Part 13.

AN; hai guys! mau dobel apdet ga? wkwkw mohon bersabar ini ujian🤣, menurut kalian mereka bakal ketemu lagi gak? atau bukunya bakal dibuang sama Jungki?

__


Nala mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia baru saja bertatapan langsung dengan Jungkook? Sedekat tadi? Nala melihat tasnya yang kosong. Sudah, hadiah itu sudah sampai ke tangan Jungkook dengan selamat.

Mata Jungkook tak lepas dari sosok Nala yang menjauh beberapa meter darinya. Nala masih mencuri - curi pandang, beralih ke Henry Stevense yang sedang memerhatikan gaun pendek milik Nala.

"Selamat malam..." Nala menyapa Henry malu-malu, menyerahkan album untuk ditandatangani sambil sesekali menoleh pada Jungkook yang sedang berbincang dengan gadis lain.

Canggung sekali, Nala tidak kenal banyak dengan karya Henry.

"Penampilan yang bagus sekali, aku sudah tahu kolaborasimu dengan Jungkook akan berlangsung dengan baik, Oppa.. " Nala tersenyum memecah keheningan.

Henry membalas senyuman gadis manis di depannya sembari menandatangani kertas di depannya. "Oppa?" tanyanya.

"ah, maaf, Henry maksudku, " Nala tersipu.

"Tidak ada kado untukku?" Henry merengut, menggoda Nala yang sedang melamun lagi, memikirkan apakah impiannya benar-benar terwujud.

Nala hanya terkekeh, lalu mengucapkan terima kasih dan bergeser meninggalkan arena. Dia masih ingin bertemu dengan Jungkook.

Nala menangis di kamar mandi, bayangan buruk menghantuinya. Bagaimana kalau Jungkook membuang buku itu ke tempat sampah? Bagaimana jika Jungkook menuntutnya atas tuduhan pecelecehan?

Dia menepuk kepalanya, merasa bodoh karena tidak berpikir lebih jauh. Nala hanya ingin Jungkook tahu tentang hasratnya selama ini. Tidak lebih.

Gadis itu menenangkan dirinya sendiri, lalu mencoba mengingat kalimat gila apa yang sudah dia tulis pada bukunya.

Nala takut ada pihak yang menyalahgunakan tulisannya, atau parahnya, Jungkook akan mengira  Nala adalah sasaeng dan membencinya selamanya.

Dia terlalu banyak berpikir hingga tenggelam dalam pikirannya sendiri. Lelah, dan butuh beristirahat, Nala bergegas meninggalkan arena dalam hati yang masih berkecamuk dan kusut.

Tangisannya malah menjadi. Ah, aku mungkin memang tidak berjodoh dengan Jungkook. Dia mengulang perkataan yang sama terus menerus.

Lagipula, bagaimana bisa dia berharap Jungkook akan jatuh cinta pada pandangan pertama? Nala hanya seorang gadis yang menyukainya. Masih ada ribuan gadis di dunia yang menginginkan hal yang sama.

Sesampainya di hotel Nala meruntuhkan tubuhnya pada sofa. Besok pagi dia harus pindah ke hotel yang lebih murah. Tetap bersikeras untuk menunggu reaksi pemuda idolanya itu walaupun kesempatannya 1:1000.

Dia mengemasi barang, gaun, lingerie, riasan wajah dipastikan masuk ke dalam kopernya. Setidaknya liburan di New York tidak sia-sia. Nala punya banyak waktu untuk bersenang-senang walau tidak dengan Jungkook.

Malam yang dingin, Nala bersembunyi di balik selimut tebal hotel. Dengan pikiran yang penuh berputar dalam kepalanya.

Nala mengingat kembali buku yang ditulisnya. Dia menulis sejujur-jujurnya khayalan gila pada buku, dengan Jungkook dan Nala sebagai tokohnya. Belum lagi cerita erotis yang buat pembacanya menggelengkan kepala, Nala merasa sudah menjatuhkan harga dirinya sendiri.

