Bab 12 Sayang
“Assalamu’alaikum,” ucap Abel ketika membuka pintu rumahnya. “Mah,” teriaknya saat tidak ada yang menjawab salamnya.
“Wa’alaikumsalam, Mbak,” jawab Simbok yang membantu beberes di rumah Abel.
“Mamah mana, Mbok?” Abel menaruh tasnya di kursi ruang tengah, yang dekat dengan dapur lalu duduk di sana untuk menghilangkan letihnya.
Kaki diselonjorkan, tangan dibentangkan dan kepala menengadah ke langit-langit rumah, membuat Abel merasa spa di salon.
Baru pukul tujuh malam tapi rumah sepi, tidak ada siapa-siapa. Rumah yang dihuni berempat dengan satu pembantu membuat rumah yang besar tampak sepi. Abel hanya dua bersaudara dengan kakaknya, Devan.
“Ibu ikut Bapak ke acara kantornya, Mbak. Kalo Mas Devan tadi pagi bilangnya lembur hari ini.” Simbok kembali ke dapur, “mau minum teh hangat apa langsung mandi, Mbak?”
“Mandi aja, deh, terus makan.” Abel membereskan barangnya untuk dibawa ke kamar. “ Masak apa, Mbok?” Baru berjalan sampai tangga, Abel menoleh melihat Simbok.
“Masak kesukaan Mbak Abel, daging teriyaki dan tadi siang Ibu minta dibuatkan steak. Ini steaknya masih, Mbak.” Abel manggut-manggut lalu naik ke atas.
Makanan kesukaan Abel itu ada banyak, salah satunya adalah daging teriyaki. Selain steak, Abel memang menyukai daging teriyaki. Simbok selalu tahu apa yang menjadi keinginan Abel pada hari itu. Bekerja selama lebih dari 20 tahun pada keluarga Abel membuat Simbok paham betul apa yang disukai para majikannya.
Selesai berdandan dengan baju piyama lengan panjang, Abel membuka hadiah yang diberikan Malik padanya. Hadiah dengan bungkus kado berwarna merah muda bergambar hati membuat Abel senyum-senyum sendiri. Pita berwarna merah di atasnya memperlihatkan kesan manis dari pemberinya. Membuka pita yang terhubung dengan kertas kadonya, Abel tak ingin langsung merobek, ini adalah kedua kali Malik memberinya hadiah. Yang pertama berisi jam tangan yang seharga satu motor yang sekarang sedang digandrungi oleh konsumen meskipun itu dari Direktur, tapi Jojo bilang bahwa itu dari Malik. Yang kedua adalah saat ini, berisi tas Elizabeth setelah Abel membukanya.
“Mbak Abel.” Suara Simbok mengetuk pintu membuat Abel membereskan semuanya, lalu di masukkan ke dalam lemari.
“Ada apa, Mbok?” Abel membuka pintu kamarnya sedikit, agar Simbok tidak bisa melihat ke dalam.
“Ada Mas Devan dan Mas Roni di bawah, Mbak. Mas Devan pamit mandi, Mbak Abel disuruh temenin sebentar katanya.”
Setelah mendapat anggukan dari Abel, Simbok turun dan Abel mengikuti dari belakang.
“Hay, Bel,” sapa Roni setelah Abel duduk di depannya.
“Udah dari tadi?”
“Baru, kok. Gimana kerjaan kamu? Lancar?”
“Alhamdulillah lancar.” Abel mengambil majalah yang berada di bawah meja untuk sekedar menghilangkan kesenggangan.
“Bel, besok pagi aku jemput, ya? Berangkat bareng ke kantor, kan, deket.”
Abel manggut-manggut membaca majalah yang isinya tentang pelakor yang merajalela. Abel tidak menyangka jika rating pelakor masih sangat tinggi di Indonesia. Bukan menanggapi apa yang Roni katakan.
“Okey, besok aku jemput jam tujuh pagi, ya?”
“Ha? Apanya yang jam tujuh?”
“Aku jemput kamu. Kita berangkat bareng.”
“Okey, deh.” Abel berpikir akan menghemat jika berangkat bareng Roni.
🍁🍁🍁
“Pagi, Bel.”
“Pagi.”
Abel menunggu Roni di depan rumah agar segera berangkat kerja, membuat Roni tidak bertemu dengan keluarga Abel. Langsung masuk mobil, Abel menyalakan playlist lagu kesukaannya, tentang cinta dari ipank.
Jalanan yang macet membuat Abel bergumam tidak jelas. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan, setengah jam lagi masuk kerja. Rumahnya yang berada di daerah pasar minggu, menuju tempat kerjanya yang berada di jalan Casablanca membutuhkan waktu tiga puluh menit jika lancar.
Banyak pesepeda motor yang menyalip kanan dan kiri membuat Roni tidak bisa mengebut. Zaman sekarang banyak yang memilih memakai kendaraan pribadi dari pada naik angkutan umum, seperti busway atau metromini. Polusi di Jakarta sudah mencapai polusi terburuk kedua tahun ini.
