Chapter 0 - Sebuah Mesin dengan Hati
Masa depan tidak semenyenangkan apa yang dipikirkan oleh orang-orang zaman dahulu. Setelah Perang Dunia Ketiga berakhir, dunia menjadi rata dengan tanah. Seluruh kehidupan dimulai kembali dari nol dan itu menandai masuknya dunia pada era peradaban yang baru, yakni Abad Mesin.
Tahun 3000, di mana Perang Mesin Keempat sedang panas-panasnya berlangsung, Keluarga Theseus masih bertahan dengan gaya hidup tradisional mereka. Di sebuah dataran tinggi yang ada di selatan London, mereka tinggal di sebuah rumah yang mereka sebut sebagai istana. Bangunan kuno dengan gaya Victoria itu membentang seluas belasan kilometer persegi.
Istana itu dipimpin oleh seorang raja yang menjadi ayah dari siapa pun yang tinggal di dalamnya. Anak-anaknya akan menjadi pemimpin wilayah istana sesuai bagian mereka masing-masing. Keluarga ini telah hidup sebagai keluarga paling terhormat di Benua Eropa selama lebih dari lima ratus tahun. Alasannya adalah keluarga ini merupakan salah satu dari beberapa kelompok pertama yang membawa peradaban manusia menuju kemajuan setelah katastrofe yang ditimbulkan Perang Dunia Ketiga pada akhir abad 25.
Setelah hidup di dalam kemakmuran selama berabad-abad, keluarga ini perlahan-lahan mengalami kemunduran semenjak John Delta Theseus memimpin. Saling sikut dan saling bunuh bukan lagi hal yang asing dalam keluarga ini selama beberapa tahun terakhir. Hingga pada akhirnya Perang Mesin Keempat tiba, Keluarga Theseus bukan lagi keluarga terhormat seperti dahulu. Mereka hanya orang-orang biasa yang kebetulan memiliki banyak uang yang bisa mati kapan saja karena perang.
Meski bukan merupakan anak laki-laki tertua dari John Delta, Gabriel Beta atau yang biasa dipanggil Beta adalah kandidat terkuat yang akan menjadi penerus mahkota suci Theseus. Tidak seperti saudara-saudaranya yang hidup dengan penuh ketamakan dan bergelimang nafsu duniawi, keluarga Beta hidup sangat sederhana. Mereka tinggal di dalam sebuah gubuk kayu yang atapnya terbuat dari jerami. Gubuk itu masih berada di wilayah yang sama dengan istana, tetapi jauh terpencil dekat air terjun di atas bukit.
Alasan kenapa Beta merupakan salah satu kandidat terkuat adalah keberaniannya menentang ideologi Keluarga Theseus. Ia mencoba hidup sesederhana mungkin, tidak seperti keluarganya yang bergelimang harta. Namun, untuk urusan pekerjaan, ia sangatlah modern. Setiap hari ia pulang-pergi menggunakan pesawat sakunya menuju London yang berjarak cukup jauh dari istana. Ia bekerja sebagai seorang teknisi mesin dan juga konsultan permesinan yang menangani pengobatan terhadap robot-robot yang sakit sistemnya. Ia hidup bersama dengan istrinya, Alpha, dan juga kedua anaknya.
Pada sore itu langitnya mendung, Alpha sama sekali belum menemukan tanda-tanda bahwa suaminya akan segera pulang.
Apa langit London sedang macet sore ini? batinnya.
Dilihatnya Charla, anak bungsu perempuannya yang masih berusia empat tahun, sedang bermain dengan boneka marionette-nya. Gadis cilik itu tampak senang memainkan peran sebagai Raja Alexander, prajurit paling legendaris pada Abad Manusia.
Sementara itu, Charles, kakak laki-laki Charla, sedang mengutak-atik remot sambil memegang sebuah benda rumit di tangan kirinya. Ketika benda itu dilempar, bunyi seperti lebah berdengung dapat terdengar.
"Charles, sudah berapa kali Mama bilang?" Alpha menghampiri anak sulungnya itu dengan cepat sembari menyilangkan kedua tangan di dadanya.
