Part 12
AN; Nulis ini harus kudu dalam keadaan bucin Jungkook sebucin-bucinnya tumpah-tumpah guys, harus vavavoom jadi aku takut mengecewakan gak update-update
APA AKU 20 HARI GAK UPDATE?.
g
uys ada yang baca gak?
___
Hari itu Nala sudah bersiap, dengan baju mewah yang dipakainya ke NYFW lengkap dengan hadiah untuk Jungkook dan album yang dibawa saat fansign nanti. Nala berharap besar hari ini. Hari yang jadi penentuan tentang hidup dan cintanya demi seorang Jungkook.
Nala berdandan cantik sekali, tidak lupa membubuhkan wajahnya dengan setting spray yang mampu menahan riasannya agar tetap di tempat. Bisa dikatakan bajunya cukup seksi. Gaun kulit pendek berwarna hitam dengan aksen emas khas Versace di bagian pundaknya. Edgy, sesuai tema NYFW hari ini. Dia jadi yakin jadi pusat perhatian hari ini.
Gaun mini ketat rancangan dengan belahan dada rendah, membuat semua mata tertuju padanya saat menuruni tangga hotel tadi.
Penutupan NYFW begitu meriah, Lipgloss mengkilat dengan glitter perak yang membuat bibirnya bagaikan dipoles madu. Mata hazel Nala juga dibingkai oleh eyeshadow gelap dan metalik, memambah kesan dramatis dan berbahaya.
Mungkin ada beberapa fotografer yang menepuk pundaknya hendak meminta kartu nama, namun Nala malah berjalan cepat diburu waktu.
Gadis bodoh, dia bisa saja melewatkan kesempatan emas untuk bisa tampil di cover majalah Vogue dan berlenggak-lenggok pada panggung peragaan busana, tapi Nala masih betah bekerja dari belakang layar.
Dia menghela napas panjang tatkala melihat jam tangannya. Nala tidak boleh gugup, sebentar lagi dan semua akan selesai.
Nala tiba di arena konser, barisan masuk sudah panjang sekali. Mereka menengok pada Nala, bergunjing menertawakan pakaiannya yang terlalu berlebihan untuk suatu konser.
Terserahlah mereka mau berpikir apa, Nala berkata dalam hati. Dia tidak mau ambil pusing melewatkan waktu untuk berganti baju di hotel, Dia mau cepat-cepat bertemu dengan Jungkook.
Kakinya pegal sekali, Nala berharap acara segera di mulai. Bisik-bisik gadis disekitarnya masih terdengar. Nala menyita perhatian sedemikian hebatnya sehingga kini mereka memerhatikan gadis itu lekat sekali.
Sorak sorai penonton memenuhi arena saat dia memasuki ruang besar dengan kursi-kursi melingkari satu panggung berwarna merah di tengah.
Dari dekorasinya, bisa dipastikan Jungkook dan Henry akan tampil memukau malam itu. Nala jadi takut tak sadarkan diri saking senangnya.
Henry datang meluncur dari atas menggunakan tiang dengan beberapa sambutan untuk para penggemar. Dia sudah tahu bahwa Jungkook akan datang dengan cara serupa. Jungkook bisa saja muncul dari balik kursi penonton, dan Nala tak menyadarinya.
Dia menengok ke kanan-kiri untuk mencari keberadaan pria seksi itu, namun tidak menemukannya sama sekali. Hingga dentuman terdengar dan Jungkook yang melompat dari dasar panggung ke atas, dengan baju hitam serta celana kulit hitam yang ketat. Delicious.
Nala hampir mati di kursi penonton, melihat lelaki itu sangat dekat, namun sangat jauh. Pakaian yang dikenakan juga membuat otaknya berputar liar, dia jadi ingin menulis kelanjutan dari bukunya, atau menambahkan beberapa adegan gila dengan Jungkook dan celana kulitnya.
Teriakan penonton hingga alunan lagu bergabung menjadi satu, Nala tambah jatuh cinta, Nala yakin hanya Jungkook yang boleh memilikinya.
Gadis itu berniat melamar Jungkook menjadi suaminya di penandatanganan album nanti, walaupun dia akan di usir atau dicap sakit jiwa.
Acara selesai, penandatanganan berlangsung hingga nanti tengah malam, Nala hanya membeli kentang dan soda untuk mengganjal perutnya.
Dia tak henti menatap kaca kecil dari dalam tasnya, melatih kata-kata yang akan dia ucapkan pada Jungkook. "Aku Nala, aku datang dari Korea, Aku mencintaimu..."
"ah tidak,tidak!" Nala meralat kalimatnya sendiri. "Aku bisa dikira sasaeng atau bahkan psikopat, atau psikopat sasaeng!" Nala bergumam sendiri di bilik kamar mandi, kalau dia keluar dan ramai, dia pasti dikira gila.
Gadis itu kehilangan setengah dari akal sehatnya, tidak memperdulikan tatapan aneh perempuan lain saat melihatnya keluar dari bilik kamar mandi setelah beberapa menit berbincang dengan dirinya sendiri.
Dia mengeluarkan riasan wajah, lalu menyapukan pewarna bibir serta menambahkan bedak pada wajahnya.
