Part 4.
AN; Maafkan imajinasiku yang lagi buntu yaaaa 😭😭 Huhu, semoga tidak mengecewakan!
___
"
Kau adalah gadis yang berdansa denganku semalam, kan?"
"Kau adalah gadis Junghae.."
Cezanne berdiam sejenak. Dia memikirkan kata-kata yang tepat, namun yang keluar sebaliknya,
"Bukan, aku bukan gadisnya Junghae" Cezanne menggeleng.
"Lalu?"
Tatapan Will mengintimidasi, rahangnya ditegangkan, jantung Cezanne berdebar kencang seketika.
"Aku, hanya seorang-" Cezanne menggigit bibirnya, entah apa yang harus dikatakannya lagi.
Keheningan menyelimuti mereka berdua, bertatapan. Cezanne merasakan dirinya hanyut di dalam mata biru Will. Tatapannya lembut sekali.
"Sepertinya aku mengerti" Will menyisir rambutnya keatas dengan jemarinya.
"Aku kira kau adalah gadisnya, sudah lama sekali aku tidak melihat Junghae dengan seorang wanita." Will mengulum bibirnya sendiri.
"Benarkah?" Cezanne membelalakkan matanya. Dia kira Tuan Junghae merupakan pemain cinta dan pemain seks yang ulung. Lelaki seperti itu mana bisa hidup tanpa seks. Mungkin sebelumnya dia tidak pernah membawa pelacur-pelacur itu ke dalam suatu acara, masuk akal.
Will hanya mengangguk. "Maafkan aku malah bertanya urusan pribadimu.." Will terkekeh.
"Kau akan mulai shoot dengan hari dan tanggal yang ditentukan, ini adalah kontrak kerja perproject ya.." Will menyerahkan buku yang dijilid rapi dengan sampul bertuliskan BXT Ent., foto Oliver, serta karton biru sebiru mata Will.
Cezanne membalik halamannya santai, dia membaca cepat beberapa poin perihal pekerjaan barunya itu. "Terima kasih Mr. Will" Dia tersenyum.
Mereka berjabat tangan, Cezanne sudah bersiap beranjak dari kursinya.
"Saya janji akan datang tepat waktu sebelum shoot dimulai!" wajahnya berseri-seri. Dia tidak sabar untuk memulai pekerjaannya, apalagi bekerja dengan sahabatnya sendiri, Ricky yang sudah mengerti angle terbaik Cezanne. Dia bersyukur sekali.
"Sekali lagi terima kasih Mr. Will" Cezanne tersenyum lebar. Pemuda di depannya ini ternyata tampan dan baik hati, Cezanne beruntung sekali, apalagi kalau bisa direkrut oleh BXT Ent. yang sudah mengeluarkan penyanyi dan selebriti yang sukses di layar kaca, tentu karirnya akan melonjak. Dia harus memberikan pelukan besar untuk Ricky, atau ciuman pipi, atau beribu-ribu terima kasih, kesannya masih belum cukup.
Sesaat sebelum Cezanne melangkahkan kakinya keluar, Will menggenggam tangannya, membuat gadis itu tersentak, "Ya, Mr. Will?"
"Apa kau akan bertemu Junghae lagi dalam waktu dekat ini?" tanyanya, sedikit berbisik.
"Aku belum tahu apakah dia akan memanggilku lagi.." Cezanne menjawab.
"Apakah kau akan menceritakan hal ini padanya?" Will menatap lurus.
"Aku tidak terlalu akrab dengannya, Mr. Will" ujarnya lagi.
"Maaf aku bertanya terlalu banyak" Will Baxter terkekeh, menengok jam tangannya. "Sudah malam, kau harus pulang" Dia tersenyum ramah.
"Tidak apa-apa Mr. Will" Cezanne mengangguk, meninggalkan lelaki tampan itu mematung di ambang pintu.
Cezanne berjalan cepat, menemui Ricky yang menunggunya dengan sabar , masih di tempat yang sama, tidak beranjak sedikitpun.
"Maaf aku terlalu lama ya?" Cezanne menhentakkan kakinya beberapa kali.
