Part 3.
AN: Ku berusaha oleng ke Tom hari ini sambil nonton BTS (Behind the Scene)nya Early Man, lucu banget, tapi aku malah makin oleh ke Eddie tolonglah diriku ini😭, Tom juga gemes sih tapi, 😭.
Anywaaaaay, perkumpulan lelaki ganteng di sini, ayo merapat.
Semoga suka ya, Borahae💜
LANJUT GAK?😘
____
Cezanne sudah siap dengan tank top putih, jaket jeans dan celana jeans-- tipikal audisi model. Rambut honey blondenya itu diikat satu dan tidak lupa Ia membubuhkan makeup tipis seperti lipstick merah muda, blush, dan mascara.
Folder besar berisi portofolionya itu juga dibawa dalam totebag kulit berwarna hitam lengkap dengan model shot tanpa makeup beserta biodatanya.
Cezanne sudah siap sekali sepertinya saat ketukan pada pintu malah membuat jantungnya berdetak semakin kencang. Ricky sudah datang.
Dia membuka pintunya, mendapati lelaki tampan berambut pirang dengan senyuman yang menghiasi bibir tipisnya. "Hai Cantik" ujarnya.
"Sudah siap belum?" Dia menggenggap daun pintu sambil menyandarkan kepalanya.
"Sudah, " Cezanne membubuhi parfum aroma bunga di leher dan pergelangan tangannya, memeriksa kembali beberapa perlengkapan yang dia butuhkan. Sudah semua.
"Tunggu.." Cezanne membalikkan badan. "Kenapa kau mau menjemputku? Bukankah kau seharusnya berada di ruang audisi?" tanya gadis itu.
"Sedang waktu istirahat, lokasinya dekat. Kalau jauh aku suruh kau berangkat sendiri" Ricky terkekeh.
Cezanne memutar bola matanya. "Ayo berangkat" Cezanne tersenyum kecil.
"Jadi sekarang kau sudah yakin?" Ricky menggoda lagi.
"Sedikit" Gadis itu memberi isyarat pada Ricky untuk menjauh dari ambang pintu karena dia sedang mengunci pintu apartmennya.
"Tenang saja, kau pasti bisa!" Pemuda itu memijat ringan lengan Cezanne seraya menghirup aroma semerbak parfum wanita itu.
"Anne" panggilnya.
"Ya?"
"Kau cantik sekali sih, Nanti kalau penyanyinya jatuh cinta, lalu siapa yang akan menemaniku untuk mengambil foto lagi?" Ricky merengut.
"Kau pasti akan terkenal dan tak luput dari kejaran paparazzi" ujarnya lagi.
"Ah, Ricky, jangan banyak berkhayal. Penyanyi terkenal pasti punya banyak simpanan lah.." Gadis itu berjalan berlenggak-lenggok menjauhi Ricky di belakangnya.
"Bukakan pintunyaa" Dia merengek membuat Ricky kembali terkekeh melihat tingkah lakunya. Cezanne hanya bisa bersikap seperti ini pada Ricky, tidak dengan pemuda lainnya.
Gadis itu memiringkan kepala dan menyandarkannya pada jendela. Entah kenapa hatinya kacau sekali. Dia takut gagal audisi. Sudah beberapa audisi yang terlewatkan hanya karena acara Tuan Junghae yang tidak sesuai dengan jadwal rencananya.
Jangan sampai dia gagal lagi. Lagi pula Ricky berkata bahwa video musik kali ini cukup menjanjikan bukan?. Kita lihat saja apakah takdir berbaik hati memberinya kesempatan untuk keluar dari kubangan gelap itu.
Akhirnya mereka sampai juga. Cezanne sudah membayangkan lokasi musik video tetapi alangkah bodohnya dia karena ternyata audisinya dilakukan di gedung tinggi dengan tulisan BXT Ent.
BXT Entertainment. Nama yang tak asing. Entah dia melihatnya dimana. Cezanne melenggang percaya diri dengan Ricky yang mendahuluinya, masuk keruangan luas berwarna putih sedangkan dia harus menunggu gilirannya, dan menyerahkan foldernya pada seorang wanita dengan kacamata di depan pintu itu.
Tersisa 3 orang lagi, dan sekitar 20 orang setelahnya. Ricky memang berbaik hati menyimpan nomor antrian itu untuknya.
Gadis itu menengok kanan-kiri, perempuan-perempuan di sampingnya menatap fokus pada kertas di tangannya. Script? Matanya membelalak kaget karena Ricky tidak memberi informasi apa-apa, dan akting merupakan titik terlemahnya. Mati saja dia di dalam.
Lututnya terus bergoyang. Cemas, gugup, takut, kini bergejolak dalam hatinya. Apa yang harus dia lakukan?
Tiba saatnya namanya di panggil, pun dengan kaki yang masih bergetar dia memasuki ruangan itu.
Alangkah kagetnya dia melihat lelaki yang duduk dengan sweater tipis berwarna marun di ujung kursi itu. Astaga. Cezanne bergumam dalam hati, ingin lari saja.
Itu adalah Will Baxter, Pemilik dari BXT Entertainment, seorang Producer musik ternama. Bodohnya dia lupa hal itu. Wajahnya memerah, jantungnya berdegup kencang.
"Cezanne.." Will membaca profil gadis itu dari lembar pertama foldernya, tersenyum simpul dan sesekali memperhatikan tubuhnya dari ujung kaki hingga keatas. Darahnya berdesir hebat.
Tatapannya jatuh pada potret Cezanne dimana kain hanya menutup sebagian dari tubuhnya. Otak Will menggila sekarang.
