Part 19.
AN; Ada yang udah kangen sama Jungkook dan Nala belom? Ekwkw btw guys, kuingatkan ini Romance, erotic , psychological thiller sih genrenya tapi idk apa aku di part berikutnya bisa kerasa thrillernya. (NDA ADA HANTU N SADIS2AN KOK tenang🤣) Gimana kabarnya guys? Sehat? makasi banyak udah baca, semoga tidak membosankan!
___
"Baiklah, tapi janji kau akan melakukannya sampai ending?" Gadis itu menyodorkan jari kelingking di depan Jungkook. Ide yang bagus juga untuk menghabiskan waktu bersamanya. Jungkook dan seks.
Tersenyum menunjukkan gigi kelincinya, Jungkook melarikan satu tangan ke rambut tebalnya, membuka mulut dan berkata lantang, "Aku Janji..."
Manik Nala membelalak, dia tahu apa yang akan dihadapinya besok. Bukunya itu fiksi, khayalan belaka. Dia tak mau banyak berharap. Tak mau membayangkan bahwa akhir bahagia akan ada untuknya dan Jungkook.
Menjadikan Jungkook first kiss dan mungkin first time merupakan hal yang dulu hanya ada di mimpi Nala.
Nala yakin seratus persen kalau Jungkook hanya tetantang adegan seks yang liar, bukan mau menjalin hubungan dengannya. Mana mungkin, Nala hanya seorang penggemar.
"Baiklah," Nala meneguk habis airnya lalu tersenyum kecil.
Jungkook itu tampan, apalagi saat membuka bajunya ketika akan berbaring tepat di samping Nala.
Ukiran otot kencang itu bagaikan perhiasan ditubuhnya, Nala bisa mabuk kalau memperhatikannya terus.
Dia memberikan kecupan kecil pada bibir Nala, "Selamat malam, aku tidur denganmu kan hari ini?"
Gadis itu yakin Jungkook sudah tahu jawabannya. Pertanyaan tadi hanya akal-akalan demi mendapatkan kalimat itu langsung dari bibir Nala, bibir merah merekah yang sedari tadi tak luput dari ciuman Jungkook.
"Iya, aku tidur denganmu Jungkook."
Seksi, kalimat itu keluar dari mulutnya, walaupun 'tidur' yang dimaksud Nala memang artinya secara harafiah, Jungkook malah tersenyum nakal.
"Aku suka saat kau mengucapkannya, " Jungkook mencubit kecil dagu Nala saking gemas, lalu menyihirnya dengan tatapan mematikan.
Cinta mati atau bukan, pastinya Nala merasa darahnya mendidih, saat sepasang mata itu menemui matanya bagaikan peluru tepat sasaran.
Semua indra bagaikan mati rasa, yang ada hanya Jungkook yang menggema di seluruh ruang kosong Nala.
Bahunya yang kokoh bagaikan tersedia, terpampang nyata di depan Nala minta disandari, juga dengan rambut Jungkook yang mulai panjang dan berantakan, menambah ketampanannya seratus kali lipat.
Besok lihat saja bagaimana indahnya Jungkook di atas Nala dengan rambut yang berantakan dan peluh berjatuhan, erotis.
Besok, besok, besok. Nala berharap besok adalah pengalaman pertamanya, melepaskan dirinya pada Jungkook.
Demi apa? Ya demi kepuasan Nala sendiri.
Sudah hilang akalnya sepuluh tahun yang lalu, diganti obsesi akan lelaki yang kini tak mau melepaskan pelukan barang sedetik pun.
Jungkook mengajaknya berbaring sambil memeluknya dari belakang. Tubuh Jungkook itu hangat, juga wangi, Nala senang sekali merasakan otot kencang yang memeluk tubuh mungilnya itu. Nyaman sekali.
Dia membalikkan badan hingga hidung mereka bertemu.
"Kau tadi pergi kemana?" wajah Nala memerah, mulai terlalu nyaman sepertinya, bisa-bisa dia terlalu banyak bertanya.
"Bertemu Lily, kekasihku, " jawabnya.
"Ada apa hmm?"
Nala memandangi manik cokelat keemasan milik Jungkook, juga bulu mata lentik yang membingkainya.
"Tak apa. Apakah dia akan datang kemari? "
"Sepertinya tidak... " Jungkook mengusap bibir bawah Nala lembut, lalu tersenyum lebar. "Tenang saja, tak ada yang akan menganggu kita, Nala."
Perempuan itu tersenyum kecil lalu terkekeh. "Yang membutuhkan seksmu kan tak hanya aku, tetapi kekasihmu juga, atau mungkin ada wanita lainnya? "
Nala menatap lelaki di depannya dengan penuh tanya. Kini dia menyesali pertanyaannya sendiri. Entah yang mana yang lebih baik, dibunuh rasa ingin tahu atau dibunuh rasa cemburu.
"Kau tidak mengira aku seorang bintang rock yang gila seks kan? " Jungkook tertawa. "Untuk seorang sepertiku, seks bukanlah hal yang familiar..." jawabnya.
"Aku tidak keluar setiap malam untuk mencari wanita, atau berhubungan dengan kekasihku, " Ujarnya.
"Keseluruhan hariku diisi oleh recording, composing, juga kadang work-out di gym... "
"Jangan takut, aku bersih... " Ujarnya.