"Tidak..." Ricky tersenyum. "Aku bangga padamu, Akting spontan yang bagus, Kau pernah berkata bahwa akting adalah kelemahanmu, namun kau membuktikan sebaliknya..." Ricky menepuk pundak gadis di hadapannya.
"It's only a matter of luck, Ricky. Tadi itu benar-benar kebetulan" Cezanne menggelengkan kepalanya. "Masih terasa surreal!" Cezanne menghela napas panjang.
"Kau yang membawa aku ke sini Ricky, aku berhutang banyak padamu!" Cezanne dengan spontan memeluk lelaki di hadapannya.
"Ah, jangan berlebihan. Aku tidak berpengaruh apa-apa di sini" Ricky tersenyum, menampilkan smile line yang menambah ketampanan wajahnya dua kali lipat.
"Hei, bagaimana kalau kita makan malam? Kau pilih tempatnya" ujar perempuan itu.
"Boleh, Uhm kita pikirkan sembari berjalan saja ya?"
"Baiklah" Cezanne mengangguk, berjalan mengikuti Ricky hingga ke parkiran mobil lalu mengambil teleponnya yang bergetar lalu menghidupkan mode sunyi dan memasukkannya kembali ke dalam tasnya.
"Siapa itu?" Ricky membuka pintunya, mempersilakan Cezanne untuk duduk di kursi sebelahnya.
"Biasa"
"Jung- Jung siapa lah itu"
"Junghae" Cezanne menjawab.
"Ada apa? Dia minta kau temani malam ini?" Ricky memutar bola matanya.
"Jahat sekali kau ini!, aku tidak pernah melakukan apa-apa dengan lelaki itu" Cezanne setengah merengek.
"Hah? Benarkah?" Mata Ricky membulat.
"Aku bukan wanita seperti itu Ricky" Ada nada kesal di suara Cezanne, diikuti decakan lain saat pemuda Junghae kembali meneleponnya.
"Angkatlah saja dulu, agar tidak mengganggumu terus" Ricky menoleh, memulai mesinnya, lalu keluar dari gedung BXT Ent.
"Berbicara dengannya butuh energi ekstra, Ricky" Perempuan itu menghapus makeup mata dengan tisu basah dari dalam tasnya.
Lelaki itu terkekeh. Orang penting memang menyebalkan, pikirnya.
"Ya sudah, kita makan dan bersenang-senang saja ya, Jangan pikirkan Junghae, oke?" Ricky membelai surai perempuan yang sudah dianggap adik kecilnya itu.
"Ide bagus Ricky" Cezanne tersenyum. "Aku ingin pulang ke Prancis, namun masih belum bisa membawa kabar baik untuk keluargaku" Perempuan itu menatap jendela, air mata membendung di sana.
"Tunggulah sebentar lagi, nanti kau bisa bawa kabar gembira untuk mereka." Ricky kembali membelai gadis itu, menenangkannya.
"Semoga saja ya" Perempuan itu menyeka air matanya, menatap tulisan "WILSON'S DINER" yang berpendar merah di depannya.
"Wilson's Diner? Kau tidak mau membawaku ketempat istimewa? Kali ini aku yang membayar makanannya" Cezanne menatap serius pada lelaki yang tersenyum lebar itu.
"Tempat ini istimewa buatku, kita sering makan di sini. Kau juga menyukainya kan?" Ricky terkekeh.
"Iya"
"Berarti tempat ini memang istimewa, semoga kau akan tetap mendatangi tempat ini walaupun sudah terkenal nanti" Ricky berkata lirih.
"Rick, aku jadi emosional. Jangan berkata seperti itu!" Cezanne menepuk pundak lelaki itu.
"Ayo kita makan, perutku lapar sekali" Ricky menarik perempuan itu turun dari mobilnya, bibi Silva sudah tersenyum melihat kedatangan mereka.
"Cezanne! Ricky! Chicken and Waffle juga Chocolate Milkshake ektra whip cream?" Dia tertawa terbahak-bahak, khas bibi Silva.
