uang diberikan oleh Charles. Ia masih mengarahkan senjata perseginya kepada pria itu meski tanda kekalahan sudah ditunjukkan. Sampai akhirnya pria itu menutup kaca mobilnya dan pergi, barulah tangan Charles turun.

Charles berdecak sambil merapikan jas mahalnya, menatap kertas elektriknya sekali lagi; mendapati bejibun pesan dan panggilan yang belum terjawab. Ia melangkah melewati gerbang, memasuki kerajaannya. Chariot Corporation, perusahaan mesin gelap terbesar di Inggris.

I'm home.

***

| Sekilas INK-fo |

(Ini adalah kolom penjelasan tentang bagian-bagian dalam cerita ini yang tidak dijelaskan di dalam chapter. Sekilas INK-fo adalah versi bahasa Indonesia dari Ink Flash—kanal berita terbesar di Inggris pada abad 31. Kalian boleh membaca kolom ini jika ingin kenal lebih dalam dengan dunia Machine with a Heart. Tentu saja, kalian juga boleh skip kalau merasa kolom ini hanya menghabiskan waktu kalian)

Digital Public Box (DPB) adalah sebuah kotak—sesuai namanya—yang diletakkan di tempat umum, biasanya di trotoar atau taman kota. Fungsinya sama seperti perangkat komputer, tapi dalam bentuk yang lebih kecil dan minimalis. Bisa diakses oleh semua orang dan membutuhkan biaya 1 pound untuk menggunakannya (25 menit). Teknologi ini diresmikan Ratu Inggris pada tahun 2917 dan baru mencapai bentuk paling sempurna (tidak ada kendala sinyal, tidak ada kerusakan mesin, dan aman dari vandalisme) pada tahun 2996.

The Explosion of Civilization (Ledakan Peradaban) adalah sebutan yang diberikan oleh dunia kepada peristiwa ledakan Jantung Mesin Suci pada tahun 3000.

Kertas Elektrik adalah bentuk lain dari ponsel pintar (smartphone) yang kita pegang sekarang. Iya, sekarang, abad 21.

Diplomatic Society adalah sebuah game online yang dibuat oleh Godfather Studios (perusahaan gim terbesar di Megenstan—dulu Mongolia) pada tahun 2992. Jika gim pada abad 21 seperti Stronghold: Crusader merupakan sebuah permainan strategi yang berlatar pada masa Perang Salib, Diplomatic Society berlatar pada abad modern, yakni pada Abad Manusia (Dimulai dari tahun 1900-an sampai 2492 ketika Perang Dunia Ketiga selesai). Gim ini berfokus pada perang antarnegara yang mekanisme permainannya menggunakan perang diplomatik (perang dagang, perang digital, aliansi, bantuan luar negeri, dll).

Classic Football adalah sebuah gim besutan Koms Entertainment (Jepang) dan rilis setiap tahun dengan judul yang berbeda (3014, 3015, 3016). Gim ini muncul pertama kali tahun 2772—satu abad setelah Perang Mesin Pertama berakhir—sebagai bentuk kekesalan masyarakat dunia atas hilangnya olahraga-olahraga klasik, salah satunya sepak bola.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top