Part 22.

Hai guys, happy 19K sayang😭💜 aku kangeeeen banget sama Jungkook dan Nala. Sumpah, maafin buat kalian nunggu tapi lagi sibuk bangeett💜🥺plis semoga masih ada yang mau baca ya, sumpah sayang banget sama kalian, aku mau aku fokus pas nulis jadi ngasih kalian yang terbaik, borahae💜

---

"Janjimu kemarin bahwa kita akan memulai semua dari chapter pertama kan?"

Mata Nala terbelalak.

"Baiklah cantik," lalu berbisik di telinganya, "Akan kubantu kau melepaskan semua bajumu..."

Nala terhipnotis lagi, begitu saja. Sekarang dia sudah lumpuh di bawah kuasa Jungkook yang begitu kuat.

Kedua tangannya digantung pasrah di samping tubuhnya, ketika bibir Jungkook menyapanya lagi. Suatu cara terbaik untuk membungkam hati Nala yang sudah berkecamuk tidak karuan.

Sekarang matanya terpejam, menikmati sapuan lidah Jungkook yang meronta masuk. Napasnya berantakan. Dadanya naik-turun, mengacaukan perhatian lelaki yang baru saja membuka mata.

Tangannya meraba sofa di kiri dan kanannya, mencoba menahan erangan yang akan keluar begitu saja. Bagaimana pun semua idera di tubuhnya sudah dinyalakan begitu saja. Nala terlalu sensitif.

Dia hampir tercekik saat Jungkook memeluk pinggangnya, merapatkan jarak diantara mereka hingga tak ada jarak sama sekali. Hanya sehelai kain yang masih menutupi, walaupun Jungkook sudah membuka kancingnya hingga dadanya terlihat semua.

Deru napas yang hangat, juga dengan kecupan kecil yang menerbangkan kupu-kupu pada perutnya. Semakin lama, semakin penuh hingga tak sengaja mendesah panjang.

Jungkook menikmati kulit lembut yang kini dihisapnya, meninggalkan satu, dua bekas membiru. Tangannya berjalan hingga buah dada gadis yang kini tak henti merintih, merasakan miliknya yang mulai berkedut.

"Jung—" desahan putus, disela Jungkook yang sudah menuruni dadanya, meninggalkan lebih banyak ciuman yang sama panasnya.

Tangan Jungkook melepaskan kancing itu satu persatu, sambil memijat lembut biarkan Nala meminta lebih dengan mulutnya sendiri. "Jungkook-" sekarang dia berhasil melafalkan nama pemuda di depannya.

"Ya, sayang?" Jungkook menaikan alisnya satu, meledek gadis itu dengan tatapan seduktif.

Bagaimana pun, sekarang Nala bergetar di bawah sentuhan tangan yang bergerak lambat namun pasti di kulit mulusnya. Tangan Jungkook yang dingin membawa sengatan sendiri.

Satu persatu kain yang menutupi bajunya lepas, terjatuh di lantai, bersamaan dengan badannya yang mulai lemas terbaring di sofa.

"Lanjutkan tidak?"

Hening, Nala tak bisa berkata apa-apa, malah mengais napasnya yang hampir habis, lalu menutup kedua matanya, bersamaan dengan Jungkook yang kini mendekat.

"Lanjutkan tidak?" hembusan napas hangat itu menggelitik telinganya.

Masih membisu, Nala membawa tangan Jungkook menikmati tiap inci kulitnya, dan mempertemukan bibir itu lagi dan lagi.

Jungkook mematikan lampu sehingga keadaan jadi gelap gulita. Nala yang kaget hanya bisa berpegangan pada Jungkook.

"Jadi seperti ini rasanya saat lampu dimatikan?" Jungkook terkekeh. "Kau sendiri yang menuliskannya di buku, maka aku akan melakukannya."

"A-aku takut..." Nala menelan salivanya. "Takut... Jungkook..." ujarnya.

"Ssssh..." Semakin merintih, Jungkook semakin senang. Dia malah mengambil sehelai kain dari laci di depannya.

"Jungkook kau sedang apa?"

Nala merasakan Jungkook beranjak, lalu kain dilingkarkan pada kepalanya.

"Jungkook aku tak bisa melihat..." Nala merengek. "Aku mohon, ini gelap sekali..." ujarnya.

"Gunakan ideramu yang lain, " Jungkook mulai menyerang Nala dengan sentuhan di sekujur tubuhnya hingga ke titik terlemahnya.

Kecupan Jungkook yang semakin panas, dan sentuhan jari panjangnya di bawah sana. Menekan, meraba lembut.

Erangan demi erangan, Nala yang mencengkeram rambut Jungkook dan desahan panjang keluar dari mulutnya. Dia hanya bergantung pada ideranya yang lain saat matanya ditutup seperti ini.