Cezanne menanggalkan jaket denimnya, membuat Will kembali membayangkan gesekan jaket itu pada kulitnya, dan bagaimana tangan kasarnya mampu menggores kulitnya yang selembut sutra itu Cezanne memperkenalkan dirinya dengan singkat. Namanya terdengar familiar.
"Coba tunjukkan kami jalanmu" Seorang wanita berkata dengan dingin.
Mata elangnya dapat melihat Ricky yang kini sama tegangnya dengannya. Seakan dia merasakan kecemasan Cezanne yang sekarang berada di puncaknya.
Gadis itu berjalan dengan percaya diri, lalu berpose secara indah, menghasilkan senyum pada bibir indah Will Baxter di ujung sana. Terpesona, baru pertama kalinya dia melihat gadis se-menarik Cezanne. Menarik, polos, kadang menggiurkan juga.
Tunggu, Keningnya berkerut mengingat gadis yang diajaknya berdansa malam sebelumnya. Astaga. Dia adalah gadis milik Junghae. Senyumnya memudar sedikit. Dia pikir Junghae bisa bersaing secara sehat kan?
Seorang lelaki datang terburu-buru, dengan gelas berisi bir dan rambut yang di kuncir setengah, memecahkan konsentrasi Cezanne yang sedang menjawab beberapa pertanyaan dari wanita di depannya.
"Hai, maaf aku agak lama" Lelaki bermata hijau itu memberikan senyum dengan lesung pipi tergambar indah pada pipinya.
"Oliver? Oliver Styles?" Cezanne berseru dalam hati. Dia memang menyukai lagu-lagu Oliver, walau bukan termasuk dalam fans garis kerasnya, berada dengan jarak kurang dari 5 meter dari seorang Oliver Styles membuatnya ingin berteriak dari atas atap.
Dia menatap Ricky yang sedang terkekeh sekarang. Ricky tahu betul cara membuatnya menggila. Mungkin dengan hal yang lain juga.
Script dadakan, Oliver Styles, dan Will Baxter? Astaga, kepalanya hampir pecah sekarang. Dia berusaha keras tidak menatap Will yang daritadi masih memperhatikan setiap inci tubuhnya itu.
"Cezanne, kita mulai dengan scene pertama ya"
Dia tersenyum gugup, entah bagaimana caranya untuk mengakui bahwa dia tidak mempunyai script apalagi berlatih dialog juga belum.
"Maaf, anjingku merusak scriptnya" katanya berbohong.
"Ini, cepatlah" perempuan ketus itu memberikan kertas dengan kasar dan tatapan kesal pada Cezanne.
Gadis itu membacanya sebentar, lalu mempraktekannya spontan tanpa latihan yang serius. Dia hanya bisa pasrah sekarang.
Will Baxter menggigit bibir bawahnya, membayangkan gadis itu bersanding dalam video musik oliver, dengan gaun merah dan bra berenda yang jadi propertinya. Imajinasinya sudah pergi kemana-mana.
"Bagus! bagus!" Will bertepuk tangan meriah, diikuti Oliver yang berbisik pelan pada telinganya.
Cezanne memakai jaketnya kembali, menggenggam foldernya dengan gugup. Cezanne takut dia mengacau.
"Kau diterima!" Will berseru lantang.
"Apa?" Wanita di sampingnya terlihat tidak senang. "Bukankah sistemnya adalah pengumuman online Tuan Baxter?" ujarnya.
"Tetap lakukan pengumuman online, tapi kita sudah tahu keputusannya" ujar Will menggebu-gebu.
"Masih ada antrian di luar Tuan" ujarnya lagi.
"Kita akan terima saja, namun ingat, tak akan ada yang mengganti keputusanku" ujarnya.
"Benar. Kami sudah memutuskanmu untuk jadi bagian dari video musikku" Oliver menjabat tangannya.
"Te-terima kasih" Cezanne gugup, entah dia harus berkata apa sekarang.
Ricky tersenyum bangga, Cezanne melafalkan "Thank You" tanpa suara padanya dari kejauhan.
"Setelah ini selesai, jangan pulang dulu, ada yang ingin saya bicarakan," Will merapikan kertas-kertas di mejanya.
"Baik" Cezanne menjabat tangan mereka satu persatu dan meninggalkan ruangan. Menunggu 20 orang lagi dengan sabar sebelum akhirnya semua pulang dan hanya tersisa Oliver, Will dan Ricky di sana.
Ricky langsung berhambur ke luar, menepuk pundak Cezanne yang menegang. "You're doing a good Job" ujarnya.
"Thank you Ricky, ini semua berkatmu juga!" Cezanne memeluknya singkat.
"Kau ditunggu di ruangan Tuan Baxter, Ayo ikut saya" Wanita ketus itu mendatangi mereka tiba-tiba, lalu memimpin jalan ke ruangan Tuan Baxter.
Cezanne memberikan ciuman terbang untuk Ricky yang menunggu di depan pintu. Lalu mengikuti wanita itu dari belakang.
Dia membukakan pintunya, menampilkan lelaki seksi duduk di kursi putar kulit berwarna hitam. Semua penghargaan dan piala serta sampul album dan majalah di pajang rapi di kantornya.
"Cezanne.." suara beratnya membuat sekujur tubuhnya bereaksi. Cezanne seperti dibuat lupa ingatan.
"Ya, Tuan Baxter?" Dia mendekatkan duduknya.
"Aku mengingatmu.." Lelaki itu memulai, terkekeh geli mengingat pertemuan mereka di lantai dansa.
Wajah Cezanne memerah. Tubuhnya panas sekali. Dia ingin berlari atau melompat keluar saja rasanya.
"Benarkah?" tanyanya lirih.
"Kau adalah gadis yang berdansa denganku semalam, kan?"
"Kau adalah gadis Junghae.."
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top