Abel tidak ingin mencemari dengan tidak memakai kendaraan pribadi. Banyak orang yang merasa sudah mampu, merasa ribet jika tidak memakai kendaraan pribadi, mereka memilih untuk memakai kendaraannya dari pada harus mengantre di angkutan umum.
Setelah satu jam berkutat di jalan umum, Abel akhirnya sampai dengan selamat di kantornya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan, jam kantornya telah memulai aktivitas pekerjaan. Abel mengucapkan terima kasih lalu berlari kecil menuju gedungnya.
Di tempat lain, ada Malik yang menyaksikan jika Abel bersama pria lain tanpa sepengetahuannya. Cinta yang sejati mampu menahan sakit yang ia rasakan, sesakit apa pun itu. Malik langsung menuju gedung, mengikuti langkah Abel namun perlahan.
“Pagi, Pak,” sapa Sinta yang melihat Abel baru datang tidak lama Malik juga baru datang.
“Kalian berangkat bareng?” tanya Jojo terkejut.
“Tidak. Dia diantar pacarnya.” Malik langsung menuju ruangan tanpa menjawab salam dari Sinta.
“Dia cemburu melihat kamu, Bel,” ucap Naura yang melihat aura kecemburuan dari wajah Malik.
Hingga jam makan siang Malik tidak keluar ruangan, hanya menyuruh Jojo masuk ke ruangannya beserta laporan yang harus di tanda tangani atau di selesaikan.
Roni datang ke meja kerja Abel membuat Abel terkejut. Abel tidak pernah cerita apa pun tentang pekerjaan bahkan tempatnya bekerja. Ia juga tidak menceritakan pada Devan, hanya bercerita pada Ibunya, Yuri.
“Kamu kenapa ke sini?” Abel membereskan meja kerjanya, agar terlihat rapi jika ditinggal makan siang.
“Ngapelin pacarlah.”
Saat Roni mengatakan demikian, Malik keluar dari ruangannya bersama Jojo. Malik terus menatap Roni tidak suka, hingga Roni menatapnya balik.
“Bel, hadiah yang kemarin kamu suka?” Malik sengaja menanyakan hal itu agar Roni tidak mengatakan jika Abel miliknya lagi.
“Oh, alhamdulillah suka, Pak. Bagus banget. Terima kasih.” Abel merasa gelagapan.
“Yuk, Bel. Kita makan siang.” Roni langsung menggamit jemari Abel dan membawanya pergi dari tempat kerjanya, menggeser pundak Malik untuk minggir.
“Wah, perlu dihajar itu, Pak.” Jojo terpancing emosi melihat Roni yang sok. Sudah pasti Jojo mengatakan hal ini karena Roni dan Abel telah naik lift.
“Benar itu, Pak. Memang sangat tampan, sih, tapi kalau bukan pacar, kok, gayanya melebihi pacar,” sahut Naura mendramatiskan.
Di tempat makan, Abel dan Roni memesan sop iga dan es lemon tea. Ingin memesan steak tapi dari kemarin Abel sudah banyak makan steak. Hari ini, ia ingin mencoba makanan berkuah.
“Enak, Bel?”
Mereka makan di mal Kokas karena dekat dengan kantor mereka. Kantor Roni yang berada di sebelah kantor Abel membuatnya mudah untuk berkunjung ke tempat kerja Abel. Jangan heran Roni tahu tempat kerja Abel itu dari Papahnya. Jordan yang menyuruh Roni untuk bermain ke tempat kerja Abel.
“Alhamdulillah, semua makanan yang masih bisa dimakan itu enak,” ujar Abel sambil mengelap bibirnya.
“Kamu pinter jawabnya, pantesan aja dapet hadiah dari Direktur bulan lalu,” ucap Roni membuat Abel heran. “Enggak usah terkejut, aku tau dari Mamah kamu.”
“Emang Mamah cerita apa aja?”
“Banyak. Rahasia antar mantu dengan mertua.” Roni pun ikut mengelap bibir dan meminum esnya. “Aku ke toilet bentar, ya? Nitip ponsel sama dompet.” Roni langsung melenggang pergi menitipkan ponsel dan dompetnya pada Abel.
Abel memainkan ponselnya dan WA dari Naura membuatnya geleng-geleng kepala. Naura bilang jika Malik menatap Roni seperti harimau ingin menerkam mangsa.
Ponsel Roni berdering, ada panggilan dari seorang wanita yang sangat cantik. Ingin mengangkat takut dikira tidak sopan, tidak diangkat tapi berdering dua kali. Abel memutuskan untuk mengangkat panggilannya.
“Sayang, kamu di mana? Aku di kantor kamu, nih.”
Abel langsung mematikan ponsel Roni, dan berlagak tidak terjadi apa-apa.
#Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top