Part 17
Hai Guys Akhirnya aku update CHAINED! Bagaimana kabar kalian? mau Psbb lagi nih jakarta! jaga kesehatan ya guys! borahae!❤💜
____
"Tebak aku ada di mana?" Suara wanita menimpali, Tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya, Han Lily.
"Jepang?" jawab Jungkook lagi.
"Tidak, aku ada di New York, YEAAAAY!" wanita itu kegirangan.
"Apa? Di New York?" suara Jungkook terdengar tak senang. Tak seperti lelaki yang merindukan kekasihnya
"Iya, aku menginap di apartemen temanku, mungkin akan tinggal di sini beberapa hari..."
"Aku akan sibuk sekali..." Jungkook membayangkan Lily merengut menunjukkan bibir kecilnya sambil memainkan rambut.
Baguslah, Jungkook berkata dalam hati. Dia baru saja mengajak seorang gadis untuk datang ke rumahnya, tak mungkin ia membiarkan Lily untuk mengacaukan hal itu begitu saja. Tidak, tidak sebelum Jungkook berhasil menikmatinya.
"Oke," Jungkook menjawab singkat.
"Temui aku malam ini, sebentar saja, aku rindu..." Lily merajuk.
"Ke mana?" Jungkook melirik Nala yang sedang membalut tubuhnya dengan selimut sambil menatapnya cemas.
"Baiklah," jawab Jungkook saat Lily menyebutkan salah satu restoran termahal di kota New York.
"Tunggu aku ya!" ujarnya lantang.
"Oke sayang!" perempuan itu melayangkan ciuman di udara dan memutus panggilannya.
Jungkook hanya bisa bergegas berpakaian dan merapikan rambutnya, meninggalkan Nala yang duduk termenung.
"Kau mau kemana?" tanyanya lugu.
"Bertemu dengan Han Lily," jawab Jungkook.
Nala hanya menunduk lalu memakai pakaiannya kembali. "Lalu aku harus pergi kemana?" tanyanya.
"Tunggu di sini sampai aku kembali, aku tak akan lama..." Jungkook mengambil tasnya lalu melaju pergi.
Di sepanjang jalan, dia tak henti-hentinya mengingat kutipan demi kutipan dari buku yang ditulis oleh Nala. Sungguh ketagihan hingga dia gila sendiri.
Jungkook tak menyangka wanita selugu Nala bisa menulis buku yang amat sangat erotis. Suara erangan perempuan itu masih terngiang di telinganya. Tak ada yang mengerang seperti Nala, tidak juga Han Lily.
Jungkook yang bukan maniak seks jadi penasaran dari mana cerita itu berasal. Dia takut Nala punya sisi liar atau malah menyukai sisi lain gadis itu. Dia ingin Nala menunjukkannya.
Bagaimana pun sekarang lelaki itu sudah sampai di restoran, menemui kekasihnya, menyembunyikan gadis yang sedang menginap di rumahnya. Seperti hari-hari sebelumnya, Jung Jungkook menyapa Lily dengan mengecup bibirnya lembut sambil berbincang basa-basi, namun diotaknya hanya ada Nala.
Deretan memori yang menghantuinya, membuatnya ingin cepat pulang dan meminta gadis itu untuk menyembuhkan obsesinya.
"Bagaimana rilis singlenya?" tanya Han Lily sembari menyesap segelas anggur putih.
"Ramai, namun kondusif, menyenangkan..." ujar Jungkook singkat.
"Bagaimana dengan Henry? Dia menyukainya?"
"Ya," Jungkook mengangguk.
"Apakah kau tinggal bersama Henry akhir-akhir ini?" Lily bertanya lagi.
Jungkook tidak berkonsentrasi penuh. Pikirannya bercabang. Maka dia hanya mengangguk agar perempuan di depannya segera menutup mulut.
Dia juga tak mengerti apa yang membuat perempuan seperti Nala bisa mengundang hasrat lelaki yang tadinya tak pernah peduli masalah napsu.
Diantara penggemarnya yang lain, Nala memberinya kotak paling besar. Jungkook merasa beruntung karena dia tidak jadi memberikan hadiah itu untuk dibawa pulang ke kediamannya di Korea. Buku Nala menemani Jungkook sepanjang malam, hingga pagi, tiap kalimat menyiksa Jungkook dengan cara yang nikmat.
Selain itu penampilan Nala memang lebih mencolok dibanding perempuan yang lain. Tidak mungkin Jungkook bisa melupakan baju ketat serta riasan cantik yang dipakainya saat datang ke acara penandatanganan album. Suara kecil Nala saat memanggilnya Oppa juga belum beranjak dari ingatannya.
Sihir Nala ampuh, namun tak sesuai ekspektasi Jungkook. Jungkook berharap Nala adalah wanita penggoda yang mampu membuatnya bertekuk lutut dalam semalam. Nyatanya, malam sudah hampir berakhir dan dia belum melakukan apa pun.
