13 🌹 Permintaan Gilsha 🌹

"Jangan dilanjutkan Noah," kata Gilsha masih berusaha tidak terbawa gairahnya yang sudah memuncak. Dari ruang makan Noah menggendong tubuhnya untuk masuk ke dalam kamar. Noah memang sudah melihat semua yang ada pada diri Gilsha, membuainya lembut. Hanya saja tidak sampai kepada tahap yang lebih, Noah menuruti apa yang Gilsha inginkan. Dia berhenti, karena jika tidak berhenti sekarang, maka pertahanan Gilsha dan dirinya akan runtuh. Noah tentu tak masalah, tapi bagi Gilsha itu merupakan sebuah masalah.

Noah berbaring sambil memeluk tubuh polos Gilsha, mengecup pundaknya kemudian dia teringat untuk melihat jam. "Astaga aku harus kembali ke Jakarta," katanya membuat Gilsha kesal.

"Kau tidak ingin tinggal bersamaku malam ini?" pertanyaan itu tidak bisa dijawab oleh Noah. Dia ingin tinggal, tapi tidak bisa membuat Wilya menunggunya. "Noah...aku pikir kita akan bersama malam ini sampai besok." Gilsha memeluk Noah dengan manja. Rencana gila masih Gilsha siapkan andai Noah ingin kembali ke rumahnya malam ini. Dan sekarang saatnya rencana itu dia lakukan, Noah terkejut ketika pusat gairahnya sudah di genggam Gilsha. Tidak hanya sekedar memegangnya saja, Gilsha membuainya dengan bibir dan lidahnya.

Malam penuh dosa mereka lakukan tanpa ada yang ingin mengakhirinya. Noah menyukai apa yang Gilsha lakukan untuknya, dia menuruti keinginan Gilsha untuk tetap tinggal disana bahkan sampai ke esokan harinya.
Pagi sempurna yang Noah idamkan dari seorang istri hadir dalam diri Gilsha.

Wanita itu sebelum Noah bangun sudah memasak makanan yang Noah suka. Menyiapkan koran dan juga secangkir kopi hitam ditambah susu di teras depan vila itu. Bagaimana Gilsha tahu semua yang Noah inginkan ini? Itu karena dia dan Noah pernah berbagi cerita tentang apa yang mereka inginkan ketika nanti menikah.

Setelah semua siap, Gilsha membersihkan tubuhnya. Memakai pakaian yang sedap di pandang mata. Ketika dia sudah merasa puas dengan penampilan dan harum tubuhnya, Gilsha membangunkan Noah dengan satu kecupan di pipi pria itu. "Sayang ...bangun," katanya kemudian Noah menggeliat perlahan membuka matanya, tersenyum karena ada sosok cantik dan wangi yang membangunkan tidurnya. "Sayang ayo, bangun." Gilsha kembali membangunkan Noah, jari pria itu menunjuk bibirnya hingga Gilsha tertawa kecil paham akan apa yang Noah inginkan. Dia memberikan kecupan di pagi hari untuk sang kekasih.

"Mandilah, aku sudah siapkan air hangat dan juga handuk. Jangan lama-lama nanti kopinya dingin." Noah bahagia bukan main karena dilayani bak Raja oleh Gilsha. Ketika Noah sudah selesai mandi, dia juga melihat pakaian yang sudah Gilsha siapkan diatas tempat tidur yang juga sudah rapi. Gilsha masuk dengan senyumnya, membantu Noah mengancing kemeja yang Noah pakai. Layaknya dia adalah istri Noah, dia juga tak lupa menggandeng lengan Noah menuju teras depan vila itu.

"Aku tinggal sebentar ya, ingin mengemasi isi tas. Jika mau sarapan roti atau nasi, aku sudah siapkan di meja makan."

"Gilsha, bagaimana kau dapat semua bahan makanan?"

"Aku sudah meminta semua itu kepada Lina saat memesan vila ini. Aku tahu kalau kekasihku suka minum kopi dan terkadang ingin makan nasi, kalau pagi hari." Noah mengangguk membenarkan. Astaga dia benar-benar melihat kesempurnaan pada diri Gilsha. Pikirannya mulai membandingkan Wilya dengan Gilsha, selama dua tahun Wilya tidak pernah melayani dirinya sebaik ini.
Noah lupa, padahal Wilya juga melayani dia saat dia sakit. Selalu ada di dekatnya ketika dia butuh saran, Noah melupakan hal itu. Hanya sedikit kekurangan Wilya, dia tidak secantik Gilsha dan juga tidak mengerti keinginan Noah sepenuhnya.

***

Wilya sedang berada di pasar, membeli lauk pauk serta sayur dan buah untuk dirumah. Semalam dia tidak bisa tidur dengan tenang, karena Noah tidak bisa dihubungi. Pria itu juga bahkan tidak pulang, hari sudah mulai siang dan Noah tidak memberikan kabar apapun kepadanya. Wilya pergi ke pasar seorang diri, saat dia memilih buah tanpa dia sangka ada istri Aldi berdiri tak jauh darinya.

