vii| Malaria, Penyakit Pulau Tropis
Malaria, si Penyakit Tropis
Apakah kamu punya pengalaman sakit malaria? Aku tidak. Akan tetapi, kakakku yang punya. Dan itu pengalaman yang tidak pernah aku lupakan. Aku yang biasanya berantem dengan si Kakak, justru nangis sesegukan takut dia pergi. Dokter bilang, penyakit kakakku sudah parah. Kalau nggak meninggal ya gila. Soalnya, infeksi malarianya sudah menyerang saraf otak. Namun, syukurlah masa kritis itu bisa kami lalui, Kakakku masih ada hingga sekarang dan senantiasa rajin membuatku marah.
Jadi, apa itu Malaria?
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk berparasit. Gigitan nyamuk tersebut menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh manusia. Parasit itu akan menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah merah. Parasit malaria ini bernama Plasmodium.
Jenis Plasmodium pun bermacam-macam, sehingga berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya. Oh ya, malaria juga disebut penyakit tropis, karena Malaria termasuk ke dalam penyakit yang hanya terjadi di wilayah beriklim tropis, salah satunya adalah negara Indonesia. Cuaca negeri tropis yang panas dan lembab (karena hujan sepanjang tahun) membuat penyakit tersebut dapat berkembang sangat pesat.
Berdasarkan pernyataan di Alodokter.com, gejala penyakit malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk. Munculnya gejala melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil, demam, dan sakit kepala, lalu si penderita akan mengeluarkan banyak keringat dan lemas sebelum suhu tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat timbul mengikuti siklus tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana) atau 4 hari sekali (kuartana). Apabila pasien tidak bisa bertahan atau terlambat dalam penanganan, pasien tersebut bisa saja meninggal. Beberapa komplikasi serius yang disebabkan oleh malaria, di antaranya anemia berat, hipoglikemia, kerusakan otak, dan banyak organ gagal berfungsi. Komplikasi tersebut dapat berakibat fatal dan lebih rentan dialami oleh balita serta lansia
Penyembuhan Malaria
Meski belum ada vaksinasi untuk mencegah malaria, dokter dapat meresepkan obat antimalaria sebagai pencegahan jika seseorang berencana bepergian atau tinggal di area yang banyak kasus malarianya. Selain itu, pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu pada tempat tidur, menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta menggunakan krim atau semprotan anti nyamuk.
Namun, Indonesia adalah negari yang kaya budaya dan tradisi, sehingga kita mengenal istilah tradisional yang telah diajarkan secara turun temurun dengan memanfaatkan tumbuhan yang ada di alam. Ada beberapa obat tradisional yang memiliki manfaat untuk menyembuhkan penyakit malaria seperti brotowali. Meski memiliki rasa yang sangat pahit, tapi tumbuhan itu memiliki manfaat yang cukup besar bagi kesehatan. Untuk Menyamarkan rasa pahit, biasanya diambil kulitnya sedikit dan di konsumsi bersama pisang karena tanaman ini terkenal karena pahitnya.
Selain itu, tanaman kopeng (Ficus Ribes) juga bisa dijadikan obat. Kopeng itu sendiri adalah pohon yang tumbuh di bawah ketinggian 1.500 mdpal. Tingginya mencapai 15 m dengan gemang/diameter batang kayu 30 cm. Kopeng juga disebut walen (orang Sunda), ampere (orang Madura), Kopeng atau preh (orang Jawa tengah). Orang Jawa kuno biasa memanfaatkan kulitnya sebagai obat malaria.
Malaria dalam Sejarah Indonesia
Pada masa kolonial, malaria pernah menjadi momok yang mengerikan di Nusantara. Dahulu, memercayai bahwa malaria ditularkan dari seekor nyamuk adalah keanehan. Sehingga banyak yang belum menyadari penyebab dan cara mengobati penyakit tersebut. Termasuk warga Belanda itu sendiri.
Penyakit malaria juga sempat kembali mewabah di tahun 1950an. Ratusan ribu warga Indonesia saat itu meninggal karena wabah malaria. Untuk menangani kasus tersebut, di tahun 1959, pemerintah mengambil beragam upaya untuk memberantas malaria dengan membentuk Dinas Pembasmian Malaria. Di tahun 1963, nama Dinas Pembasmian Malaria diganti menjadi Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM).
Dengan bantuan WHO dan USAID, pemberantasan wabah malaria salah satunya dilakukan dengan penyemprotan obat jenis DDT secara masal ke rumah-rumah penduduk di Pulau Jawa, Bali dan Lampung. Penyemprotan masal tersebut pertama kali dilakukan secara simbolis oleh Soekarno yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI di Desa Kalasan, Yogyakarta, tangga 12 November 1959. Berangkat dari sejarah kelam itu, pemerinta pun menjadikan tanggal 12 November sebagai peringatan Hari Kesehatan Nasional dengan harapan Indonesia dapat terus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia sekaligus memberikan pemahaman mereka akan pentingnya hidup sehat. Sebab, kita tentu saja tidak ingin mengulang kembali sejarah kelam itu, bukan?[]
Referensi :
https://www.alodokter.com/malaria
https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/12/150900565/berawal-dari-wabah-malaria-ini-sejarah-hari-kesehatan-nasional?page=all. https://tirto.id/menjinakkan-malaria-di-zaman-kolonial-cPlD
https://www.borneonews.co.id/berita/92525-inilah-obat-tradisional-untuk-menyembuhkan-malaria
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top