Charles adalah tipikal bocah laki-laki yang bandel dan suka memberontak. Raut wajah seram mamanya tidak akan pernah membuatnya takut sedikit pun. "Kenapa, Nyonya?" Charles menggertak. "Ada masalah?"
Alpha lantas mengambil remot itu dan membuangnya jauh-jauh. Benda yang terbang sembari mengeluarkan suara dengung itu bergoyang tidak keru-keruan di udara sebelum akhirnya oleng dan jatuh. Perlahan suara baling-balingnya tidak dapat terdengar lagi.
"Papa tidak memperbolehkanmu bermain drone. Jangan suka nakal, ya. Lihat adikmu, dia bermain dengan boneka."
"Kalau saja aku tidak terlahir di keluarga serba kuno ini pasti aku sudah terbang dengan bebas di langit London."
"Jangan bilang begitu. Sekarang masih belum waktu yang tepat untukmu terbang dengan bebas di langit London. Yang boleh melakukan itu hanyalah papamu."
Sampai akhirnya sang kepala keluarga pun tiba. Beta melemparkan dua kantung berisi makanan kepada masing-masing anaknya. Charles kecewa karena ia lagi-lagi mendapatkan sandwich, sedangkan Charla begitu senang ketika melihat baut dan mur yang dilumuri saus oli.
"Papa curang! Jangan mentang-mentang Charla adalah mesin, kau memberikannya makanan yang berbeda setiap hari!" Charles merengek.
Sementara itu, Charla hanya diam sambil tertawa.
Tidak memedulikan anaknya, Beta turun dari pesawat sakunya dan menghampiri istrinya dengan tergesa-gesa. Keringat bercucuran membasahi dahinya. Matanya membelalak panik, napasnya terputus-putus cemas. Tubuhnya gemetar, seakan terbentur gempa yang kuat.
"Alpha, ini buruk!"
"Kau memanggilku dengan ... namaku ...? Sayang, apa yang sebenarnya terja—"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya!" Beta memotong dengan sangat lantang. Ketika kedua tangannya menggenggam bahu Alpha, darah mengalir dengan lembut, membasahi baju katun putih yang dikenakan oleh istrinya tersebut.
"Apa yang terjadi?!" Alpha ikut panik.
"Aku baru saja terlibat dalam pertarungan dengan tentara Skotlandia di kawasan London Utara."
"Kenapa kau membahayakan nyawamu sendiri?!"
"Kau harus lari, Alpha! Jika mereka mendeteksi kekuatan Charla, dunia ini bisa hancur!"
Alpha jelas marah menanggapi pernyataan itu. Apa yang dilakukan oleh Beta adalah sebuah pertaruhan antara hidup dan mati. London Utara adalah tempat transaksi onderdil mesin terbesar di Inggris yang beberapa tahun lalu sudah dikuasai oleh pemerintah Skotlandia. Mereka sedang dalam misi mencari Jantung Mesin Suci yang sempat hilang beberapa tahun lalu, sesaat setelah Perang Mesin Keempat meletus.
Alasan mengapa Beta begitu panik adalah fakta bahwa dirinyalah yang merupakan dalang dari segala kekacauan ini. Charla, anak perempuannya yang masih berusia empat tahun, adalah mesin yang digunakan sebagai wadah atas kekuatan luar biasa dari Jantung Mesin Suci. Alasan mengapa Beta begitu teguh membangun karir serta karismanya agar dapat dipandang di keluarga besar adalah karena ia memiliki senjata rahasia, yakni Jantung Mesin Suci. Jantung itu adalah fusi dari inti robot Adam dan Eve yang menjadi dua pilar terakhir kehidupan manusia sebelum Perang Dunia Ketiga berakhir dan dunia memasuki masa New World.
Sembilan tahun lalu, Beta memenangkan lelang gelap di sebuah negeri di Samudra Pasifik. Jantung Mesin Suci itu ia dapatkan hanya dengan harga 2 Gigacoin (Rp3.500.000.000,00). Sejak saat itu, dirinya menjadi buron meski hanya menggunakan nama samaran. Jika para tentara Skotlandia terus mengejarnya, kemungkinan besar Jantung Mesin Suci akan masuk ke dalam radar mereka, dan Beta serta keluarganya bisa berada dalam bahaya.