"Ica," panggil Wilya kepada wanita itu. Ica melihatnya kemudian tersenyum lebar. "Astaga sudah lama kita tidak bertemu, kamu apa kabar?"

"Iya Bu Wilya, Alhamdulillah saya baik. Aldi sedang cuti jadi dia minta saya memasak banyak hari ini. Terpaksa harus ke pasar walau sudah siang." Mendengar itu Wilya bingung, karena setahu dia Aldi pergi bersama Noah ke luar kota.

"Aldi ada dirumah?"

"Iya Bu. Semalam juga pulang cepat, siang hari sudah dirumah. Saya pikir dia di pecat, ternyata diminta Pak Noah untuk cuti, karena Pak Noah ada acara ke luar kota. Saya pikir perginya bersama Bu Wilya." Ica menjelaskan dengan panjang lebar, Wilya yang mendengar itu isi kepalanya sudah tidak menentu.

"Oh...iya, saya tidak jadi ikut karena ada tamu dirumah kami." Wilya berbohong demi menjaga berita tidak baik tentang rumah tangganya "Ica saya pamit dulu ya, sampaikan salam kepada Aldi." Wilya pergi buru-buru menuju taksi. Niat membeli buah bahkan tidak dia lakukan lagi. Lututnya lemas mendengar semua yang Ica katakan. Jelas Noah membohonginya, pasti Noah pergi dengan seorang wanita. Dia menelpon sahabatnya, ingin bertanya alamat rumah Gilsha si artis yang pernah Noah kunjungi rumahnya.

Setelah mendapatkan alamat itu, Wilya meminta supir taksi menuju kesana. Dua puluh menit di perjalanan dia berdoa hal yang baik untuk Noah, semoga suaminya tidak mengkhianati dia. Namun, mata Wilya di suguhkan dengan pemandangan mobil Noah yang ada di sana. Wilya meminta supir taksi menunggu, sementara dia turun untuk mendatangi rumah Gilsha. Menekan bel rumah dengan tidak sabar dia akhirnya melihat seorang wanita yang sepertinya pelayan di rumah tersebut, karena memakai seragam seorang pelayan.

"Maaf mencari siapa?" tanya wanita itu.

"Saya temannya Gilsha, apa dia ada?"

"Oh...Nona Gilsha sedang ada syuting di puncak."

"Begitu ya, kira-kira kapan kembali ya Mbak?"

"Kalau itu saya tidak tahu Non." Wilya melirik mobil Noah, memastikan plat mobil itu dan memang benar itu milik suaminya.

"Apa Gilsha pergi bersama Noah?" Pelayan itu mengamati Wilya kali ini, dia sadar hal itu.

"Nona bisa tanyakan saja kepada Non Gilsha. Ada nomor ponselnya kan?" Wilya mengangguk meski hatinya kesal. Dia berpamitan untuk pulang, meski pelayan itu tidak mengatakan Gilsha pergi bersama Noah, tapi dia sudah menebak kemana suaminya itu pergi dan bersama siapa. Dia tidak akan mencari sampai ke puncak, dia hanya akan menunggu Noah pulang.

***

Udara sejuk di puncak dengan pemandangan yang indah adalah hal yang sempurna, apalagi mereka menikmatinya sambil memakan jagung bakar. Gilsha meletakan kepala di bahu Noah, hari sudah mulai sore dan mereka akan kembali ke Jakarta.

"Aku akan pergi ke Bali Minggu depan, jika kau ingin menemani aku akan sangat bahagia."

"Ada acara apa?"

"Tidak ada. Hanya ingin melihat rumah orang tua ku, sekalian berlibur sebentar. Minggu depan juga pemotretan untuk iklan perusahaan mu sudah selesai. Aku juga akan pindah, mungkin menyewa rumah kecil dulu sebelum bisa membeli rumah yang bagus."

"Kenapa pindah?"

"Rumah itu bukan sepenuhnya uang ku yang membelinya, ada uang Dika juga." Gilsha dan Noah sama-sama terdiam, hingga kemudian Gilsha kembali berbicara "Noah jika kau tidak serius menjalin hubungan ini, lebih baik mulai besok kita tidak perlu bertemu lagi. Namun, jika kau ingin kita terus bersama  aku minta kau menikahi ku. Aku tidak ingin terus merasa buruk setelah kita bersama." Noah menatap wajah Gilsha, ada kesungguhan dimata wanita itu saat mengatakannya.

Bersambung....

Hai...bagi kalian yang ingin membaca karya ini lebih lanjut bisa ke Karyakarsa Nadra El Mahya ya..di sana sudah di up sampai tamat dan juga kalian bisa baca di 'kasih jajan' nama pena Nadra Mahya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top