Bab 11 Hadiah

“Bukannya ikutan lomba malah santai di belakang,” keluh Abel pada Naura.

Pasalnya, Naura dan Ayu kemarin terlihat santai dan tidak ingin berlomba. Mereka menikmati pemandangan hijau di sekitar. Air danau yang bersih, tidak tercampur dengan air kali kecil yang berada di samping membuat air danau tetap terjaga kebersihannya.

“Kenapa harus ikut? Kita ke sana itu buat refreshing, penyegaran pikiran kita. Kan, enggak ada aturan harus ikut.” Naura berucap sambil sesekali makan steaknya.

Mereka sedang makan siang di daerah Tebet. Daerah yang terkenal dengan kuliner dan distro sangat pas untuk memanjakan diri. Sekitar lima belas menit waktu yang digunakan dari kantor ke Tebet.

Gedung kantor mereka yang berada di Jalan Casablanca dekat dengan tempat di mana mereka sedang makan siang. Mencari menu steak merupakan kesukaan mereka bertiga, sudah tidak heran jika mereka akan sering makan steak saat istirahat makan siang atau sedang bepergian.

“Eh, Bel. Kemarin diajak ke mana waktu Pak Malik gandeng tangan kamu?” Sinta mengingatkan Abel jika kemarin terjadi sesuatu antara Malik dengan Abel.

Abel tersenyum mengingat hal manis yang kemarin Malik ucapkan. Entah untuk dirinya atau hanya doa yang Malik berikan untuk Abel. Tidak pernah melihat Malik dekat dengan siapa pun selama  bekerja dengannya, yang ada hanya dekat dengan Jojo ataupun para Atasan yang lain. Jika dengan Bu Devi hanya saat rapat saja. Malik paham bagaimana sifat Bu Devi, bermulut cipeh terhadap siapa pun.

“Giliran ditanya tentang Malik aja senyum-senyum,” sahut Naura mencubit lengan Abel.

“Aaaawww.... sakit tau.” Abel mengelus-elus bekas cubitan Naura. “Kemarin tuh, enggak ngapa-ngapain. Dia cuma ngajak ke tempat Wedding Pool.”

“Hah, serius?” jerit Sinta tertahan saking kagetnya.

“Beneran, Bel? Wah, tanda-tanda, nih, nyusul Sinta.” Naura menyahut sambil meminum minumannya.

“Biasa aja, dong.” Abel melirik keduanya sebal, kemudian memajukan badannya. “Dia enggak bilang mau nikahin aku, kok, cuma bilang konsep nikahan aku entar sama kayak di Wedding Pool. Gitu,” jelas Abel lalu kembali duduk tegak.

“Itu berarti kode, Bel. Enggak peka, nih, anak.” Sinta menghabiskan minumannya.

“Emang. Pak Malik, kan, tipe orang yang susah ngomong suka ke orang, ini, sih, kata Jojo, ya,” terang Naura yang tahu tentang Malik dari Jojo. “Uuups, keceplosan.” Naura menutup mulutnya dan tidak ingin mengatakan apa pun lagi.

“Kamu dapet info tentang Pak Malik dari Jojo, Ra?” tanya Sinta penasaran. Abel ikut memandang Naura penasaran.

Jojo dengan Malik memang dekat dari sebelum Malik diangkat menjadi Manager. Dulu, Jojo dan Malik satu team kerja. Karena kemampuan Malik yang sangat kompeten membuatnya cepat naik jabatan. Dari segi absensi juga bagus.

“Ah, enggak, kok. Sekali doang, itu Jojo bilang kalo sebenarnya info tentang Pak Malik homo itu hoax. Beberapa wanita yang mendekati Pak Malik, kan, selalu ditolak mentah-mentah.” Naura memandang Sinta dan Abel bergantian. Mereka memerhatikan Naura dengan fokus. “Fitri dulu sebelum dia mau nikah sama pacarnya yang sekarang, kan dulu deketin Pak Malik cuma langsung dibilang sama Pak Malik kalo dia lagi enggak tertarik dengan orang lain.”

Abel yang baru memulai kerja di Divisi Malik tiga tahun terakhir, memang belum mengetahui betul bagaimana Malik yang sebenarnya. Satu tahun sebelumnya bekerja di Divisi Bu Devi, Personalia.