"Sudah saatnya lari." Beta merogoh jaketnya dan memberikan sebuah bros kepada Alpha. "Bawalah radiation dome ini. Kau bisa lari bersama Charles. Dakilah gunung setinggi yang kau bisa. Dengan bros itu, kau pasti akan baik-baik saja."
"Sayang, jangan pergi." Air mata Alpha tak terbendung lagi. Di masa yang begitu membahayakan itu, ia memeluk suaminya erat-erat. "Istana punya senjata mesin. Aku yakin kita bisa melawan tentara-tentara itu dan melindungi rahasia Charla."
"Kalau para tentara itu menghancurkan istana dan membunuh semua anggota keluarga kita, aku rela. Tapi untuk jantung Charla, aku tidak bisa membiarkannya jatuh kepada siapa pun." Beta sejenak berhenti, menghela napas panjang, sebelum akhirnya melanjutkan, "Tanggung jawabku terhadap dunia adalah milikku dan untukku seoranglah ia dibebankan. Aku akan membawa Charla pergi dan mati bersamanya."
Hati dua sejoli itu saling berkonflik. Mau tidak mau mereka harus berpisah. Apa yang akan terjadi adalah konsekuensi dari Jantung Mesin Suci yang jatuh ke tangan Beta. Pelukan tak bisa terlepas. Meskipun Beta mencoba sekuat tenaga, ia juga ikut menangis.
"Mama, sudah waktunya kita pergi!"
Secara mengejutkan, Charles menarik rok mamanya. Alpha menoleh, mendapati anak laki-lakinya itu berdiri dengan tegak sambil menatap dirinya. Wajahnya yang garang itu tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ekspresinya seakan berkata bahwa ia akan melindungi mamanya ke mana pun mereka pergi.
Ketika suara desing mulai terdengar di langit memecah udara, Beta melepaskan pelukan Alpha secara paksa.
"Sudah waktunya pergi. Lari!" Beta mendorong tubuh istrinya kepada Charles hingga ia hampir terjatuh karena syok. Setelahnya, ia menyeret Charla yang masih duduk dengan santai ke atas pesawat sakunya. Ia berteriak sekali lagi dari dasar tenggorokannya. Namun, istrinya itu masih menangis di tempat.
"Mama, kita harus lari!" Charles terus mendesak.
"Apakah benar ini keluarga yang diberkahi, atau justru keluarga yang diberi kesialan oleh Tuhan?" Alpha mengucapkan itu tatkala ia terduduk di tanah, menengadahkan kepalanya, melihat pesawat milik suaminya terbang menjauh, diikuti oleh puluhan jet tentara Skotlandia.
***
Di sebuah dunia yang dikuasai mesin, sihir akan selalu menang.
Itu adalah pepatah yang selalu dipercaya oleh Beta selama 27 tahun ia hidup di dunia. Di saat ia dikejar oleh puluhan jet dengan teknologi mutakhir milik tentara Skotlandia, ia yakin, ia dan Charla akan baik-baik saja. Sebab Jantung Mesin Suci bukanlah mesin, melainkan sebuah sihir. Ia adalah sebuah keajaiban yang terbentuk dari manifestasi kemuakkan Tuhan terhadap perang yang dilakukan oleh manusia, dan akhirnya memberikan mereka kesempatan kedua.
Di kala embusan angin menghantam wajahnya begitu keras, membuat rambutnya berkibar-kibar, diiringi dengan tangis langit yang begitu lepas membasahi tubuhnya, Beta tetap terbang tanpa sedikit pun ketakutan. Yang ada di pangkuannya adalah Charla, bukan mesin, tetapi anak perempuannya. Meskipun ia berkata bahwa ia akan mati bersama Charla untuk melindungi kekuatan Jantung Mesin Suci, ia akan tetap melakukan apa pun demi keselamatan putrinya itu.