"Benar sekali bibi!" Ricky menjabat tangan perempuan gempal di depannya. "Apa kabar bibi? Aku rindu waffle bibi" Lelaki itu merengut, membuat Cezanne jadi gemas.
"Aku juga rindu Milkshakenya bibi" Cezanne ikut menimpali.
"Aku merindukan kalian!" bibi Silva memijat lengan kecil Cezanne.
"Kami duduk di sini ya" Ricky melambaikan tangan dari meja nomor 2.
Cezanne menatap seisi Wilson's Diner. Dia memang suka sekali ke tempat ini, apalagi saat cheatday, Hanya Wilson's Diner yang mengobati kerinduannya dengan Chocolate Milkshake ekstra Whip cream.
Ricky di depannya ikut tersenyum, memikirkan segala kemungkinan kalau-kalau Cezanne memang akan terkenal nantinya. Ricky adalah pemuda sederhana, bisa menempatkan diri, kehidupan sosialnya memang liar, namun dia berjanji akan melindungi Cezanne dari segala bahaya di depannya.
"Ricky? Apa yang kau pikirkan? Kau membuatku cemas" Cezanne menepuk pipi Ricky.
"Tentang Kau dan dunia di sekitarmu. Liar, bahaya, membingungkan. Pesanku, keep your feet on the ground." Lelaki itu memberi tatapan menenangkan.
"Ricky Astaga! Ini baru permulaan, tak ada yang tau apa yang akan terjadi selama beberapa bulan kedepan."
"Exactly. I know you're going to be big, Cezanne" Ricky menangkup wajah Cezanne dalam genggamannya.
"Terima kasih atas doamu" Perempuan itu terkekeh. "Harapanku sama untukmu"
Ricky membuka mulutnya ingin berkata, saat makanan mereka sampai pada meja. "Wah, enak sekali aromanya!" Cezanne menelan salivanya.
"Terima kasih bibi Silva"
"Selalu untuk kalian" Perempuan itu beranjak ke meja 7 untuk mengantarkan pesanan yang lain.
"Kau mau berkata apa?" Cezanne memotong ayam di piringnya.
"Sudah lupa. Kalau ingat akan ku telepon malam nanti" Ricky menyesap minumannya.
"Penting memangnya?"
"Tidak, tapi aku pelupa" jawabnya lagi.
"Ya sudah, telepon saja aku" Cezanne melahap makanannya dengan cepat, dan menghabiskan dua gelas milkshake saking rindunya.
"Aku mengantuk, ingin pulang" Cezanne merengek, setelah membayar makan malamnya di kasir, kini menjilati sisa whip cream di sedotannya.
"Ayo pulang cantik" Ricky tertawa. "Terima kasih makan malamnya"
Cezanne hanya mengangguk, berjalan cepat ke mobil sembari menengok 30 panggilan tak terjawab oleh Mr. Junghae.
"Aku sudah lelah sekali Ricky" Cezanne kembali mengeluh, membuat pemuda itu mempercepat laju mobilnya.
"Sabar ya Anne, anak itik. Sabar sedikit" Ricky memanggil Cezanne anak itik, karena perempuan itu tidak berhenti merengek.
Dia menepuk lengannya kencang sekali, Ricky hanya meringis kesakitan. Setelah beberapa menit perjalanan, Cezanne tertidur pulas.
"Hei, bangun! Sudah sampai" Ricky menggoyangkan tubuh perempuan itu lembut. Matanya membuka sedikit, masih mengantuk.
"Mau kutemani sampai kamar?"
"Tidak, di sini saja ya Rick. Terima kasih banyak"
"Benarkah?"
"Ya" Cezanne merapikan barangnya, mengecup pipi lelaki itu. "Bye Ricky, istirahat yang cukup!" Dia melambaikan tangan, berjalan linglung ke kamarnya.
Ricky hanya menggelengkan kepala, takut kalau gadis itu tersungkur karena belum sadar sepenuhnya.
Cezanne merogoh tasnya, mengeluarkan kunci apartemennya, masih dengan mata setengah tertutup.
"Selamat malam Cezanne..."
Tuan Junghae duduk pada sofa di depan elevator.
"Aku menunggumu tiga jam di sini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top