11 🌹Rencana Kebohongan🌹
"Aku tahu kamu berpikir apa yang aku dan Gilsha lakukan ini salah, dan aku tidak akan membela diri karena itu. Jika kamu bisa aku ajak bekerjasama dengan semua ini, aku akan menaikkan gaji dan tidak akan memecat mu, tapi jika kau tidak ingin menolongku maka kebalikannya."
"Pak maaf, bagaimana dengan Bu Wilya?"
"Aku belum tahu, jika aku yakin ingin melanjutkan hubungan dengan Gilsha aku akan memberitahu Wilya secepatnya."
Aldi dengan berat hati mengangguk, dia tidak setuju dengan apa yang Noah lakukan, tapi dia tidak bisa berhenti bekerja. Ada istri dan juga kedua orang tuanya yang bergantung hidup kepadanya, belum lagi dua adik perempuannya.
"Baiklah kalau begitu, kau bisa pulang hari ini dan besok akan aku hubungi. Ingat yang aku katakan, jika Wilya bertanya maka beritahu kalau kita ke luar kota mendadak." Noah pergi setelah mengatakan hal itu, tersenyum lebar karena rencananya berjalan sesuai yang dia inginkan.
"Kamu kenapa lama sekali?" tanya Gilsha yang sudah berada di parkiran mobil. Noah membuka pintu untuk kekasihnya itu, kemudian buru-buru masuk ke kursi pengemudi. Gilsha juga sudah mengirimkan pesan kepada Lina kalau dia akan pergi bersama Noah ke puncak.
"Jadi kita makan dimana?" tanya Noah menggenggam jemari Gilsha.
"Kita ke rumahku saja, tadi pagi aku sudah masak. Sekalian aku mau ambil koper keperluan untuk syuting di puncak."
"Apa aku boleh melihatmu di lokasi syuting?" tanya Noah sambil tersenyum mengemudikan mobil BMW 735il hitam yang ia miliki.
"Jangan macam-macam, sebelum kita benar-benar serius aku tidak ingin ada yang tahu kedekatan kita. Nanti juga lebih baik tinggalkan mobil kamu di rumahku, kita pergi membawa mobilku saja." Noah menuruti apa yang Gilsha inginkan. Dia mengecup jemari lembut dalam genggamannya itu.
Sesampainya di rumah, Noah meminta Gilsha masuk ke dalam rumah lebih dulu karena dia ingin mengirimkan pesan kepada Wilya. Merangkai kebohongan, agar istrinya itu percaya jika dia sedang pergi bekerja ke luar kota. Pesan itu langsung di balas oleh Wilya.
[Ke luar kota? Lalu kamu tidak pulang? Kamu pergi bersama siapa?]
[Aku pergi bersama Aldi saja, aku usahakan pulang hari ini juga. Jaga diri baik-baik.]
Ketika melihat laporan pesan itu terkirim, Noah langsung mematikan ponselnya. Dia tidak ingin Wilya menghubungi dia lagi. Noah melangkah masuk ke dalam rumah, sesuatu yang nyaris terjadi melukai Gilsha langsung dia hentikan. Siapa lagi pria itu jika bukan Dika, pria yang menganggap dirinya berkuasa atas tubuh dan diri Gilsha.
Satu pukulan Noah layangkan tepat di pipi Dika, pria itu mengumpat dan ingin menghajar Noah tapi sia-sia karena Noah lebih cepat bergerak hingga dia terjungkal ke pintu teras. "Jangan sekali lagi kau mendekati Gilsha, atau sampai melukainya. Aku tidak main-main untuk menghancurkan mu, Dika Maheswara!" Ancam Noah, matanya benar-benar menatap tajam Dika.
Namun, pria itu tertawa sambil mencoba berdiri dengan tenang. "Kau siapa untuknya? Sampai mau ikut campur urusan aku dengannya, kau tahu wanita itu tidak tahu malu. Aku sudah menolongnya, menghabiskan uang ku untuk dia. Namun, ternyata dia memanfaatkan kebaikanku. Kau juga mungkin akan bernasib sama denganku."
"Diam kau brengsek! Sampai mati juga aku tidak akan sudi memberikan tubuhku untuk mu, apalagi menikah denganmu. Kau itu monster, aku tidak pernah meminta untuk kau selamatkan, sudah cukup aku mengikuti keinginan mu selama ini, aku akan membayar apa yang sudah kau keluarkan untuk ku, jadi aku harap kau bisa meninggalkan rumah ini sekarang!" Gilsha menatap Dika penuh kebencian, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya. Ada memar di sudut bibir Gilsha yang mengeluarkan darah segar, Noah berpikir pria ini tadi sudah menyakiti kekasihnya.
Noah mengepalkan tangannya kuat, dia menarik kerah baju Dika dan menghajarnya lagi, kemudian menyeret Dika keluar dari rumah itu. "Jika sampai kau melukainya lagi, ingat wajahku. Aku tidak akan memberikan ampun kepada mu." Dika masih berpikir dimana dia melihat wajah Noah, sementara Noah tahu nama lengkapnya. Dengan berat hati Dika melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Gilsha dan rumahnya. Namun, tentu niat dihatinya ia akan kembali. Gilsha tidak boleh di miliki oleh siapapun selain dirinya.
****
Wilya menatap kotak bekal yang dia bawa ke kantor suaminya, setelah membaca pesan singkat Noah kakinya lemas. Dia memang sudah berada di depan ruangan Noah, Aldi tidak ada begitu juga dengan suaminya. Noah tidak mungkin berbohong, karena Aldi juga tidak ada di kantor saat ini.