London benar-benar suram pada sore itu. Langitnya gelap dan berkabut. Petir-petir terus menyambar, menghambat pesawat dan mobil yang sedang terbang untuk menghampiri tujuan mereka. Para pemandu acara prakiraan cuaca tampak tak yakin dengan apa yang terjadi. Jarang sekali London diguyur hujan semengerikan ini, hingga membuat semua orang tidak berani beraktivitas. Robot-robot tahan air pun juga malas keluar rumah karena mereka tahu pada hari itu Tuhan sedang marah.
Rudal mulai ditembakkan oleh jet tentara Skotlandia. Beta meliuk-liuk dengan pesawatnya, hampir hilang kendali karena setirnya yang licin, sebab ia lupa menutup atap pesawat sakunya. Rudal-rudal itu meledak di langit, menciptakan suara yang begitu menggelegar, berbalut halilintar. Dari kaca spion Beta bisa melihat jet-jet itu mulai berpencar, berniat mengepungnya.
Bagaimana caraku kabur dari semua ini? batinnya.
Sampailah Beta di langit yang berisi para gedung pencakar. Satu hal yang menghambatnya adalah ia tidak bisa terlalu ngebut di sini karena sangat berbahaya. Ada banyak mobil serta pesawat yang sedang diparkir, juga kabel meganet (internet) yang dipasang di sana-sini, dan dome pelindung gedung-gedung tersebut yang berwujud transparan.
"Papa, kenapa kau membawaku terbang di langit?" tanya Charla dengan wajah muram. "Aku belum menghabiskan baut dan murku."
Beta mengamuk di dalam hatinya. Pertanyaan putrinya itu mengacaukan fokusnya dan membuatnya kehilangan jet-jet yang sedang mengejarnya. Melihat ada banyak sekali gedung pencakar langit yang mengelilinginya, Beta rasa ia telah terjebak di dalam perangkap secara tidak sengaja.
Aku disekakmat.
Ketika memandang ke kanan dan kiri, jet-jet itu sudah mengelilinginya bagaikan sekelompok semut yang menunggu aba-aba untuk memakan butir gula terakhir di tengah-tengah ubin. Mereka semua juga sudah bersiap untuk menembakkan rudal secara bersamaan. Pada momen itu Beta tahu, ia sudah tidak bisa lari lagi.
Menatap wajah putrinya yang lugu, Beta tak kuasa menahan tangis di pelupuk matanya. Air matanya jatuh setitik demi setitik bagaikan bocoran genting rumah di kala badai. Jemarinya berusaha menggapai pipi lembut seputih susu itu, meski getarannya tidak keru-keruan.
Mengapa aku begitu cinta kepada sebuah mesin? Apakah Charla benar-benar anakku? Bukan, dia bukan manusia. Aku tidak memberinya benih, dan istriku tidak pula melahirkannya. Dia hanyalah robot, mesin yang digerakkan oleh program. Dia hanyalah wadah dari kekuatan Jantung Mesin Suci. Mengapa aku begitu menyayanginya?
Wajah Beta pada sore itu sama suramnya dengan langit London.
Putrinya lagi-lagi bertanya, "Papa, kenapa kau membawaku terbang di langit?"
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut papanya atas pertanyaan itu, yang ada hanyalah permintaan maaf. Beta menghunjam dada Charla dengan begitu keras menggunakan pisaunya, berharap bisa menghancurkan jantung itu.
Tangisan terus mengiringi permintaan maaf Beta, dan pertanyaan "Papa, kenapa kau membawaku terbang di langit?" terus diucapkan oleh Charla dengan begitu lugunya.
Setelah aba-aba dikumandangkan, rudal-rudal ditembakkan oleh jet tentara Skotlandia, menembus hujan deras di langit London, mengincar Beta dan Charla. Ledakan pun terjadi.
Langit pada sore hari itu sangatlah ricuh, hingga memancing perhatian semua orang yang sedang berteduh, juga semua orang yang berada di dalam gedung-gedung pencakar langit. Apa yang mereka saksikan adalah sebuah perwujudan dari teater antardimensi yang nyata, lebih dari sekadar hologram.
