Part 16.

AN; Hai Hai guys! ada yang masih baca???

🌚perhatian perhatian  kalau gak suka mohon di skip yeorobun 🌚

____

Ponselnya berdering lagi, namun tangannya menekan tombol tolak berulang kali, sampai akhirnya sebuah pesan muncul dengan sendirinya,

"Keluarlah Kim Nala, aku di depan kamarmu..."

Jantungnya berdebar tak karuan, Nala membeku di balik pintu. Tangannya ingin menggenggam kenop pintu namun terus bergetar seakang suhu dibawah 0 derajat.

Dia tak berani melihat dari lubang pintu, saat ketukan menghentikan langkahnya sekali lagi.

Satu langkah, Nala memberanikan diri mengintip dari lubang pintu, mendapati seorang lelaki dengan tutup kepala berwarna merah dan kacamata hitam, jaket hitam tebal dan masker warna senada.

"Ya Tuhan aku takut..." bisiknya.

Ketukan pada pintu semakin keras. Satu, dua, tiga, empat kali. Berulang, lagi dan lagi.

Gadis itu menangis di balik pintu, kini mulai menggenggam kenop pintu menunggu hingga ketukan itu berhenti.

Perlu lima menit rasanya untuk mendamaikan hatinya yang berpacu kacau, mendukung seluruh tubuhnya untuk gemetar hebat.

Kali ini dia membuka pintunya sedikit, melihat keluar, mendapati ruangannya kosong tanpa ada satu orang pun.

Dia berjalan menjauh, menengok kanan-kiri mencari sesosok lelaki yang dilihatnya tadi. "Kemana gerangan perginya?"

Nala masih menangis, dia mundur perlahan, tak mau melihat ke belakang, fokus pada ruangan gelap di kiri dan kanannya. Lantai 3 bagaikan kosong tak berpenghuni.

Lalu teleponnya berdering lagi, satu pesan muncul,

"Aku ada di belakangmu..."

Buatnya melompat kebelakang, hampir berteriak diatas paru-parunya.

Hal selanjutnya yang dia ingat adalah pusing, terbangun diatas ranjang dengan kedua tangan terikat.

Derap langkah terdengar dari sisi kamarnya, Nala berdoa, dia belum mau mati. Nala masih ingin hidup.

Gadis itu enggan membuka mata, malah menangis dan memohon untuk dilepaskan. "Aku mohon Tuan, lepaskan aku, aku rindu Eomma di rumah..." ujarnya.

"Lepaskan aku Tuan, aku berjanji tak akan melaporkannya pada siapa pun..."

"Sst, jangan berisik sayang..." lelaki itu mendekat, hingga Nala bisa merasakan deru napasnya pada telinga kiri Nala.

"Bukankah ini yang kau inginkan hmmm?" tanyanya seduktif. "Bukankah ini yang kau dambakan dalam lima halaman penuh narasi erotis?" ujarnya.

"Tuan aku mohon," tangisnya bertambah.

"Kau ini bagaimana sih? Kenapa malah menangis..."
"Ayo berhenti menangis..." lelaki itu malah menyeka air mata yang menuruni pipi Nala, walaupun si gadis masih enggan membuka matanya.

"Ayo buka matamu, kenapa kau takut seperti itu?" ujarnya.

"Aku belum mau mati Tuan, biarkan aku hidup..." ujar gadis yang berbaring dengan kedua tangan terikat keatas.

"Sudah kubilang panggil aku Jungkook, astaga!" gerutunya seraya melepaskan ikatannya pada ranjang.

Nala membuka matanya perlahan, mendapati seorang lelaki familiar. Itu Jungkook. Jung Jungkook pujaan hati Nala. Benar-benar Jungkook.

Dia menatap lekat pada sepasang mata gelap, lalu turun pada bibir lembut lelaki di depannya. Dia tak percaya, lantas menepuk pipinya kencang sekali.

"Berhenti, kau ini apa-apaan sih?" lelaki yang menyebut dirinya Jungkook itu menarik tangan perempuan yang menampar pipinya sendiri berulang kali.

"Jung—kook?" ujarnya terbata-bata.
"Jung Jungkook?" Nala bangkit, menyentuh wajah lelaki di depannya menggunakan kedua tangannya. "Tidak aku tidak mimpi, kau benar Jung Jungkook!" ujarnya.

Kini jantungnya resmi mau meloncat keluar dari selongsongnya. Jungkook lantas mendekatkan wajah mereka sehingga hampir bertemu, sebelum tangan Nala dengan reflek mendorongnya menjauh.

"Loh?" tanya Jungkook bingung. "Kenapa mendorongku? Bukankah ini yang kau inginkan?" ujarnya.

Nala menggeleng.

"Kau yang menulis buku ini kan?" Jungkook mengambil buku dari tasnya dan menunjukkannya pada Nala.

"Iya benar, tapi—"

"Tapi apa?" Jungkook menatap bingung lalu menutup jarak diantara mereka. "Ayolah Nala, tell me what you want. I want to fulfill your fantasies..." Suaranya mengundang Nala begidik menuruni tulang belakangnya. Kedua kakinya benar-benar lemas tak bertulang.