Menurut Nala, film dan serial televisi atau drama korea yang romantis itu bisa terjadi di dunia nyata. Dia begitu percaya diri bahwa dia bisa menyihir Jungkook dengan bulu mata panjangnya dan parfum yang sudah dihabiskannya hampir setengah botol.
Nala bergegas, membeli corn dog yang hangat dari antrean panjang lautan manusia yang hendak ikut penandatanganan album hari ini.
Dia makin tak sabar, menggenggam erat bukunya agar tak ada satu orang pun yang bisa mengambilnya. Padahal tak ada satu orang pun yang mau.
Adrenalin mengalir di aliran darahnya, Nala bisa meledak dalam lima detik saja. Waktunya sebentar lagi, dia tak segan menghitung mundur dari 600 lalu bergabung dengan barisan penggemar yang haus akan pesona Jungkook.
Jungkook, malam ini kita akan bertemu Jungkook. Tatap mata sedekat ini. Akhirnya takdir mengijinkanku untuk—
"Masuk ke dalam barisan!" seorang petugas lelaki mengatur barisannya.
Nala memposisikan diri di tempat yang paling nyaman. Dia mulai bisa melihat Jungkook dan Stevense dari kejauhan. Henry bagai tertutup seluruhnya, hanya Jungkook yang bersinar dalam malamnya. Jungkook seorang.
Lamunannya membawa Nala pergi, menkhayalkan Jungkook dan kesempatan yang semu. Mana mungkin mereka berakhir bersama?
Suara Jungkook dan Henry membuka acara, lalu menggema di seluruh arena. Barisan mulai dibuka, mata Nala tak lepas dari gadis yang memegang tangan Jungkook sekarang.
Kobaran api cemburu dan sakit hati menyelimutinya. Dia ingin berlari lalu menjauhkan ratusan tangan-tangan genit itu dari Jungkook.
Namun Jungkook bukan miliknya.
Impian semu Nala, lamunan indah tentang mereka berdua masih setia berputar dalam kepalanya, padahal Jungkook hanya berjarak beberapa meter darinya.
"Maju kedepan Miss,"
"Miss..."
Petugas memanggil gadis yang berjarak 5 meter di depannya, berharap antriannya segera habis. Astaga, gilirannya sebentar lagi!
Nala bisa saja mati di tempat, Jungkook semakin dekat, semakin membuat napasnya memburu gila. Cintanya mendidih.
"Silahkan maju..."
Gilirannya tiba, gadis lain memerhatikan Nala dengan gaun pendek versace dan sepatu tumit tinggi berlenggak-lenggok menuju Jungkook yang duduk manis di kursinya.
Mata Jungkook otomatis tertuju pada kaki jenjang dan kulit mulus Nala yang tak tertutup apa pun, juga pakaian mewahnya yang terkesan berlebihan untuk dipakai ke arena fansign.
Tapi Jungkook tidak terganggu, pemandangannya indah, gadis cantik dan seksi sedang berjalan ke mejanya sekarang.
"Selamat malam, " Nala memberanikan diri menyapa belahan jiwanya, lelaki yang disebut-sebut memiliki seluruh hatinya.
"Malam..." Jungkook tersenyum, memerhatikan bibir penuh yang dioles dengan pewarna bibir yang mengkilat. Senjata Nala sedikit berhasil.
Matanya tak lepas dari baju ketat Nala yang semakin mengganggu konsentrasinya.
"Aku datang dari Seoul..." Nala bercerita canggung, sambil mengeluarkan album yang siap untuk di tandatangani. Tangannya gemetar bukan main.
Jungkook dengan cepat menandatangani sampulnya, "Wah, kau datang ke sini untukku?" tanyanya.
Dasar penggoda. Pikir Nala. Dia tahu Jungkook memang ahli dalam urusan kata-kata, apalagi keluar dari bibirnya, yang sudah diimpikan Nala tiap malam.
"Boleh tulis, 'Untuk Nala' pada sampulnya?" Nala memohon sambil tersenyum, melayangkan sihirnya sedikit lagi.
"Boleh..." Jungkook tersenyum membalas gadis cantik di depannya. Dia bingung mengapa Nala tidak mencoba untuk menyentuhnya seperti gadis-gadis sebelumnya.
"Jadi namamu Nala?" Jungkook menggoda, "Perkenalkan, aku Jungkook..." dia mengulurkan tangan, sebenarnya hanya ingin merasakan kulit lembut yang sejak tadi memanggil-manggilnya.
"Benar Jungkook, aku sudah sering datang ke konsermu, namun baru kali ini aku—"
"Maaf..." Nala menutup mulutnya, tak disangka dia berani bercerita sedemikian banyak.
"Tak apa," Jungkook terkekeh.
Petugasnya sudah mulai mengisyaratkan Nala untuk bergeser. Nala masih ingin menatap Jungkook sebentar lagi.
"Hari ini aku senang seka—" Nala kesal, kalimatnya terpotong.
"Silahkan bergeser..." dia memberi isyarat.
"Tunggu, " ujarnya. Nala mengeluarkan sekotak kado yang di bungkus rapi. "Ini untukmu, Oppa..."
Ada yang menggelitiknya ketika Nala menyebut kata oppa, entah karena suaranya yang manis, atau karena gadis cantik itu baru saja memberikannya sekotak besar hadiah?
Tunggu-tunggu, Jungkook tahu. Dia terlihat familiar. Sangat familiar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top