Sedang Sinta baru mulai bekerja beberapa bulan sebelum Abel masuk ke Divisi Malik. Yang paling lama berada di Divisi Malik adalah Naura dan Jojo. Mereka berteman dalam satu team.

“Sama Bu Devi gimana?” Sedikit tertawa, Sinta hanya ingin tahu tentang Bu Devi yang menyukai Malik.

“Menurut kamu, gimana, Bel?” tanya Naura pada Abel yang sedikit melamun.

“Huh? Kok nanya ke aku? Ya, aku enggak tau lah.” Abel sedikit tergegap-gegap. Dirinya yang menyukai Malik, dihadapkan pada pertanyaan tentang wanita lain yang menyukai Malik.

“Jadi gelagapan, Bel?” Naura dan Sinta tertawa melihat gelagat Abel. “Jawab jujur, ya, Bel! Kamu suka, ya sama Pak Malik?”

“Iya, Bel? Jangan bilang kamu suka sama Pak Malik?” tanya Sinta memastikan.

“Kata siapa?” Abel memandang keduanya karena mereka duduk di depan Abel.

“Gini.” Naura mendekatkan dadanya pada meja guna berbisik pada Abel dan Sinta. “Pak Malik menolak Bu Devi, tau sendiri kan Bu Devi cipehnya kayak gimana? Pak Malik enggak suka, apalagi beliau juga sudah berumur.” Penjelasan dari Naura membuat Abel bernapas lega.

“Bukannya geer, ya. Tapi perlakuan Pak Malik ke aku kayak orang suka, bener enggak, sih?” Mata Abel melihat Naura, lalu berpindah ke Sinta.

“Kayaknya, ya. Tapi aku juga enggak berani bilang apa-apa, aku bukan Pak Malik,” ujar Sinta. “Balik, yuk! Udah mau jam satu, nih.”

🍁🍁🍁

Jojo dan Malik makan siang di mal sekalian membeli sesuatu untuk Abel, berkat dirinya kemarin jadi menang balapan Kano. Berada di mal Ambassador, Malik bingung membeli apa untuk Abel.

“Jadi beli apa, nih, Jo?”

Mereka telah berkeliling memutari lantai satu hingga lantai lima. Waktu yang dihabiskan juga tak cukup hanya satu jam. Mereka telah berada di mal dari jam sepuluh dengan alibi ada meeting dengan klien. Hingga saat ini, jam makan siang akan segera berakhir.

“Jo, udah mau tiga jam belum ketemu apa yang mau dibeli. Beli Mp4 player mini aja, udah.” Malik sudah capek jalan ke sana ke mari untuk mencari apa yang pantas untuk diberikan pada Abel.

“Bentar, Pak. Kayaknya bukan itu yang cocok. Itu, liat,” tunjuk Jojo menggunakan matanya agar Malik melihat ke arah pandang Jojo.

“Tas? Yakin mau beli tas buat Abel?”

“Udah, ayok! Saya yakin Abel bakal suka.”

Mereka memasuki toko tas dari berbagai merek terkenal, ada Gucci, Channel, Hermes, Prada, dan masih banyak lagi lainnya. Pilihan Malik pada tas bermerek Channel, tidak terlalu besar namun simpel, beda dengan Jojo yang memilih tas berukuran sedang namun ada banyak ritsletingnya sehingga terkesan glamour.

Setelah menimbang-nimbang, memberi hadiah dengan nominal terlalu mahal, ditakutkan jika Abel menyangka Malik terlalu berlebihan, Malik memutuskan mengajak Jojo pergi dari tempat tas bermerek itu.

“Gila apa, Jo? Cuma ngasih hadiah aja sampe berpuluh jut-jut, gitu. Yang lain, ah.” Malik mengajak keluar dengan cara menarik tangannya dengan kuat.

“Kirain sekalian buat lamaran, Pak.” Jojo tertawa pelan melihat Malik berkomat-kamit melihat angka pada banderol tas.

“Masih jauh. Hilal belum terlihat, Jo.”

Malik melihat toko tas merek elizabeth. Memasuki toko tersebut, Malik sangat tertarik dengan tas warna kuning kunyit, simpel dan elegan.

Malik melihat, dan memegang tas kuning kunyit, tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Sangat pas jika digunakan bepergian ke mal atau hangout bareng Naura dan Sinta.

“Bagus, enggak, Jo?” Malik memperlihatkan tas yang ia bawa pada Jojo.