"Kemasi barangmu..." ujarnya.

"Untuk apa?" Nala menatap bingung

"Ayo tinggal di tempatku. Luas, dan kau tak akan merasa kesepian, bagaimana?"

Nala benar - benar tak tahu harus menjawab apa lagi. Wanita ini sekarang malah berpikir apakah dia sudah mati dan ini adalah surga. Bertemu dengan Jungkook, dan diajak tinggal bersama? Mimpinya jadi kenyataan! Dia meneliti hal baik apa yang telah dilakukannya sehingga Tuhan memberikannya semua dalam satu hari?

"Hei, mau tidak?" Jungkook memecahkan lamunannya. "Apa kau sudah membayar hotelnya untuk jangka waktu lama?" tanyanya.

"Tidak, hanya dua malam..." jawab Nala.

Jungkook tersenyum. Namanya lelaki, Nala bagai santapan empuk. Cantik, mulus, dan menggilainya. Han Lily pun terlupakan. Jungkook sedang ingin bersenang-senang.

"Ya sudah, bereskan semua lalu pindah ke rumahku..." dia mengembangkan senyum, menghipnotis Nala sekali lagi dalam cinta yang memabukkan.

Dengan senang wanita itu membereskan barangnya, tak tahu akan ada banyak hal yang menantinya. Termasuk Jungkook dan fantasinya.

Mereka melaju ke kediaman Jungkook, mempersilakan gadis itu duduk lalu menghidangkan likuor sambil duduk di sampingnya.

"Apa inspirasimu menulis cerita seperti ini?" tanyanya sembari menyesap minumannya. "Mantanmu kah? Atau—"

"Tak ada..." Nala menggelengkan kepala, wajahnya berubah merah muda karena menegak likuor yang cukup banyak, membunuh rasa cemasnya.

"Maksudmu?"

"Aku masih—Aku belum pernah melakukannya..." ujarnya polos.

"Melakukannya?"
"Maksudmu kau masih v—"

"Ya benar..." Nala menjawab terbata.

Lelaki di depannya justru mendekat, sudah membayangkan desahan kecil Nala serta tubuhnya yang belum terjamah.

Ingat, Jungkook punya persediaan banyak kondom di kopernya.

"Tidak juga berciuman?" tanyanya.

Nala menggeleng.

Lelaki sialan, dia menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Membelai pipi gadis yang kini memejamkan matanya, menikmati sentuhan jari seorang lelaki yang belum pernah di rasakannya sebelumnya.

Dia mengusap bibir bawah Nala dengan ibu jarinya, mengacaukan pewarna bibir yang kini menodai dagu Nala.

Satu, dua, tiga, bibirnya mendarat sempurna, menyapa Nala dengan pagutan-pagutan lembut yang bertambah cepat dan liar seiring berjalannya waktu.

Gadis itu mengais napas, mendesah kecil tatkala Jungkook mendesak lidahnya untuk meronta masuk. Pagutan yang liar, penuh dengan hasrat yang menggebu-gebu, Nala membuka bibirnya memperbolehkan lelaki itu menguasainya sepenuhnya, sama seperti mimpi Nala sebelumnya.

Jungkook itu manis, pagutannya basah, lembut, sesekali menyentuh sisi tubuh Nala dengan jemari panjangnya.

Tak terasa tubuhnya ringan bagai kapas, Jungkook mengangkat dan membaringkannya pada ranjang bermain enggan melepas bibir Nala.

"Jungkook—" ujarnya lirih.

"Iya sayang?"
"Ada apa?" ujarnya.
"Tenang saja, aku tak akan melukaimu..."

Dasar lelaki, mengejar kenikmatannya dalam seribu satu alasan.

Tangannya mulai menjamah, berjalan menyusuri kaki Nala hingga ke atas, menghasilkan desahan kecil Nala dalam mulutnya.

"Ssst..." Jungkook berbisik, lalu memperkenalkan jarinya pada bagian sensitif Nala. "Kalau kau menolak aku berhenti..."

Nala hanya mengangguk kecil, lalu merintih "Jungkook, perlahan saja ya..." ujarnya. Dia menggigit bibir, sesekali menahan tangan lelaki yang bergerak sesuka hatinya.

"Jungkook aku mohon..." Gadis itu menggenggam sisi kiri tempat tidur, menahan teriakannya hingga bibirnya hampir berdarah.

"Ssst, tahan ya..." Jungkook sedang bertarung dengan hasratnya sendiri. Suara Nala yang penuh kenikmatan membuat jantannya terjaga.

Nala malah terlena dengan sentuhan lelaki itu. Entah sudah berapa kali suaranya terlontar keluar. Matanya terpejam, ingin rasanya dia meledak karena merasa sudah dipuncaknya sekali.

Lalu dering telepon membuatnya berhenti. Nala membuka matanya, kaget melihat Jungkook berlari mengambil ponsel yang diletakkan di atas meja.

"Halo,"
"Hai sayang..." Jungkook menyapa.

"Tebak aku ada di mana?" Suara wanita menimpali, Tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya, Han Lily.

"Jepang?" jawab Jungkook lagi.

"Tidak, aku ada di New York, YEAAAAY!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top