Nala malah tertawa saat melihat Jungkook menjelaskan panjang lebar tentang kehidupan seksnya. Sedih sih, karena dengan begitu dia hanya dianggap teman seks selama di Amerika. Tidak lebih. Jungkook juga jelas-jelas melabeli Lily dengan julukan 'kekasih' yang kini menusuk hati Nala hingga sesak sekali.
"Ya, ya aku percaya... " mulai berani, Nala merengut manja disertai tatapan mata yang menggoda. Dia juga melarikan tangan pada dada bidang Jungkook lalu memberi lingkaran imajinari di sana.
"Jangan menggodaku, aku sudah, hmm... " Jungkook menghela napas panjang tatkala celana miliknya terasa sesak.
"Besok saja ya Jungkook, aku lelah... " Nala memejamkan matanya ketika laki-laki di depannya menyusupkan wajah pada telinganya.
"Iya aku mengerti, " Jungkook memberi kecupan kecil, senang kalau gadis itu mulai menutup matanya saat bibir Jungkook berhasil memeta lehernya.
Menurut Nala, Jungkook di atas panggung, di belakang layar, dan di atas ranjang tak ada bedanya. Sama-sama seksi.
Tangannya mencengkeram rambut lebat Jungkook, lalu membawa wajahnya semakin dekat. "Nala... " bisikan seduktif Jungkook buat seluruh tubuhnya merinding
Membuat Jungkook jadi segila ini merupakan satu pencapaian. Kapan lagi dia menyaksikan lelaki itu begitu candu dengan sentuhannya.
"Ada apa?" Nala menjawab setengah mendesah, tidak sengaja, hanya menahan suaranya agak tak terdengar tidak berdaya.
"Kau tahu, sebelum membaca buku itu aku benar-benar tak punya hasrat sama sekali..." ujarnya.
"Namun setelah aku menghabiskan satu halaman,"
"Rasanya luar biasa..." ujarnya.
Nala tak ingat pernah melakukan apa saat menulis buku itu. Yang pasti dia tidak membawa buku itu ke ahli guna-guna supaya Jungkook menyukainya.
Nala tersipu, wajahnya sekarang merah muda dengan mata berbinar menatap Jungkook. Lugu, manis, persis seperti apa yang disukai Jungkook.
Sayangnya Jungkook tak begitu tertarik masalah cinta. Pun seks adalah suatu hal yang baru, bagaikan melompat dalam lautan tanpa dasar kini Jungkook biarkan dirinya tenggelam dan tenggelam begitu saja dan enggan berenang ke atas.
Terbuai dan terbuai.
Nala maju beberapa sentimeter, menutup jarak kedua insan itu semakin sempit. Nala dapat merasakan hembusan napas tak beraturan Jungkook pada hidungnya.
Dinginnya udara membuat gadis itu berani menarik selimut, menutupi tubuh mereka berdua yang tak ditutupi apapun. Jarinya berjalan genit diatas bahu Jungkook, lalu mengecupnya perlahan, menandai beberapa tempat jadi favoritnya.
Bagaimana seorang lelaki bisa sangat tampan dan sangat tidak tergapai?
"Kau tampan..." Nala tersenyum lebar disertai tawanya.
Jungkook tersenyum. Setiap kali senyumnya mengembang Nala merasakan sengatan itu tepat di hatinya.
Kembali mereka mempertemukan bibir masing-masing selagi kaki mereka bertautan di bawah selimut yang tebal. Suara desahan lalu kecupan mesra menjadi lantunan lagu di telinga masing - masing.
Tangan Jungkook merangkul pinggang ramping Nala selagi tangan gadisnya menangkup rahang kokoh Jungkook.
Kalau seperti ini Jungkook betah berlama-lama berciuman hingga napasnya tersengal-sengal sekalipun. Sejak awal dia sudah mendamba bibir penuh Nala yang terlihat menggiurkan.
"Kau itu memang pandai berciuman ya ternyata?" Jungkook melepaskan tautan bibirnya lalu mencubit pipi Nala gemas. "Lalu pandai memuji juga, hmm?"
Padahal gadis itu sangat lugu saat pertama kali bertemu, kini sudah semakin mahir tanpa Jungkook ajari.
"Ah biasa saja..." Nala tersenyum lugu, lalu merapikan rambutnya.
Bagaimana pun Jungkook itu sudah memiliki kekasih resmi yang diketahui oleh seluruh dunia sedangkan dia hanyalah selingan belaka. Kekasih sementara.
Nala menggoyangkan pikirannya lalu melanjutkan aktivitas ciumannya dengan Jungkook, lelaki tampan itu juga tak menolak, malah dengan senang hati membuka mulutnya lagi.
"Oh ya, Jungkook," Nala menunduk.
"Ya?" Jungkook menggigit bibir bawahnya.
"Aku mau tanya..." ujarnya ragu-ragu. Helaan napas, lalu jantung yang berdetak kencang. Nala mempersiapkan mentalnya.
"Mau tanya apa cantik?"
Agaknya perlu pikir panjang saat Nala membuka mulutnya lagi. Dia hanya berharap semoga keadaan tidak jadi canggung setelahnya.
"Apakah kau mencintai Lily, kekasihmu?" Nala memandang Jungkook dengan mata berkaca-kaca. Salah langkah, dia bawa perasaannya juga kedalam permainan ini.
"Ya, tentu,"
"Dia kan kekasihku..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top