8. 🌹Kesalahan🌹
Dalam suatu hubungan akan ada yang namanya jenuh, merasa bosan, tetapi mencoba untuk tetap bersikap seperti biasanya. Hal ini juga yang tiga bulan ini Noah rasakan sebenarnya, Wilya tidak pernah ada salah dalam keadaan serta situasi itu, hanya Noah saja yang paham apa yang sedang terjadi kepadanya. Hingga ketika dia kembali bertemu dengan Gilsha, hatinya kembali merasakan ada yang ingin dia dapatkan, kemudian tersadar lagi jika keadaan tidak sepantasnya membuat dia bersama dengan wanita itu.
Puncaknya saat sisi brengsek dalam diri Noah semalam terus memikirkan isi pesan Gilsha, wanita yang sempat ingin ia miliki. Wanita yang memenuhi kriteria seorang pendamping untuknya, yang menurutnya sempurna baik fisik dan karakternya. "Apa yang kamu lakukan Noah? akan banyak yang melihat hal ini, dan aku tidak mau sampai ini jadi bahan berita yang di konsumsi publik."
"Apa kamu malu jika ketahuan dekat denganku?" tanya Noah masih belum sadar dengan apa yang dia ucapkan. Gilsha menyunggingkan senyuman tipis, dia melangkahkan kaki dengan anggun untuk lebih dekat dengan Noah.
"Bisa kita berbicara di tempat lain? aku benar-benar tidak mau membuat berita murahan mengenai diriku," kata Gilsha kemudian Noah mengangguk paham. "Baiklah, aku tunggu ditempat makan saja. Akan aku kirim nama restorannya ke ponselmu." Gilsha menepuk pundak Noah kemudian melangkah pergi bersama Lina yang tadi masih menunggunya. Mereka menaiki sebuah taksi, didalam taksi Gilsha mengirimkan pesan kepada Noah secepat mungkin. Dia akan membuat pria itu kembali mengejarnya seperti dulu, batin Gilsha merasa jika apa yang ingin dia lakukan itu adalah benar.
"Gilsha kamu mau apa dengan turun di sini?" Lina bertanya ketika Gilsha meminta supir taksi itu berhenti, tepat didepan sebuah restoran.
"Aku ada janji, nanti malam akan aku hubungi dirimu. Oh ya...batalkan semua list kontrak kerja ku dengan stasiun tv miliki Dika." Mendengar hal itu Lina terkejut, tapi dia tidak sempat untuk bertanya karena Gilsha sudah turun dari dalam taksi. Wanita cantik dengan tubuh semampai itu, memakai kaca mata hitam dan mengikat rambut ikalnya yang tadi dia gerai. Gilsha tidak lupa memakai sebuah topi agar pelayan restoran itu tidak mengenalinya. Restoran yang menjual makanan Italia, memang sengaja menjadi tujuannya. Karena dia tahu Noah sangat menyukai Ravioli dan juga Bruscheta, makanan khas Italia yang sedari dulu menjadi menu favorit Noah.
Gilsha meminta tempat yang tertutup untuknya kepada pelayan, dia tersenyum saat pelayan mengantarkannya ke depan pintu ruangan, ketika dia buka hanya ada satu meja khusus yang sudah ditata sangat manis. Gilsha tidak menyangka jika letak meja yang dia minta ingin lebih tertutup itu benar-benar hanya berada satu meja makan bulat, dan dua kursi saja.
"Wah...restoran ini benar-benar memiliki tempat privasi rupanya?" tanya Gilsha ramah kepada pelayan yang sudah mengantarkannya. Dia duduk sambil melihat buku menu yang diberikan.
"Ruangan ini biasa dipesan untuk pasangan yang ingin merayakan hari jadi, atau semacam dinner romantis." Gilsha menganggukkan kepalanya, dari dalam ruangan itu juga bisa melihat lalu lalang kendaraan di jalan serta bangunan kota Jakarta. "Maaf Nona Bruscheta kami sedang tidak tersedia," kata pelayan wanita itu ketika Gilsha sudah memberitahu apa yang ingin dia pesan.
