Part 21.
AN; Hayoo siapa yang kangen? Kayaknya part 20 banyak yang ga dapet notif ya? Semoga ini keluar ya notifnya!
Apa kabareee guys? Semoga baik baik saja di tengah pandemi yang berat dan kadang membosankan. Semoga selalu sehat dan bahagia.. makasi sudah mau mampir yaa💜💜BORAHAE!
___
Mimpi buruknya terjadi. Dua orang itu masuk dan duduk tepat di sebelahnya.
Perlu beberapa menit untuk Jungkook menyadari jika kursi di sebelahnya ditempati oleh gadis yang bermalam dengannya, Nala.
Dia membuang pandangannya, begitu juga dengan Nala. Wajahnya terlihat gugup, walaupun Lily tampak tak peduli. Bagi Lily, saat Jungkook ada digenggamannya, dia sudah menang, sudah menang dari ribuan perempuan yang mendamba kekasihnya, Jungkook.
Lily kerap kali menggenggam bahu Jungkook manja sambil mengangkat tangan memanggil waiter untuk memesan makanannya.
Jungkook menatap kosong ke depan, tak nyaman karena sepasang mata itu masih memperhatikannya daritadi. Nala menatap Jungkook sesekali, lalu menyantap makanannya yang baru datang.
Nala merasa terbakar api cemburu. Hatinya mendidih dan kini hanya air mata yang berusaha ditahannya agar tak mengalir keluar. Nala harus kuat menyaksikan mimpi buruknya diputar langsung di depan matanya.
Lily dan Jungkook terlihat bagai pasangan sempurna, apalagi saat bibir mereka bertaut, sengaja mempertontonkan kemesraan di depan orang banyak. Bibir yang pernah ia cicipi sebelumnya, bibir yang menjadi ciuman pertamanya.
Hidangan yang lezat jadi terasa hambar karena Jungkook. Nala merasa bodoh datang ke restoran itu. Seharusnya dia berdiam saja di rumah.
Matanya mencoba membendung airmata yang kerapkali memaksa keluar. Nala meneguk minumannya banyak-banyak, menenangkan napasnya yang tak beraturan. Telapak tangannya yang kini dingin serta pipinya yang memerah bagai kepiting.
Menurut Nala rasanya bagai terkunci di dalam elevator secara berjam-jam, sesak dan tak ada jalan keluar. Dia harus menelan penampakan menyakitkan saat sepasang kekasih itu terus bermesraan.
Nala tak tahu jika sejak tadi Jungkook juga curi-curi pandang, hingga akhirnya Lily menyadari sikapnya yang aneh.
"Ada apa baby?" Lily berbisik. Menengok gadis yang duduk sendirian di meja sebelah, dan menatap Jungkook yang pura-pura membuang wajahnya.
"Tak ada apa-apa..." ujar Jungkook lirih.
"Oh, jaket gadis itu mirip jaketmu ya?" tanya Lily sambil tertawa.
"Ternyata bagus juga dipakai wanita, jadi kapan-kapan aku boleh meminjamnya ya?" Lily terkekeh.
Nala tak sengaja menguping sedikit pembicaraan mereka. Dan memang jaket yang dipakainya adalah milik Jungkook. Dia lupa mengabari Jungkook karena tadi tergesa-gesa berangkat untuk mencari taksi sehingga asal mengambil jaketnya yang tergantung di belakang pintu.
Entah apa yang akan dikatakan Jungkook jika dia tahu jaketnya kini dipakai oleh Nala. Mungkin jika mendekat, Jungkook dapat dengan mudah mencium wangi parfumnya yang masih menempel di jaket kesayangannya.
Nala menatap jendela dengan wajah yang pucat. Makanannya masih tersisa setengah. Nafsu makannya hilang sama sekali. Mencoba untuk tidak menengok merupakan hal yang sangat sulit, kalau saja dia bisa lari sekencang mungkin agar langsung lepas dari keadaan yang membuatnya hampir mati. Dinding di sekelilingnya seakan runtuh menimpanya sehingga susah untuk beranjak.
Sesendok lagi, dia terus berucap kepada dirinya sendiri. Sudah berulang kali sendok itu masuk ke mulutnya, tapi sepertinya makanannya tidak berkurang sama sekali. Lalu 45 menit menyakitkan seterusnya dia mencoba memasukkan paksa makanan itu hingga habis semuanya dan beranjak meninggalkan tempat itu segera.
Jungkook menyaksikan gadis itu beranjak tergesa-gesa hingga menabrak pintu yang di lewatinya.
Perjalanan kembali ke rumah Jungkook terasa panjang sekali, mungkin karena dia tak tahu apa reaksi lelaki itu setelah berpapasan dengannya di restoran tadi.