Seorang pelayan menghidangkan pesanannya, membuyarkan lamunan Jungkook yang sudah pergi terlalu jauh. Di depannya, Lily masih asyik menceritakan tentang pekerjaannya di jepang. Perempuan itu tak henti bercerita tentang pengambilan gambar videonya yang disebut-sebut sukses dan berpotensi menang penghargaan, katanya.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Lily tiba-tiba.
Jungkook yang tak mendengarkan sama sekali memilih untuk membual saja, "Menurutku kau jangan terlalu lelah, istirahatlah dulu..."
Entah apakah jawabannya cocok dengan cerita Lily namun wanita itu hanya menganggukkan kepala.
Perempuan yang amat percaya diri, senang membanggakan pekerjaan dan penampilannya, bukanlah sifat Han Lily yang Jungkook bayangkan sebelumnya.
Membosankan, Jungkook merasa Lily itu sempurna namun membosankan. Tak ada topik yang berarti ataupun pembicaraan berbobot, kepribadiannya juga datar.
Anehnya, Jungkook tak merasakan cinta dari wanita itu. Dia tahu betul siapa yang mencintainya dengan tulus.
"Lagumu sudah diputar di semua stasiun televisi korea!" ujar Han Lily bangga. "Aku bangga sekali punya kekasih sepertimu!" ujarnya seraya mencubit pipi Jungkook.
"Ah, tidak seperti itu," Jungkook terkekeh.
"Bagaimana harimu di New York? Sudah bertemu dengan gadis Amerika yang menggilaimu belum?" ujar Han Lily menggoda.
Niat awal Jungkook memang begitu , namun semua berbanding terbalik ketika gadis Korea bernama Nala datang ke penandatanganan album dan memberinya sebuah buku.
"Gadis Amerika darimana?" ujar Jungkook sambil tertawa.
"Ya aku tidak tahu, " ujar Lily tersenyum sinis.
"Kau mengada-ngada saja..." Lelaki itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, sesekali menengok jam tangannya.
Jungkook ingin segera pulang, dia tahu seorang gadis menunggunya di rumah.
"Kau tidak beristirahat?" Jungkook bertanya pada Lily seakan mengkhawatirkan kekasihnya yang baru datang dari perjalanan panjang.
"Sesudah ini, aku akan langsung tidur..." jawab Lily tersenyum menunjukan gigi sempurnanya. "Jangan khawatir, aku tidak lelah, kok!" ujarnya genit.
"Sebelum pulang cium aku dulu!" bujuknya, menarik Jungkook dekat sambil melumat bibirnya dengan cepat.
"Berjanji padaku kau harus beristirahat cukup ya?" Jungkook mengecup wanita itu lagi, memberi pelukan perpisahan, lalu membayar minum mereka dan berjalan ke mobil masing-masing.
New York masih ramai saat malam hari, seakan kota itu tak pernah tidur. Dalam bayangannya hanya ada Nala Nala Nala, mungkin wanita itu tertidur saat Jungkook pergi tadi.
Saat sampai pada kediamannya, Jungkook melepaskan jaket, menggantungnya di belakang pintu lalu mencari Nala di setiap ruangan.
Gadis itu lenyap, entah pergi kemana. Lalu dia menemukan secarik kertas berisi tulisan kecil,
"Aku pinjam kamar mandimu ya, aku harus mandi :), -Nala"
Dengan bersemangat Jungkook menunggu di depan pintu lalu mendengar air yang dinyalakan dengan keras.
Penasaran, dia membuka pintunya perlahan. Dengan segera uap menyapanya, membuat semua kaca dalam kamar mandi berkabut. Untungnya dia masih dapat melihat bayangan wanita yang ada di dalamnya.
Nala, indah sekali. Lelaki itu membelalakkan mata, menikmati pemandangan di depannya, lekuk Nala hingga ke kaki jenjangnga. Gadis itu terlihat memejamkan mata dan menikmati pijatan tangannya sendiri pada rambutnya yang berbusa.
Tubuhnya hanya berbalut busa di sana sini, serta air yang masih dinyalakan dengan derasnya. Mata Jungkook enggan berpaling, dia menatap gadis itu bagaikan oase ditengah gersangnya gurun.
Lelaki dewasa itu menelan salivanya sendiri lalu melepaskan satu persatu pakaiannya. Gadis itu belum juga sadar akan kehadiran lelaki di dalam kamar mandi yang melihatnya dari luar ruang kaca, persis seperti bayangan Nala sebelumnya.
Jungkook tak sabar, dia menggeser pintu kaca dengan perlahan, bergabung bersama Nala di dalamnya lalu merangkulkan kedua tangannya di pinggang Nala.
Gadis itu mengerjap, beku saat merasakan kulit telanjang di belakangnya. Kepala Jungkook menyusup masuk di belakang telinganya, lalu berbisik,
"Sampai mana aku tadi?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top