Bukannya hancur menjadi abu, tulang-tulang berukuran raksasa justru mencuat keluar dari dalam dada Charla. Gadis kecil itu berteriak kesakitan seraya menghadapkan matanya ke langit, menatap ketidakpastian di balik awan gelap, menangis sejadi-jadinya. Beta tidak bisa memercayainya. Tulang-tulang itu terus tumbuh, menghantam gedung-gedung pencakar langit hingga terkoyaklah kaca-kaca mereka. Lambat laun beta sadar, tulang-tulang itu membentuk kerangka hewan purba, dinosaurus.
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini.
Pada saat itu Beta bisa melihatnya dengan jelas, sinar dari dada anaknya. Jantung Mesin Suci berada di dalam pandangannya, berdetak, pelan, layaknya jantung manusia normal. Tanpa pikir panjang ia menyentuh jantung itu dan mencoba menariknya keluar, tetapi kejadian yang lebih tidak masuk akal justru terjadi.
Teriakan Charla berubah menjadi sebuah pekikan yang begitu mematikan. Getarannya mengguncang sungai di tengah kota, menggoyahkan fondasi gedung-gedung pencakar langit yang ada di sana, dan membunuh seluruh aliran listrik serta jaringan meganet di seantero kota.
Darah segar mengalir dari telinga Beta. Ia sadar bahwa gendang telinganya sudah pecah. Ketika melihat ke kanan dan kirinya sekali lagi, ia mendapati bahwa jet-jet tentara Skotlandia itu jatuh satu per satu. Pada saat itu Beta menjadi gila. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sampai-sampai ia terus menusuk-nusukkan pisaunya ke jantung putrinya, berharap agar benda tersebut segera hancur.
Akar-akar pohon keluar dari dada Charla dengan jumlah yang teramat banyak, menjalar ke gedung-gedung pencakar langit di sekitar sana, lalu meremukkan mereka hingga tersisa kerangka-kerangkanya saja. Salju tiba-tiba menyusul, menyembur seperti ditembak oleh sebuah mesin, langsung memenuhi langit London dan membuat seluruh jalanan menjadi putih. Suara dentuman keras seperti percumbuan lempeng tektonik di bawah samudra pun ikut terdengar. Charla memuntahkan air laut dari dadanya, membasahi—membanjiri—seluruh Kota London dengan seketika. Pada saat itu pula, ribuan burung keluar, terbang bebas seperti baru menetas dari telurnya, diikuti dengan jutaan lembar kertas berwarna hitam yang menyembur, melayang-layang di udara. Lalu, muncullah rambut-rambut manusia, mulai dari yang hitam, cokelat, pirang, hingga putih.
Beta tidak tahu apa yang tengah terjadi. Ia terus berpikir, berpikir, berpikir, hingga akhirnya sampai pada sebuah konklusi:
Apakah ini kekuatan sebenarnya dari Jantung Mesin Suci? Membawa bukti peradaban zaman dahulu?
Darah, liur, nanah, kencing, hewan, tumbuhan, emas, batu bata, besi, lava, pasir, kapas, kaca, berlian, koin, kabel, kayu, tali, plastik—semua hal keluar dari dada Charla; menyembur, jatuh ke jalanan Kota London dan bercampur menjadi suatu kekacauan yang absolut. Hujan pada sore itu perlahan-lahan berhenti, digantikan oleh dada Charla yang tak henti-henti mengeluarkan isi.
Beta masih terdiam di sana tanpa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya pada suatu momen, jawaban yang ia cari-cari muncul di depan matanya.
Dari jantung Charla, muncul dua sosok jiwa yang tampak abstrak. Dengan kacamata virtualnya Beta membaca identitas jiwa tersebut. Tertulis di sana nama ADAM dan EVE.
Ini dia, pikirnya. Membunuh jiwa Adam dan Eve pasti akan menghentikan segala kekacauan ini. Ia pun yakin, dengan lenyapnya jiwa Adam dan Eve, Jantung Mesin Suci juga akan menghilang untuk selama-lamanya.