"Kalau begitu aku pesan Tiramisu, Ravioli, Lasagna dan satu pasta carbonara, serta minumnya Lacryma Christi, dan Negrino." Pelayan wanita itu tersenyum setelah dia mencatat semuanya, kemudian pergi dari sana meninggalkan Gilsha seorang diri. Setelah pintu tempat dia ingin bersama Noah itu tertutup, Gilsha melihat gawainya. Noah membalas pesan yang dia kirimkan. Gilsha memberitahu nomor meja yang ada di hadapannya saat ini. Dia mengambil cermin dari dalam tasnya untuk melihat riasan yang ia gunakan, kemudian menambahkan lipstik berwarna merah gelap yang membuat penampilannya terlihat memukau. Pakaian yang Gilsha gunakan saat ini adalah rok biku motif polkadot hitam dan putih yang panjangnya hanya sebatas lutut, dengan atasan berwarna kuning dan kerah model sabrina. Makanan yang dipesan Gilsha sudah datang satu persatu, dia mulai gelisah karena Noah belum juga muncul.
Di tempat lain, Noah masih mengemudikan mobilnya dia sedikit lama karena harus memberitahu Aldi jika dia keluar kantor untuk bertemu seseorang dan tidak ingin Aldi memberitahukan hal itu kepada siapapun termasuk istrinya. Dia menyuruh Aldi mengatakan dia sedang ada meeting dan jadwalnya padat jika Wilya bertanya.
Mobil yang dia kemudikan seorang diri itu sampai disebuah restoran Italia, melihat nama tempat itu Noah tersenyum. Membaca lagi pesan yang Gilsha kirimkan, nomor meja yang sudah wanita itu pesan. Noah masuk dan bertanya pada pegawai disana, setelah dia mengetahui tempatnya dia membuka pintu tersebut. Wajah Gilsha terlihat kesal, mungkin karena dia terlalu lama datang. "Maafkan aku karena membuatmu lama menunggu," kata Noah kemudian dia menarik kursi untuk duduk tepat disamping Gilsha bukan di depan wanita itu.
"KaMu memang selalu membuatku menunggu," jawab Gilsha kesal kemudian dia memakan pasta yang ia pesan. Senyum Noah terbit melihat semua isi meja di hadapannya. "Kenapa kamu tersenyum begitu? seperti tidak pernah makan semacam ini saja."
"Memang sudah lama tidak lagi menyantap menu seperti ini, terakhir kali saat acara kelulusanku di Sydney." Gilsha menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, aku tidak menyangka kamu masih ingat makanan yang aku suka."
"Aku tidak bermaksud membuatmu terkesan Noah, hanya saja restoran ini yang menyediakan tempat privasi untuk kita berdua agar bisa berbicara." Jelas saja Gilsha berbohong, Noah juga tidak yakin dengan ucapan Gilsha. "Oh ya, apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Gilsha sambil mereka menikmati hidangan makan siang, tapi terasa seperti sedang menikmati makan malam romantis itu. Ada lilin-lilin disekitar mereka, bunga dan juga lampu ruangan yang tidak terlalu terang.
"Aku tidak suka kamu membatalkan kontrak iklan itu."
"Kenapa? Bukankah kamu terganggu jika aku ada disekitar mu?" Gilsha menyinggung Noah dengan terang-terangan.
"Ya kamu benar. Aku sungguh takut," ujar Noah kali ini sambil menatap wajah Gilsha. Wanita dengan lesung pipi indah itu juga ikut menatap wajah Noah. "Aku takut tidak mampu mengendalikan perasaanku, padahal aku sudah memiliki seseorang saat ini." Gilsha membuang napasnya kasar, tidak percaya Noah ternyata sangat ingin menjaga komitmen pernikahannya dengan wanita bernama Wilya itu.
"Sejujurnya aku masih tidak mengerti, kenapa kamu menikahi dia sementara permintaanku padamu saat itu sudah sangat jelas. Kemudian sekarang kamu bersikap seolah-olah masih sangat menginginkanku, tapi juga tidak berani mendekatiku. Apa yang kamu inginkan sebenarnya Noah?" Wajah Gilsha terlihat berapi-api mengatakannya, tentu saja dia marah. Dia pernah menunggu Noah, tetapi pria di hadapannya ini malah merasa tidak terjadi sesuatu yang berarti untuk dirinya. Melihat Noah hanya diam dan memandang wajahnya Gilsha berniat pergi dari sana, tangannya ditahan oleh Noah dan dengan tiba-tiba bibir keduanya bertemu.
Bersambung....
Cocoknya kita apakan ini si Noah?
Maaf...semalam gak jadi double up 😅 karena sunyi dan aku ketiduran. But, pagi ini aku kembali kan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top