Jojo yang sedang melihat-lihat tas di sekitar Malik menoleh, menghampiri dan mengambil tas yang di bawa Malik. “Bagus,” tutur Jojo sambil manggut-manggut. “Harganya juga standar, kok.” Jojo yang melihat banderol harga terlihat tersenyum karena tidak mahal tidak juga murah.

Malik tersenyum mendengar jawaban Jojo, sesuai dengan firasat dan pilihannya saat melihat tas itu. “OK. Bungkus, Mbak,” putus Malik pada mbak pelayan.

Setelah membeli tas dan makan siang, mereka kembali ke kantor. Mengendarai Honda Jazz berwarna hitam, Malik bersenandung pelan menirukan lagu yang ada di playlist.

Lima belas menit telah berlalu, mobilnya terparkir cantik di deretan para Manager. Malik dan Jojo terlambat, karena pukul dua siang baru sampai di Kantor.

“Pak Malik, tadi dicari Pak Johan. Katanya disuruh ke ruangannya kalau sudah tiba di kantor.” Ayu yang berada di depan lift saat ingin ke lantai bawah mengatakan apa yang Pak Direktur pesan.

“Baiklah, nanti saya ke sana.” Malik dan Jojo berlalu, ke tempat di mana wanita berambut sepundak duduk.

“Bel, ini hadiah buat kamu,” ucap Malik seraya memberikan hadiah yang ia beli.

Semua mata memandang, tak membuat Malik merasa risi, sudah terbiasa dengan kedekatannya bersama Abel.

“Ciye.... buka, Bel,” ucap Naura dengan Sinta bersamaan. Jojo tersenyum berada di mejanya.

Abel memandang Malik sebentar lalu melihat hadiah yang diberikan dan menerimanya. “Hadiah buat?” Kedua alisnya terangkat.

“Kemarin sudah menang bermain Kano, kamu hebat,” ucap malik mengacungkan jempolnya.

“Kita team, Pak. Jadi memang sudah seharusnya.” Abel tidak enak jika menerima hadiah dari Malik.

“Ehm, keselak, euy,” ujar Sinta.

“Buka, Bel. Kita kepo.” Naura semakin membuat Abel tidak ingin membuka dihadapan Malik.

“Nanti aja, di rumah. Terima kasih, Pak.” Abel menaruh hadiahnya di lemari kecil bawah meja.

#Tbc

Isi list Blurb -Promo- 
Jangan lupa baca punya mereka, ya...

1.
Akun wp : Dee14007
Judul : Dirgantara
Blurb singkat :

Tentang sebuah rasa nyaman yang timbul, berawal dari curhatan. Dirga terjebak dengan pesona seorang Tara Ranjani, yang memahami keluh kesah hatinya.

2. Akun wp : HairunnisaYs
Judul : Flower of Love
Blurb :

Cinta bukan sekadar mengenal kebahagiaan. Luka, perjuangan dan pengorbanan ikut jua berperan dalam mekarnya bunga di hati Flower.

3. akun wp: PetogPingitan
Judul : MaBeNi
Blurb :

Dari teman jadi cinta dan berakhir bahagia adalah impian dari banyak orang. Malik Ramadhan dan Abella Natasha, dua insan yang saling mencinta namun tidak mendapat restu dari kedua orang tua mereka. Apa yang akan mereka lakukan?

4. Akun WP: dailyrannoona
Judul: Endless Summer
Blurb:
Bagi Findra, cerita dalam buku dongeng tidak akan bisa diadaptasi ke kehidupan nyata. Namun bertemu dengan Rindu, membuatnya berharap kalau ada cerita cinta manis dalam dunia yang penuh kebohongan ini

5. Akun Wp : azizahKai
     Judul : Shin Heraldyne
     Blurb:
    Kisah dua remaja yang diam-diam saling mencintai, bertemu kembali setelah 10 tahun. Namun, kenyataan berkata lain, Shin Heraldyne harus menghadapi perjodohan dari orang tuanya, sehingga dia rela meninggalkan kehidupan mewahnya, demi mendapatkan cinta sepuluh tahunnya.

6. Akun WP : Ravenura
Judul : Medina
Blurb :
Medina, sebuah kesucian yang ternoda di pelukan Reino. Lewat Bayu, dia ingin menghilang kala tahu Reino dimiliki orang lain. Padahal dia mengandung anak Reino.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top