iii. Dari Keju, Stamppot, ke Rijsttafel

Makanan Belanda

Keju Edam (Sumber gambar tribun travel)


Pernahkah kamu mendengar tentang keju Edam? Nyaris setiap orang yang berkunjung ke Belanda tidak pernah luput menyempatkan diri mencicipi panganan yang satu itu. Seperti negara Eropa lainnya, Belanda memang terkenal dengan produksi keju yang lezat. Keju Edam berasal dari kota Edam—Belanda yang secara tradisional berbentuk bulat dan berwarna kuning terang dan dibungkus dengan parafin dan malam berwarna merah. Edam yang berumur setidaknya 17 minggu dibungkus oleh malam berwarna hitam, bukan merah atau kuning. rasa yang sangat lembut, sedikit asin atau terasa seperti kacang, keju ini juga tidak berbau bila dibandingkan keju lainnya. Keju ini juga memiliki kandungan lemak jauh lebih rendah dibandingkan keju tradisional lainnya. Meski berasal dari kota Edam, keju Edam sudah banyak tersebar di wilayah Belanda lainnya sehingga memperluas kesempatan bagi turis untuk mencicipinya. Bahkan, sekarang kamu juga sudah bisa mendapatkannya di Indonesia juga loh!

Namun, ternyata kuliner Belanda tak hanya tentang keju saja. Masih banyak menu lain yang bisa dicoba jika berkunjung ke negara itu, seperti Waffle, Croquettes (Kroket), Friet Mayonnaise (Kentang goreng dengan mayonnaise), Texel Lamb, Ikan cod dari kawasan laut utara, Erwtensoep (sup kacang polong), Zeeland mussels (Kerang Zeeland), Asparagus limburg, dan Haring (Ikan Herring) yang berasal dari Rotterdam. Khusus Menu Haring, ini biasa disajikan dalam keadaan mentah dengan taburan bawang. Buat kamu yang menyukai makan makanan mentah seperti shasimi, Haring juga bisa kamu coba kalau ke Belanda.

Meskipun demikian, makanan yang kerap direkomendasikan kepada turis jika bertanya mengenai makanan khas Belanda justru Stamppot-lah pilihannya. Stamppot terbuat dari kentang yang direbus dan dihancurkan (mashed potatoes) dan di campur dengan beberapa sayuran seperti wortel. Stamppot bisa juga disajikan bersama sayuran hijau lainnya seperti Boerenkool. Yang lebih lezat lagi, Stamppot dihidangkan ketika panas bersama dengan sosis besar bernama Rookworst. Makanan ini biasanya disajikan saat musim dingin tiba. Dan, tentunya sangat enak. Semakin zaman berkembang, Stamppot pun sudah punya variasi. Di antara lain adalah Hutspot dan Wortelstoemp. Hutspot yang merupakan hidangan nasional Belanda ini berbahan dasar daging. Sementara wortelstoemp berasal dari wortel (ya tentu saja ...)

Stamppot (Sumber gambar Google)

Lalu bagaimana dengan Rijsttafel?
Dari sekian banyak kuliner di Belanda, Rijsttafel adalah yang paling menarik perhatian saya. Makanan yang berarti nasi meja ini ternyata punya sejarah di masa kolonial.

Rijsttafel adalah menu yang terinspirasi dari panganan orang asli Nusantara. Di era kolonial (dan kita tahu betapa lamanya itu), banyak warga Belanda yang menetap di Nusantara dalam waktu yang tidak sebentar. Terbatasnya transportasi—dan belum ada kepraktisan jasa pengiriman membuat bangsa Belanda harus beradaptasi di negara tropis itu.
Selain itu, kebutuhan biologis mendorong banyak lelaki Belanda mengambil wanita Indonesia (karena wanita Eropa jumlahnya terbatas di Indonesia pada saat itu) untuk dijadikan pelepasan hawa nafsu, disebut Nyai. Para Nyai itu, ada yang dinikahi secara resmi—bahkan dibawa ke Negara Belanda, jika beruntung atau dijatuh-cintai. Namun, ada pula yang hanya dijadikan sebatas peliharaan saja, dan ditinggal begitu lelaki itu bosan atau kembali ke Belanda. Jika kamu pembaca novel Bumi Manusia—Nyai Ontosoroh adalah salah satu contoh nyata dari perempuan Indonesia pada zaman itu.

Para Nyai itu mengurus kebutuhan lelaki Belanda dari dapur, sumur, kasur. Dan tentu saja cara mengurus itu mengikuti cara si Nyai—sesuai Indonesia. Dari sini, budaya Indonesia dan budaya Belanda pun makin bersinggungan. Ya, tanpa sadar, Belanda yang menjajah dan bertindak sebagai 'tokoh superior' pada masa itu justru terpengaruh juga pada negara jajahannya. Termasuk makanannya yang kaya rempah-rempah, Rijsttafel.

Rijsttafel sengaja dicetus oleh para penjajah untuk menjamu tamu-tamu sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya negeri jajahan mereka, dalam hal ini Nusantara atau Indonesia. Makanan itu terdiri dari berbagai hidangan yang disajikan dalam porsi kecil-kecil. Biasanya dalam piring-piring kecil itu akan ada nasi kuning, nasi goreng, bakmi, perkedel, sate, serundeng, tahu telur, telur balado, bebek betutu, babi kecap/beef smoor (semur daging), rendang, opor ayam, sayur lodeh, acar, sup, gado-gado, kerupuk, berbagai jenis sambal matang dan mentah, serta lemper, lapis legit, dan lumpia sebagai makanan kecil. Tak jarang pula rijsttafel disajikan dalam perayaan hari-hari besar oleh para pelayan pribumi berseragam sarung atau beskap.

(Rijsttafel - Sumber gambar dream.co)


Sampai saat ini, Rijsttafel masih kerap dihidangkan oleh keluarga-keluarga Belanda yang leluhurnya memiliki ikatan dengan sejarah Hindia-Belanda. Bahkan, Rijsttafel juga biasa dijajakan di restoran Asia di Belanda. Hanya saja, harganya tentu tak semurah di negeri sendiri. (saatnya menyanyikan lagu lebih baik di sini rumah kita sendiri)

Berbeda dengan Belanda, Rijsttafel justru sudah mulai ditinggalkan oleh keluarga Indonesia (meski masih bisa menemukannya di momen-momen tertentu sastra tahlilan, restoran, hotel, atau makan di rumah makan Padang). Itu, dikarenakan menu Rijsttafel yang terlalu banyak dan dinilai pemborosan. []


Referensi
*Merdeka.com
*

Account Youtube Bella Hasky
*Wikipedia.com
*dream.co

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top