R-20
Vote dulu baru baca!!
Naree pov
Namjoon mengerogoti seluruh leherku, lidahnya menjular dari leher sampai kebagian dadaku. Pria ini merobek bajuku dengan keji, lalu meremas kedua gundukanku dengan kasar.
"Aku berusaha mengigiti bibirku agar suara desahan itu tidak muncul.
Ntah kenapa ikatan tanganku ini kuat sekali, bagaimanapun ku tarik tetap tidak lepas.
Aku mohon.
Jangan.
Setidaknya jangan di depan Jimin, aku malu.
Tidak cukup kotorkah tubuhku selama ini, kenapa Tuhan ingin memberiku ujian seberat ini.
Apa salahku??
Aku bahkan adalah gadis pertama yg selalu bekerja amal di sekolah, tapi kenapa hidupku rumit sekali seperti pemeran utama pada fanfiction umumnya.
Selalu saja ada masalah yg datang silih berganti, kapan selesainya semua ini?
Dengan kasar ternyata Namjoon sudah memasukkan salah satu jarinya kedalam kepunyaanku, aku menjerit histeris karna terkejut.
Ingatlah sudah ada bayi di dalam sana, apakah ia tidak bisa melakukannya dengan pelan??
"Jimin-tolong-aku!!" Isakku juga berusaha mengigiti bibirku.
Namjoon menarik wajahku, membuatku berhadapan langsung dengan muka sanggarnya itu.
Lalu ia pun menciumku dengan paksa, membuatku kesulitan bahkan hanya untuk bernafas.
"Jangan minta tolong kepada pria lain!"
"Apakah kamu tidak sadar aku akan cemburu!"
"Baik, aepertinya aku harus menghabisi pria itu dulu sebelum bermain denganmu."
"Apa yg ingin kamu lakukan? Oppa, please... jangan...."
Namjoon melepaskan tubuhku yg sudah hampir bugil itu, atasannya sudah terbuka semua, hanya sisa rok dan celana dalamku yg masih bergantung disalah satu kakiku.
Namjoon mendekati Jimin yg terlihat masih berusaha melepaskan pengikatnya tsb.
Aku berteriak histeris ketika Namjoon mengambil pisau yg ada di tangannya dan di tancapkan kearah Jimin, ku tutup kedua mataku tidak berani menyaksikan hal tsb.
Ku mohon, kamu harus baik baik saja Jim.
Tiba tiba ku rasakan ada darah yg muncret disekitarku, aku tidak tau darah siapa itu.
Aku terlalu takut.
Seseorang tiba tiba menghampiriku, berusaha membuka ikatanku "Naree ya, kamu tidak apa apa kan?"
Suara ini? Iya, ini suaranya Jimin. Kok bisa?
Aku tidak tau kalau ternyata ia sudah berhasil melepaskan ikatan tangannya sebelum Namjoon menancapkan pisaunya tsb.
Ketika Namjoon mendekatinya, Jimin pun langsung menendangnya menjauh dan mengunakan kesempatan ini untuk membebaskan Naree yg masih terikat itu.
"Awas, Jimin! Belakangmu!!"
Tepat disaat ikatanku terbuka, kulihat Namjoon sudah bangkit dari posisinya--kembali mencari keberadaan pisaunya dan mendekati kami.
Jimin sebenarnya bisa menghindar, tapi ia memilih membantuku--membiarkan pisau tsb menancap diperutnya.
"aghh!!"
"JIMIN AAAHH!!!"
"BRENGSEK KAMU OPPAAA!!!"
"HAHAHAHAHAH"
"Sekarang tidak adalagi yg dapat memisahkan kita, Naree Hahaha!" Namjoon pun mendekatiku, tapi aku berusaha menjauh darinya.
"Pergi!! PERGI!!!"
"Jangan mendekat!!"
Aku terus mundur dan mundur, sedangkan Namjoon terus berjalan mendekatiku.
Dengan senyuman super brengseknya itu, pria ini membasahi bibirnya yg nampak tebal dan memikat tsb.
Namjoon berhasil mengapai salah satu tanganku, aku berusaha melepaskannya tapi sulit.
Tiba tiba saja Jimin yg sudah tergeletak dibawah lantai itu memeluk kaki Namjoon dengan kedua tangannya. "Lari!" Teriaknya kemudian.
"Cepat lari, Naree!"
Mengunakan kesempatan ini, walaupun sebenarnya aku tidak tega melihat Jimin yg terus ditendangi oleh Namjoon--akhirnya aku kabur juga dari rumah tsb.
Belum juga pintu tsb berhasil kubuka, beberapa orang tiba tiba mendobraknya membuatku yg sedang berpenampilan setengah bugil itu langsung berjongkok menutupi kedua gundukanku.
