Part 7.

AN; Hei guys, Chained up part 7 nih, semoga masih mau ngikutin ya! Sehat-sehat selalu semuanya💜

__

Kim Nala

Malam itu Nala akan berangkat ke Amerika. Beberapa hari yang lalu ka sudah mengabari orang tuanya tentang hal ini. Jantung Nala berdebar kencang, seperti ingin keluar dari dadanya. Dia harus bersiap menghadapi apa pun kejadian yang akan dialaminya beberapa hari kedepan.

Nala menekan tombol di ponselnya, hingga suara perempuan paruh baya menyapa, "Halo, Nala?"

"Halo Eomma, sebentar lagi Nala akan berangkat ke bandara, Nala mohon doa Eomma ya..." Nala berkata lembut.

"Hati-hati ya nak, iya pasti Eomma doakan selalu," Wanita itu menjawab, ada senyum di suaranya. Sudah lama Nala enggan menelepon eommanya sejak pertengkaran mereka karena Jungkook.

"Hati-hati Nala!" suara appa di belakang sana ikut terdengar. Nala tersenyum.

"Nala pergi dulu ya, Eomma, Appa..." Nala menggeret kopernya, masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu di depan lobby apartemennya.

"Baiklah, kabari kami ketika kau sudah sampai," ujar wanita itu.

"Oke, selamat malam Eomma..."

"Malam, Nala" mereka mematikan teleponnya.

Nala merapikan koper dan tas bawaannya, juga beberapa dokumen yang harus ditunjukkan sesampainya di bandara nanti. "Ke bandara ya pak," ujarnya pada supir taksi yang dengan sabar menunggu Nala sejak tadi.

Malam itu lalu lintas lancar, sampailah Nala pada bandara yang ramai pengunjung itu. Dikeluarkannya surat-surat penting lalu ditunjukkan pada petugas keamanan di sana.

Bandaranya besar sekali, Nala bisa hilang di sana sendiri. Setelah check-in tiket dan bagasi, mendapatkan nomor kursi dan juga melewati imigrasi untuk memeriksa visa dan paspornya, Nala kini bersantai di ruang tunggu.

Televisi besar terpasang di sana. Dengan beberapa charging spot untuk mengisi penuh baterai ponselnya. Nala duduk manis, dengan lutut ditumpangkan satu dengan yang lainnya, dia menatap televisi di depannya. Seorang pria asing duduk di sebelanya, menatap Nala lekat tak bergeming. Nala jadi takut sendiri.

Jungkook kembali muncul di layar besar itu, sayang, Nala tidak bisa berteriak saat ini. Nala mengatupkan bibirnya menjadi segaris tipis, melihat lelaki itu tampil dengan baju satin berwarna biru, menggairahkan.

"Jadi kau akan membocorkan tanggalnya pada kami Jungkook?" Hoseok kembali bertanya. Sepertinya Hoseok Talk Show sengaja dibayar untuk mempromosikan kolaborasi Jungkook, pikirnya.

"Bersiaplah, drum roll" Jungkook bergurau, menciptakan senyuman lebar pada bibir gadis itu.

Ayo katakan.

"Acara rilis lagu akan diadakan pada 16 april, dilanjutkan dengan fansign"

Mata Nala membelalak. "Posternya sengaja belum kami publikasikan," ujar Jungkook lagi.

Kalau saja dia tidak berada di bandara, pasti Nala sudah berteriak sekeras mungkin.

"16 april? Itu kan hari terakhir NYFW" Nala menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, melihat jadwal dalam buku kecilnya.

Bisa kok, bisa, harus bisa. Nala berkata dalam hati. Dia rela melakukan apa saja demi bertemu dengan Jungkook sedekat itu. Perjuangan belum selesai, Nala harus bertarung memperebutkan tiket yang akan meloloskannya dalam fansign itu.

"Are you okay?" Lelaki itu menepuk pundak Nala yang masih mematung tak bergerak menatap layar. Kini poster besar album itu sudah terpampang di sana. Sialan, JEON Ent. memang tahu cara berbisnis.

"I'm fine..." jawabnya, Nala membetulkan duduknya menjauhi lelaki itu.

"Kau menunggu pesawat ya?" Nala terkejut saat melihatnya berbicara bahasa korea.

"Ya, aku akan pergi ke Amerika," jawabnya.

"Oh, sama. Aku harus pulang menemui kakakku yang menikah" ujarnya.

"Kau tinggal di Seoul?" tanya Nala.

"Tidak, aku tinggal di New York. Aku datang untuk mengunjungi kekasihku," ujarnya.

Sekarang Nala tahu kenapa dia pintar berbahasa Korea. "Wah, " Nala menjawab singkat.

"Dan kau? untuk apa pergi ke Amerika? berlibur ya?" lelaki itu tersenyum.

"Tidak, urusan kerja," jawab Nala.

"Kerja?" tanyanya.

"Ya, aku meliput New York Fashion Week, " jawab Nala.

"Menyenangkan ya! Oh ya, namaku Hanson," lelaki itu mengulurkan tangannya pada Nala.

"Kim Nala..." jawabnya.