Nala merebahkan punggungnya di sofa, lelah fisik yang tak seberapa terasa berat karena menahan tangis yang membuatnya sakit kepala. Kini airmatanya turun dengan deras bersamaan dengan tangis yang menderu.
Gadis bodoh. Selalu dia terjun ke dalam perasaannya sendiri lalu menyesali sakit hati setelahnya. Nala memang bersumpah tak akan mau melihat Jungkook dan Lily berkencan di depan matanya. Namun yang terjadi sebaliknya.
Nala terisak pada sofa hingga seluruh riasannya luntur. Tangannya sibuk menghapus air mata dengan kertas tisu di depannya.
Suara derap langkah mendekat, lalu pintu yang dibuka. Jungkook masuk dan menutup pintu di depannya, menyaksikan Nala menangis lalu menghampirinya.
"Ada apa?" Jungkook mengangkat dagu gadis itu dengan telunjuknya, menemui mata yang masih basah dan sedikit membengkak.
Nala menggeleng. Membuang wajahnya. Dia belum berganti baju, masih dengan baju yang sama.
Jungkook menatapnya lebih lama, memerhatikan baju yang dipakainya, tidak salah lagi, Nala adalah gadis yang baru saja ditemuinya tadi.
"Ada apa?" Jungkook menghapus airmata Nala yang terus mengalir menggunakan ibu jarinya.
"Tak ada apa-apa Jungkook..." Nala menjawab lirik. Tenggorokannya kering, lalu meneguk habis air minum yang ada pada meja di depannya.
"Hey lihat aku..." Jungkook memaksa Nala menatapnya. Semakin dia melihat ke dalam mata gelapnya, semakin keras pula tangisnya.
"Aku minta maaf," Nala menunduk.
"Untuk apa?"
"Karena tadi aku tak cepat-cepat pergi," ujar Nala. "Aku seharusnya beranjak secepatnya."
"Apakah kau membuntutiku?" Jungkook mengangkat alisnya.
"Tidak," Nala menggeleng. "Untuk apa aku membuntutimu?" Tangisnya berhenti, namun hatinya terasa tercabik-cabik.
"Apa kau bersungguh-sungguh?" Ekspresi Jungkook berubah kaku.
"Ya, Aku tak mengikutimu Jungkook, aku mencari restoran itu lewat laman pencarian, aku pun tak tahu kalau kau akan pergi kesana—"
"—bersama kekasihmu." Nala menumpahkan semua yang ada di dalam pikirannya, bersamaan dengan napas yang tersisa di paru-parunya.
"Kau tidak sengaja mengintaiku dengan Lily, bukan?" Jungkook bertanya lagi.
"Astaga, tidak!" Nala murung, dia tak tahu mengapa Jungkook tega berkata seperti itu. Tak mungkin dia sengaja membuntuti Jungkook hanya karena ingin mengacaukan kencannya dengan Lily.
"Lalu, kau meminjam jaketku?"
"Ya, udara di luar lebih dingin dari yang kubayangkan sebelumnya, jadi aku tergesa-gesa mengambil jaket sebelum aku menaiki taksi..." jawabnya.
"Lagi pula, aku tahu posisiku, Jungkook..." Nala menatap Jungkook dengan mata berkaca-kaca. "Aku tahu kau mempunyai kekasih resmi yang seluruh dunia ini ketahui!"
Dia menutup mulut dengan tangannya sendiri. Nala yang bodoh terlalu terbawa emosi.
"Ya, itu maksudku, cantik..." Jungkook membelai pipi gadis itu. "Jangan sampai mereka tahu kalau kau bermalam denganku di sini..." Jungkook tersenyum.
Nala menunduk lagi, dia hanya gadis selingan—tepatnya, gadis penghiburnya saat libur.
"Ya," hanya satu kata yang keluar dari mulutnya, tepatnya saat Jungkook mulai memberinya kecupan kecil di bibirnya, lalu merasakan asin air mata yang turun bersamaan.
"Kalau begitu mengapa kau menangis?" Jungkook sudah menanyakan hal yang sama lebih dari tiga kali.
"Aku tak apa, Jungkook..." Nala memaksakan senyum kecil untuk muncul di sudut bibirnya.
"Baiklah..." Jungkook maju satu langkah, mulai mengecup pipi, kening dan bibir gadis itu.
"Aku merindukan semua ini saat aku pergi dengan Lily, kau jadi gadis baik selama aku pergi kan?"
Nala mengangguk.
"Oh iya, kau sudah membaca ulang bukumu?" Jungkook mengeratkan jarak mereka lebih dekat lagi hingga hangat napasnya dapat dirasakan oleh Nala.
"Belum, hanya sekilas..." ujarnya.
"Janjimu kemarin bahwa kita akan memulai semua dari chapter pertama kan?"
Mata Nala terbelalak.
"Baiklah cantik," lalu berbisik di telinganya, "Akan kubantu kau melepaskan semua bajumu..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top