"Kamu tidak apa apa, agashi?" Pria tsb memberikan jaketnya untuk menutupi tubuhku.
"J-Jimin dia...."
Empat pria berbadan tegap yg berada dibelakang pria tsb pun langsung menangkap Namjoon dan menyuntiknya, gak seberapa lama kemudian Namjoon ambruk dan tak sadarkan diri lagi.
Aku langsung mendatangi Jimin yg sudah tergeletak lemas disana. "Bertahanlah, Jim. Kita akan segera membawamu ke rumah sakit, bertahanlah!"
Jimin meletakkan tangannya di wajahku, menghapus airmataku. "Nar... aku-tidak-bisa-lagi ukh.... sepertinya- aku akan- mengikuti noonaku."
"Tidak, jangan katakan itu hiks."
"Ssstttt... dengarkan-aku-dulu."
"Jangan bicara lagi, please... kamu harus kuat, aku percaya kamu akan baik baik saja. Jimin ah!"
"Sebenarnya... aku tau-mengapa-noona memintaku menolongmu-karna..ia tau-sebenarnya aku- uhuk..."
"Berhentilah bicara!!"
"...bila-tidak-ada noona, aku-akan jatuh cinta padamu- Na-ree............." tangan Jimin yg awalnya berada diwajahku, pelan pelan mulai melemah dan akhirnya jatuh tidak bertenaga.
"TIDAKKKKKKKK!!!!!"
☆☆☆
Aku berjalan setapak demi setapak memasuki ruangan pasien tsb.
Aku sendiri tidak sadar, ketika berteriak aku pun ikut pingsan dan mereka langsung membawa kami menuju ke rumah sakit.
Begitu siuman aku langsung mencari keberadaan Jimin dan mereka mengatakan kepadaku kalau Jimin berada disini.
Aku bertanya apakah dia baik baik saja, tapi suster tsb enggan menjawabku dan hanya memintaku untuk cepat masuk dan melihatnya.
Aku takut.
Bagaimana kalau?
Kalau....
Ada seorang pasien yg tubuhnya sudah ditutupi oleh kain putih.
Aku bukan anak kecil, aku tau apa maksudnya itu.
Bukankah itu berarti??
"JIMIN AAAHHHHH!!!
"HWUAAAAA HWAAAA!" Tangisku mengelegar disamping kasur tsb.
Aku terus mengoyangkan badannya, tapi aku sadar, pria ini tidak akan siuman lagi. "Bagaimana bisa kamu juga meninggalkanku, bagaimana denganku sekarang? Hiks hiks"
"Kenapa hidupku seperti ini, KENAPA?!"
#tanyakan pada author sini 😏
"Agashi! Kim agashi?" Seorang pria terus menjauhkanku dari tubuh Jimin, tapi aku terus meronta tidak ingin pergi.
"Lepaskan aku! Jimin belum mati, BELUM!!"
"Iya, siapa juga yg mengatakan kalau ia telah mati agashi. Agashi sendiri kan?"
Eh?
EHHH??
"Jadi--"
Pria tsb menarik penutup kainnya Jimin dan terlihat wajah Jimin yg sedang menahan tawanya dibawah sana.
"ANJ LO JIM, KAMU--"
"AW! SAKIT! AKU SEORANG PASIEN, KIM NAREE!"
"Kamu sih... lagian kenapa pura pura mati, kamu tidak tau kalau aku-- hiks." Tanpa sadar airmataku kembali menetes, tapi setidaknya aku lega sekarang.
Ya ampun... untung saja author masih menyayangiku, tidak membiarkan pria yg berada disisiku ini mati.
"Aku malu...." jawab Jimin dengan pipi merahnya. "Aku telah mengungkapkan perasaanku dan ternyata aku tidak jadi mati, memalukan!"
Jimin kembali bersembunyi dibawah kain putih tsb.
Sedangkan pria yg sedaritadi berada ditengah kami ini kebinggungan.
"Oh, perkenalkan... aku Jung Hoseok. Klo sudah tidak ada masalah lagi, aku permisi."
"Bentar!"
Kulepaskan jaket yg sedang kukenakan ini. "Ini punyamu bukan? Makasi ya."
Kulihat wajah pria itu memerah, apakah ia kembali mengingat kejadian tadi--
Uhuk 😶
"I-iya, masama."
"Ohya, ini kartu namaku. Kalau ada apa apa kamu bisa menghubungiku. Aku seorang polisi, walaupun aku sedang cuti sekarang. Tapi kalau memerlukan bantuanku, aku pasti akan membantumu."
"Iya, makasi sekali lagi."
"Hm, klo gitu." Pria ini pun pergi.

Tbc
Makasi buat yg masi setia baca ff ini ya
Aku tau aku bukan seorang pembuat cerita yg handal, harap dimaklumi. Cukup kalian suka aja aku udah senang hehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top