Suara pemberitahuan pada speaker menganggu pembicaraan mereka. Ternyata pria itu berada di satu pesawat dengannya, hanya berbeda beberapa kursi saja.

Nala berdoa, memejamkan mata, berharap dia tertidur nyenyak agar perjalanan terasa lebih singkat.

Jung Jungkook

Jungkook sudah siap pergi ke Amerika. Semua perlengkapan sudah tertata rapi di dalam koper. Jungkook tidak sabar untuk pergi melepas penat. Lima hari lagi, dia menghitung mundur. Jungkook sudah siap membawa segala macam alat yang mungkin dibutuhkannya. Hari ini dia sengaja tinggal di apartemen selama beberapa hari karena butuh ketenangan dan istirahat serta latihan yang penuh. Apartemennya memang lebih dekat dari studio JEON Ent.

Jungkook tidak cemas meninggalkan mansionnya. Dia tenang saja. Jungkook tahu bangunannya itu punya banyak pelayan yang siap membersihkan dan merapikan saat Jungkook kembali dari Amerika nanti. Tuan Jung satu ini kaya sekali, dia memiliki beberapa unit apartemen dan satu mansion besar di pusat kota. Gila.

Ketukan pada pintu membuat Jungkook hampir melompat kebelakang. Sial, hampir ketahuan. Dia baru saja memasukkan dua kotak kondom ke dalam kopernya, dan sebotol pelumas. Jungkook memang berada dalam puncak hormonnya. Bertahun-tahun sebelumnya dia tidak pernah berpikir untuk bercinta di Amerika, tapi gadis Las Vegas boleh juga, pikirnya. Siapa tahu dia bisa melepas stress dengan pesta dan bercinta, Henry hyung pasti tahu tempat-tempat terbaik di sana. Hitung-hitung merayakan kolaborasi mereka.

Seseorang di balik pintu itu mengetuk sekali lagi. Jungkook geram sekali. "Tunggu!" Jungkook menutup koper itu rapat-rapat. Membuka pintu itu dan menatap kaget pada sosok di depannya.

Kekasihnya datang, membuka kardigan berwarna merah dan melemparkannya pada sofa. Sekarang tersisa tank top dengan kerah V rendah.

Astaga, Jungkook hampir lupa kalau dia punya kekasih. Lantas untuk ada dua kotak kondom dan sebotol pelumas? Dia menepuk kepalanya frustasi.

"Hai sayang," Han Lily bergelayut manja mengecup bibir lelakinya. "I miss you"

"I miss you too" Jungkook mengeratkan rangkulan tangannya pada pinggang mungil Lily.

"Besok aku pergi ke Jepang untuk syuting video musik, aku tidak tahu berapa lama" Lily merengek.

Jungkook membelai surai gadis itu. "Hati-hati di Jepang ya," dia menatap manik hazel gadisnya, mendapatkan ciuman lain di dada telanjang yang mengintip di balik piyama.

"Jungkook... aku..." Lily menggigit bibir berharap Jungkook menangkap sinyal frustasinya. Lily sudah basah.

"Apa?" Jungkook malah mendekatkan wajahnya, menunduk menyamai tinggi badannya.

Lily memainkan telunjuk di dada bidang Jungkook, masih tersenyum menggigit bibirnya erotis. Menggoda Jungkook yang masih belum mendapat ide sedikit pun.

"hmm?" Jungkook menatapnya lekat, "Kau mau apa?"

"Mau-" Jungkook menyaksikan dada perempuan itu turun naik penuh gairah, pada akhirnya Jungkook mengerti.

"Tidak bisa Lily, jangan malam ini ya?" bujuknya. "Kondomku habis, badanku sakit semua..." Jungkook berbohong. Dia punya dua kotak kondom di koper yang baru dibeli dan sengaja di simpan untuk seks dengan wanita lain, apa yang terjadi dengan Jungkook sebenarnya?

"Tahan dulu ya, sepulang dari Amerika kita akan melakukannya,"
"Boleh ya, baby?" akhirnya kata-kata manis itu keluar untuk merayu gadisnya, padahal Jungkook masih jijik menggunakannya.

"Ya sudah, " jawab Lily sedih.

"Tapi izinkan aku bermalam di sini ya?" Lily merengek.

"Boleh," Jungkook mengecup puncak kepalanya. Dia masih baru dengan segala pernak-pernik hubungan asmara. Kecupan, pelukan, panggilan sayang, bukan keunggulan Jungkook.

"Kau mandi dulu saja, " ujarnya.
"Apa kau membawa pakaian ganti?"

Lily menggeleng.

"Ya sudah, pakai bajuku saja ya..." Jungkook tersenyum.

Lily mengguk lemah. "Handuknya di mana?" Lily melenggang masuk ke kamar begitu saja.

"Di dalam lemari tepat di depan kamar mandi." jawab Jungkook

"Oke..." sesaat setelah Lily berlalu, Jungkook segera mencari tempat untuk menyembunyikan koper dan menyimpan kuncinya di dalam nakas. Dia takut Lily mengetahui isi koper itu.

Untung saja dia mandi, aku hampir mati tadi! ujarnya dalam hati. Malam ini kan menjadi malam yang panjang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top