Dia bisa merasakan lelaki itu kini ada diantara kedua kakinya, menyelam semakin dalam di sana, memberi kenikmatan yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. Nala mencapai puncak hanya dengan permainan ulung lidah Jungkook.

Gadis yang masih mengatur napasnya itu berpegangan erat pada sofa, mencoba menahan diri dari teriakan yang bisa saja lolos dari bibirnya.

"Ini belum seberapa, Nala..." dia berbisik, bukannya menenangkan malah membuatnya bergerak tak terkendali.

"Apa aku boleh membuka penutup matanya sekarang?" Nala sedikit memohon, berharap Jungkook berbelas kasihan dan melepaskannya.

"Belum... " Jungkook berbisik. "Aku ingin memulainya sekarang, apakah boleh? " Lelaki itu mencoba untuk bermain lembut karena ini kali pertama Nala melakukan seks.

"Perlahan, aku mohon... " Nala mendesah kecil saat merasakan kejantanan Jungkook menyentuhnya. "Aku baru selesai... " jawabnya lagi.

Tangannya dilingkari pada lengan Jungkook yang kencang, mencengkeram hingga keras sekali.

Peluhnya berjatuhan saat Jungkook memulai penyatuan itu. Erangan Nala menjadi saksi betapa nikmat tubuhnya menerima segala tumbukan Jungkook di bawah sana.

"Nala, kau sempit sekali... " Jungkook memaki kecil.

"Astaga Nala!"

Setiap satu dorongan, Nala akan mek

Sakit, namun dilanjutkan sensasi yang luar biasa disekujur tubuhnya, bahkan dengan sesaat pinggulnya sudah bisa bergerak sesuai ritme Jungkook, lalu mereka bersamaan berusaha mencapai puncaknya.

Jungkook mempercepat permainannya tatkala milik Nala menyempit dan cengkeramannya semakin kuat.

"Sssh, sedikit lagi ya sayang... " Jungkook menggigit kecil daun telinga gadis yang kini pasrah di bawahnya. Dia bisa saja berlaku gila namun Jungkook memutuskan untuk berlaku lembut karena ini pertama kalinya untuk Nala.

Pandangan Nala bagai berkabut, tulang punggungnya yang melengkung, disusul desahan yang keluar dari mulutnya tanpa terkontrol. Nala sudah selesai.

Jungkook tersenyum bangga. Dia merasa berhasil membuat first timenya Nala menjadi berarti sekali. Padahal seharusnya dia tahu Nala peduli lebih dari sekedar itu.

Gadis yang kini terbaring lemas di sofa malah merengek sambil mengulurkan tangannya ke depan, berharap Jungkook memindahkannya ke kamar tidur.

"Jungkook, bisa bantu aku berdiri? Ayo pindah ke tempat tidur... " Nala lemas sekali. Bahkan dadanya masih naik turun.

Dengan cekatan Jungkook mengangkat Nala, membalutnya dengan selimut, lalu membaringkannya pada tempat tidur.

"Terima kasih, Jungkook... " Ujarnya.

Kini dia perlahan bangun dan berpegangan pada sisi tempat tidur.

"Kau mau kemana? " Saat dirinya bangkit Jungkook langsung memanggilnya.

"Ke kamar mandi... " Jawabnya lirih.

"Ayo sini aku bantu membersihkan dirimu... " Jungkook membelai rambut Nala hingga ke punggung, menikmati kulit halusnya.

Gadis itu hanya mengangguk, berjalan lemas ke kamar mandi diikuti Jungkook di belakangnya. Pasrah saat Jungkook menyalakan air hangat dan mulai membersihkan tubuhnya.

"Tadi sakit? " Jungkook menyentuhnya tepat dibawah sana, masih terasa nyeri bagi Nala.

"Ya, sedikit... " Nala memejamkan matanya. "Lain kali lebih lembut ya? " bujuknya manis.

"Kau belum terbiasa, lama-lama tidak akan sakit lagi... " Lelaki itu tersenyum sembari menuang sabun pada pundak Nala dan menggosoknya lembut.

"Begitu ya? " Nala menatap lugu pada dua bola mata cokelat di depannya,  berharap kata-kata manis keluar dari mulut Jungkook. Namun tidak, dia hanya tersenyum dan membersihkan dirinya sendiri di bawah pancuran air yang deras.

Entah apa yang membuat Nala kini berani untuk menyusup pada celah diantara dinding dan Jungkook, lalu menarik bibirnya itu mendekat dan mengecupnya beberapa kali.

"Setelah ini apakah kau masih mencintainya? " Nala tak sadar apa yang keluar dari mulutnya.

Jungkook mengerutkan keningnya, berusaha mencerna apakah yang didengarnya hanya halusinasi belaka. "A-apa maksudmu? "

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top