"Maafkan aku, Jungkook... " ujarnya.

Dua mimpinya terwujud, menatap Jungkook sedekat itu, menjabat tangannya, sekarang Nala ingin memiliki Jungkook sepenuhnya.

Namun apakah Nala berhasil menangkap atensi pemuda itu? Apakah Nala berhasil membuatnya jatuh cinta?

Maniknya menatap kosong dinding kamar hotel, lalu menggelengkan kepalanya. Mustahil. Nala sampai lupa kalau Jungkook mempunyai seorang kekasih.

Kekasih yang cantik, terkenal dan 20 kali lipat lebih menarik daripadanya yang hanya seorang editor majalah fashion.

Hari ini Jungkook tampan sekali, wangi, dreamy, menggairahkan, dan juga keren. Suaranya dan Henry berpadu menjadi harmoni selembut madu, buat telinga Nala dimanjakan hanya dengan mendengarnya.

Sejak tadi lagu mereka masih diputar oleh ponsel Nala. Dia masih rindu dengan suasana konser, padahal baru dua jam yang lalu berpisah.

Jungkook tak ada duanya, seksi, bertalenta dan karisma yang kuat sekali, Nala jadi bingung kenapa dia dapat berdiri tegak di depan pemuda itu tadi. Dia kira jantungnya sangat lemah hingga pingsan tak sadarkan diri.

Coba bayangkan saja, celana kulit milik Jungkook masih menghantuinya. Aroma Jungkook masih tersisa pada penghidunya. Mata gelap yang menatapnya lekat seakan menelanjanginya perlahan-lahan. Nala bisa merasakan sentuhan jemari Jungkook yang akan dia impikan lagi malam ini.

Dia melekatkan selimutnya lagi, merasakan sentuhan tangan Jungkook merambat pada kulitnya. Nala memang sudah gila. Suara Jungkook yang belum juga beranjak menyapanya lagi dan lagi, Nala menengadahkan kepalanya di kamar kosong hotel, mencari sumber halusinasinya yang makin menggebu.

"Jungkook!"

Matanya melemah, sudah tak mampu lagi untuk terjaga lebih lama. Jungkook semakin dekat, bayangannya bertambah nyata, lalu membuat Nala seakan mabuk dan jatuh pada mimpi terdalamnya.

Kali ini benar-benar dalam, memabukkan, seakan Jungkook mencengkeramnya erat sekali, tak memperbolehkannya pergi ataupun lari, Jungkook ingin Nala tetap di dekatnya.

Gadis itu mencengkeram sisi kiri dan kanan ranjang lalu berteriak tanpa suara. Nala terjebak dalam pikirannya sendiri, mengundang Jungkook lagi untuk berkelana di sana.

Padahal dia sendiri ingin Jungkook selamanya, jadi miliknya dan jatuh cinta. Namun, sepertinya itu tak akan terjadi. Jungkook hanya akan menghantui mimpi Nala seperti malam-malam sebelumnya.

Gila, Nala sudah seratus persen terantai pada pesonanya, hingga rela mempertaruhkan segalanya.

Tepat pukul 3 pagi Nala terbangun, memegangi kepalanya yang sakit, mengingat mimpinya akan Jungkook dan semua tentang fansign yang telah terjadi.

Gadis bodoh, dia menulis alamat email dan kontaknya pada bagian belakang buku. Kalau memang Jungkook membaca, Nala berharap pemuda itu menghubunginya. Kalau tidak, bisa jadi pria jahat yang akan memanfaatkan informasi itu.

Sekarang Nala tinggal menunggu, pilihan satu atau kedua yang jadi kenyataan.

Dalam gelapnya malam, Nala menunggu dering telepon dan pesan dari Jungkook.

Seperti yang ditulisnya di lembar belakang buku, "Semoga kau menikmati tulisanku ya Jungkook...Aku tunggu pesanmu, esok hari pukul tujuh"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top