Wilya menghembuskan napas, dia belakangan ini kenapa jadi berpikir buruk tentang Noah terus menerus. Lagi foto di dompet itu juga belum tentu menjadi bukti kalau suaminya berselingkuh dengan wanita bernama Gilsha itu kan?
Wilya bertanya pada dirinya sendiri, dan dia juga menguatkan hati berpikir jika Noah pasti akan setia kepadanya. Andai Wilya terus berpikir negatif, itu sama saja bisa jadi penyebab hancurnya keharmonisan rumah tangga mereka.
Wilya sudah sampai di lobby kantor, dia mengirimkan pesan kepada Noah. Kemudian meminta penjaga kantor untuk memanggilkan taksi. Tidak sengaja dia mendengar bisik-bisik karyawan.
"Eh...itu Bu Wilya. Kasihan ya dia ke sini, tapi Pak Noah pergi bersama artis yang bernama Gilsha itu."
"Eh...jangan sembarang bicara kamu."
"Aku lihat sendiri tadi artis cantik itu masuk ke dalam mobil Pak Noah."
"Heh...kamu salah lihat kali. Pak Noah sedang ada pertemuan bisnis sama Pak Aldi."
Wilya melirik ketiga wanita yang ada dibelakangnya itu, kemudian mereka buru-buru pergi karena takut akan tatapan Wilya.
Ketika Wilya ingin memanggil ketiga wanita itu, petugas keamanan memanggil namanya. Ternyata taksi yang dia minta sudah berada tepat di depan lobby.
Wilya naik ke dalam taksi itu, ada hal yang mengganjal lagi di hati Wilya. Padahal baru saja dia memutuskan tidak berpikir buruk. Pesan yang ia kirim kepada Noah juga dia lihat belum terkirim.
Sementara itu Noah melihat hasil masakan yang katanya Gilsha sendiri yang memasaknya. Wanita itu tadi dengan terlatih menyiapkan semua hidangan di meja, dia tidak mengijinkan pelayan membantunya karena dia ingin mengerjakan semua itu sendiri. Noah senang melihatnya, Gilsha juga sempat makan bersamanya setelah selesai wanita itu sekarang sedang mengambil koper.
Noah ingin bertanya tentang Dika, tapi Gilsha tidak mau mendengar nama pria itu. Dia memohon pada Noah untuk melupakan apa yang dia lihat, karena Gilsha tidak ingin dianggap lemah.
Tidak bisa Noah bayangkan sudah berapa lama Gilsha mendapatkan perlakuan kasar pria itu.
Gilsha turun sudah dengan setelan berbeda. Kali ini dia terlihat lebih santai dengan menggunakan rok berbahan denim yang hanya sebatas pahanya saja, kemudian atasannya dia menggunakan kaus ketat bertali satu, dengan luarannya adalah jaket denim longgar. Penampilan itu semakin modis dengan kaca mata persegi berwarna hitam, Gilsha letakkan di atas kepalanya.
"Ayo, aku sudah siap." Gilsha mendekat kearah Noah. Pria itu tersenyum dan mengambil alih koper yang Gilsha pegang. Gilsha memberikan kunci mobilnya, Noah tidak melihat wajah sedih dari Gilsha lagi saat ini.
"Gilsha kau tidak apa-apa?" tanya Noah ketika mobil sudah berjalan.
"Aku baik-baik saja, selama kau ada didekat ku." Gilsha tersenyum manis kemudian mengecup pipi Noah. Ketika Gilsha memutar radio di mobilnya, musik yang mengalun saat itu tepat sekali adalah lagu kesukaan mereka berdua dulu saat masih pacaran. Mereka berdua benar-benar seperti bernostalgia kembali, masa-masa bahagia mereka dulu rasanya begitu menyenangkan.
Noah semakin jauh terjerat akan perasaannya sendiri, dan Gilsha meyakinkan hati untuk terus berusaha membuat Noah kembali padanya.
"Gil...sedang mengirim pesan kepada siapa?" tanya Noah ketika Gilsha sibuk menekan tombol ponselnya.
"Lina, Manager Ku. Aku ingin meminta dia mencarikan vila untuk dirimu, jadi nanti kau bisa menungguku di vila saja. Lebih bagus jika dapat vila yang dekat dengan lokasi syuting."
"Apa manager yang mengurus hal itu? Bukankah biasa ada asisten artis yang bisa mengurusnya."
"Asistenku masih baru bekerja, lagi pula dia tidak memiliki ponsel. Maka dari itu aku meminta Lina saja," jawab Gilsha. Noah mengerti sekarang, ya- memang masih belum banyak orang yang bisa membeli ponsel. Hanya orang-orang dari kalangan tertentu saja. Wilya juga baru memiliki ponsel setelah menikah dengannya, dua tahun lalu.
"Kenapa aku tidak menunggu di hotel saja?"
"Lalu akan ada orang yang memuat foto kita pada surat kabar dan majalah gosip?" Gilsha menaikkan satu alisnya. Noah tersenyum simpul, dia sedang bermain api dan harus sadar diri. Gilsha sudah benar mengatur semua untuk mereka.
"Jangan marah, maaf aku merepotkan mu." Noah menggenggam erat jemari Gilsha. Senyum manis dari wanita itu benar-benar membuatnya candu.
Bersambung....
Pasti pada nungguin karma ya? 😅🤭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top