Part 10.
AN; Jungkook sampe di NY guys, seperti janjiku, aku malem malem updatenya. Yang belum tidur, semoga baca ini jadi ngantuk wkwk, yang udah ngantuk, cepat tidur, besok pagi aja bacanya heuheu💜💜
Borrahae guyss!
__
Jung Jungkook
Jungkook sampai di New York setelah perjalanan panjang dan sedikit bujuk membujuk Simon PD-Nim agar memajukan jadwal keberangkatannya.
Jungkook itu emas. Dia bisa mendapatkan apa saja.
Sesampainya di New York, dia tidak mau membuang waktu dan langsung bergegas menuju apartemennya. Jungkook masih sibuk menarik kopernya saat hujan turun dengan derasnya, mengguyur kota New York kesayangannya itu.
Dia melihat gadis dengan baju merah muda turun dari taksi dan berlari masuk ke dalam hotel mewah di seberang apartemennya. Sepatu tumit tinggi dibawanya menggunakan tangan karena kakinya berlari mempercepat langkah menghindari tetesan hujan yang membuat bajunya setengah basah.
Ponselnya berdering, Henry Stenvense meneleponnya.
"Halo hyung?" Jungkook menyapa pria yang sudah mulai terbiasa dengan panggilannya itu.
"Hai Jungkook, sudah sampai di New York? " tanyanya.
"Sudah, hyung. Bagaimana denganmu? " Jungkook menatap jam dinding di lobby apartemen mewah itu. Masih memandang hotel di seberang yang terus mengingatkannya dengan gadis cantik berbaju basah tadi.
"Malam ini aku berangkat ke New York, " Suara Henry lenyap ditelan klakson mobil di belakangnya.
"I'm coming! " Henry berteriak.
"Baiklah, sampai jumpa besok ya! Masih ada dua hari untuk kita latihan lagi, kok" Jungkook menimpali.
"Sampai jumpa, Jungkook. Aku harus bergegas! Bye! " Henry memutus panggilannya.
Pokoknya hari ini dia harus beristirahat penuh. Perjalanan dari Korea Selatan ke Amerika membuat tulangnya lelah, padahal dalam tiga hari dia akan mengadakan pertunjukan bersama Henry Stevense. Jungkook harus beristirahat maksimal.
Jungkook berencana minum-minum besok. Sedikit saja supaya lebih santai katanya. Dia tidak ingin panik dan gugup apalagi salah tingkah karena harus tampil satu panggung dengan Henry. Jungkook harus menampilkan yang terbaik.
New York masih diguyur hujan. Mungkin pesan antar bisa menjadi pilihan yang baik, perutnya sudah mulai lapar. Hotel di seberang sana merupakan hotel bintang lima yang terkenal di New York, Jungkook jadi tergiur untuk mencicipi makanannya daripada harus menunggu pesan antar.
Pemuda yang aneh, dengan segala fasilitas yang disediakan agensi, dia malah memilih hidup sendiri tanpa bantuan manajer dan staff lainnya. Jungkook sedang muak dengan ketenaran. Dia mengangkat kopernya sendiri, menaruhnya pada kamar lalu menyebrangi jalan menuju Hotel mewah tadi.
"Food, I am coming! "
***
Kim Nala
Nala merengut melihat kaca jendela taksi yang mulai dibasahi tetesan hujan. "Sial! Aku lupa membawa payung! " Nala menggerutu. Antrean masuk hotel sedang penuh sesak, Nala terpaksa turu di pinggir jalan dan membawa sepatu tumit tingginya agar bisa lari menerjang hujan dan masuk ke dalam hotel.
Bajunya sudah setengah basah, Nala tidak habis-habisnya menggerutu. "Sial, sial, sial, " untungnya kamera dan ponselnya sudah ditempatkan di tempat yang aman, cemas Nala berkurang satu. Kini perutnya benar-benar minta diisi makan.
Seharian tadi Nala hanya menyantap mini quiche dengan topping keju fetta dan brokoli. Hanya cukup untuk sekali telan. Dia tidak dapat membayangkan wanita-wanita berkaki jenjang yang hanya menyantap sayuran hijau setiap harinya. Nala mulai merindukan masakan Korea. Masakan Eommanya.
Setidaknya hotel menyediakan makanan lebih dari salad. Nala sudah membayangkan lezatnya daging dengan kuah menggiurkan, pasti memuaskan perut laparnya.
Nala tidak menghiraukan rambut basah dan bajunya yang menempel di kulit, memperlihatkan lekuk tubuh indahnya semakin nyata. Gadis itu lapar, dia hanya perlu makan. Sudah terlalu lapar untuk menunggu layanan kamar, dia memutuskan untuk datang ke restoran hotel dan memesan makanan, duduk di kursi pojok restoran, malu kalau ada orang yang memerhatikan rambut basah dan riasan lunturnya. Katanya undangan New York Fashion Week, ujarnya dalam hati.
Nala benar-benar suntuk. Empat hari kemarin ini dia hampir gila. Acara yang begitu sibuk, detail yang harus dicatat, serta artikel yang ditulisnya sudah diserahkan langsung ke Nyonya Daisy untuk diperiksa. Gadis itu berharap wanita tua itu tidak memberinya revisi karena kerjaan lain masih menumpuk untuk diselesaikan. Kalau ada revisi, bisa dipastikan otaknya berhambur keluar detik ini juga.
Nala rindu pergi ke bar. Besok jadwal Nala tidak sepadat hari ini, dia bisa pergi ke bar sepulang dari NYFW. Gadis itu ingin mencicipi makanan dan merasakan ambience kebanggaan warga New York, yang sering disebut sebagai tempat nongkrong paling keren sedunia.
Gadis berambut setengah basah itu memesan daging dengan tingkat kematangan medium, tidak lupa dengan anggur merah serta panna cotta sebagai makanan penutupnya.
Dia menyantap makanan dengan cepat, sesuap, dua suap. Hatinya tidak tenang, Nala merasa sedang diperhatikan. Dia menengok kanan-kiri mencari sepasang mata yang menatap ke aranya, tetapi Nala tak menemukan apa-apa.
"Well, whatever... " dia menaikkan bahunya lalu melanjutkan makannya.
Ketika dia menjilati panna cotta dengan lahap, sepasang mata menatapnya makin lekat, sehingga Nala bisa merasakan kedua mata itu di belakang telingannya.
Siapa sih yang sedang memperhatikanku? Apa hotel ini berhantu?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top