Beta dengan otak setengah sadar langsung menebas dua jiwa itu menggunakan pisaunya. Alhasil, cahaya terang menyeruak, membutakan pandangannya. Seluruh masyarakat London dan bahkan rakyat Inggris dapat melihatnya. Pertunjukan teater antardimensi yang tiba-tiba berubah menjadi cahaya putih itu bergerak dengan begitu cepat, melahap langit tanpa bersisa. Orang-orang yang ada di jalanan tidak sempat kabur menggunakan kendaraan canggih mereka. Mereka semua berlari; mereka semua peduli dengan diri mereka sendiri; mereka semua takut bahwa cahaya itu adalah akhir dari seluruh dunia.
Beta masih terdiam sambil menggenggam pisaunya. Jiwa milik Adam dan Eve tiba-tiba mencengkeram lehernya, membuatnya tidak bisa bernapas dan melihat. Tidak ada suara, yang ia rasakan hanyalah sakit.
Cengkeraman itu semakin kuat yang akhirnya berujung pada ledakan yang luar biasa besar. Warna-warna bertabrakan satu sama lain, menciptakan skema baru yang belum pernah diketahui oleh umat manusia. Pelangi muncul dengan warnanya yang gelap, mencoba menghibur langit suram pada sore itu. Asap menyebar ke mana-mana bagaikan sapuan ombak, diiringi suaranya yang dapat tertangkap sampai Selat Gibraltar.
Ledakan hari itu menandai lahirnya dunia yang baru.
Jantung Mesin Suci telah hancur dan Keluarga Theseus perlahan-lahan runtuh.
***
Enam belas tahun setelahnya, dunia hidup dalam masa pemulihan. Perang Mesin Keempat berakhir dengan penandatanganan perjanjian damai antara negara-negara dan kerajaan yang berseteru. London, seperti yang telah lalu, tetap menjadi salah satu kota paling maju di Benua Eropa. Ledakan besar pada sore itu menjadi sebuah peristiwa bersejarah yang penuh dengan misteri.
Pada suatu siang seorang pria datang ke bank yang menyimpan daftar nama manusia dan mesin di seluruh dunia. Perawakannya tinggi-besar, tubuhnya berisi, rambut cokelatnya ikal menuju gondrong, dan di tangan kanannya ia membawa sebuah remot. Remot itu bukanlah remot biasa, melainkan sebuah alat pendeteksi chip dari nama-nama orang yang masih hidup atau yang sudah mati. Teknologi tersebut dikembangkan oleh Prancis pada Perang Mesin Keempat dan mulai digunakan dengan bebas setelah diresmikan dua tahun lalu.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"
Pria itu tidak menjawab pertanyaan dari resepsionis, dan langsung memberikan sebuah kertas berisikan nama-nama.
"Baik, sebentar."
Setelah menunggu sekitar sepuluh detik, informasi mengenai nama-nama tersebut pun muncul. Pria itu menyibak rambutnya, lalu menatap layar.
Gabriel Beta Theseus
(Location: London, United Kingdom)
(Status: DEAD)
Alpha Theseus
(Location: Katariina, Finland)
(Status: DEAD)
Charla Theseus
(Location: Unknown)
(Status: ALIVE)
Setelah dirasa cukup, pria itu mentransfer sejumlah uang kepada resepsionis dan pergi meninggalkan bank begitu saja. Ketika kakinya melangkah keluar dari pintu kaca otomatis, ia menekan tombol pada remot di tangan kanannya. Saat ia menekan untuk pertama dan kedua kali, tidak terdengar bunyi. Namun, saat ia menekan untuk ketiga kali, keluar bunyi "TUT" yang begitu keras.
Enam belas tahun setelah hari itu, jiwamu masih hidup.
Memasukkan remotnya, pria itu kemudian mengenakan earphone miliknya dan mulai menyetel lagu-lagu santai. Di tengah perjalanannya di trotoar Kota London, di bawah bayangan gedung-gedung pencakar langit, ia tak henti-henti menatap awan cerah pada siang itu.
Charla adikku, aku berjanji padamu. Aku akan mencari jiwamu dan menghidupkanmu kembali. Takkan kubiarkan anggota Keluarga Theseus yang masih hidup dan seluruh dunia tahu tentang rahasiamu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top