ACT III: EPILOGUE
Untuk satu ketololan besar, Madison tampaknya menyukai sebuah fakta konkret perkara kembalinya ia dengan Taehyung. Perempuan tersebut bukannya melupakan soal petaka-petaka gila yang dulu menghantamnya, Madison, sialnya, hanya terlalu membutuhkan dan mencintai Taehyung sehingga ia tidak peduli dengan kelikat psikopat Taehyung terdahulu yang konkret selalu menghantui Madison. Jadi, Madison akan tetap seperti ini sampai final predestinasi, menikmati asmaraloka hangat yang terkadang hampa bersama Taehyung.
Memang gila. Madison super gila karena tergoda untuk masuk pada dunia si biang kerok perfek itu. Hanya saja rasa putus asa terlampau mendetonasi hingga kewarasan Madison tercabut dari inti basirah. Madison bukannya takut mati sesuai ancaman Taehyung. Stay or kill. Ia memikirkan hal lain selain rasa afeksinya pada Taehyung, yakni anaknya, anak yang benar-benar anak Madison dan Taehyung.
Siluet fragmen soal darah, Jisa menghilang yang diikat seperti kambing guling, hewan tanpa kepala, kaki opsir yang dipotong, kepala Jungkook Scheiffer, semuanya masih tetap menempel pada penampungan memori Madison. Utamanya saat Madison mengunjungi kamar Jisa yang dahulu diberikan tanda peringatan dengan tulisan yang berbunyi: whoever brought me lies should be punished. Madison masih hasai atas fragmen itu.
Jung Taehyung dan Hanagami Joon aman. Sementara seorang inosen seperti Jung Jimin malah yang harus menanggung beban semuanya. Depresi di dalam tahanan atas kesalahan yang tidak pernah dilakukan oleh Jimin. Madison tidak tahu soal hal apa yang dilakukan Taehyung dan Joon hingga membuat polisi menangkap Jimin. Barangkali evidens kepala Jungkook Scheiffer.
Tapi sungguh-Madison ingin melupakan itu. Dan Taehyung membantunya sebab Jung Taehyung adalah pria termanis dengan afeksi yang meletup-letup, penuh perhatian, dan lemah lembut. Agaknya pria itu benar-benar tulus pada Madison sebab setelah fragmen-fragmen tolol itu pergi, Taehyung benar-benar menjadi Taehyung yang ia kenali seperti biasanya.
He becomes a better man.
-and a great daddy.
Tidak. Madison belum melahirkan anaknya. Sebulan lagi adalah waktu yang menjadi skejul kelahiran anak-yang benar-benar anak Taehyung. Selama beberapa waktu, Taehyung menjaga Madison dan kandungannya dengan baik. Kadang-kadang Madison dibuat terpaku tatkala Taehyung mengecupi dirinya sendiri atau mengecupi dan membelai penuh afeksi garba Madison yang mutlak selalu berubah membesar.
Memilih untuk bersama Taehyung adalah hal yang benar.
"Maddie-honnie."
Maddie-honnie. Madison ingat tatkala ia mendengarkan panggilan itu untuk pertama kalinya. Sejujurnya tidak pernah terbayangkan perkara pria klasik yang nampak tidak ekspresif seperti Jung Taehyung memikirkan panggilan kreatif tersebut. Madison and honey. Untuk beberapa periode, Madison membenci itu sebab ia tidak sudi mendengarkan panggilan manis dari pembunuh serial seperti Jung Taehyung. Namun, lama-kelamaan Madison kembali terbiasa dan menerima reaksi seperti awal, sisi muka yang berubah biram manis.
"Hm?" Madison berdeham. Kenya itu membalikkan tubuh setelah sudah cukup terkena luminositas aftab yang menghangatkan atma dan raga Madison. Sejemang ia melihat figur perfek pria itu yang tersenyum dengan tawa kotak manisnya. Pria itu jatuh ke bentala, menggenggam tangan Madison dan memberikan banyak kecupan kupu-kupu di punggung tangan Madison. Lantas berlanjut dengan membelai dengan afeksi maksimum pada perut Madison yang sudah sangat besar itu.
"Jangan terlalu lama. Segeralah beristirahat lagi," ujar Taehyung.
"I will." Bahana kecil Madison keluar. "Are you going to go to work?"
"Sayangnya, iya."
Madison tersenyum kecut. Ia membutuhkan Taehyung. Barangkali influensi kandungan yang semakin membesar seolah siap mendetonasi kapanpun, makanya Madison merasa jatuh tatkala mendapatkan jawaban singkat dari pria bermarga Jung itu. Alhasil Jung Taehyung yang melihat visual kekecewaan itu selanjutnya langsung beringsut bangun dan membawa Madison untuk duduk di atas ranjang sekaligus membuat Madison telak pada posisi bersandar.
"Hanya sebentar, Maddie." Ia menjeda. "Aku tidak akan meninggalkan oksigenku lama-lama. Ingat? I'll be a better man this time."
"Aku ingat. You do what you say."
Alhasil, sejemang Taehyung membuat sirkumstansi semanis manisan lebah yang original. Ada perisa manis nan hangat tatkala keduanya memilih untuk mengulum labium masing-masing sebelum Taehyung pergi ke bangunan sentral berita Westfold. Ini kultur, habit, dan tradisi yang absolut tidak bisa lepas dari famili yang perfek ini. Jangan aneh kalau pada akhirnya Taehyung menambahkan porsi waktu telat. Maksudnya, semenjak berakhirnya kejadian horor itu, Madison tidak benar-benar menerima Taehyung karena kenya itu memiliki insekuritas yang tinggiㅡtakut, khawatir, dan panik. Sementara sekarang, Madison benar-benar menjadi Madison yang Taehyung kenali. Maddie yang membara dan penuh spirit, tapi ada aura positif yang manis dan menyenangkan.
Jung Taehyung dan Jung Madison. Begitulah gambaran singkat soal kehidupan mereka sekarang.
"Jangan lupa pesananku." Madison langsung bersuara sedetik setelah koneksi saliva itu putus. "Tolong beli suㅡ"
"Susu, buah-buahan segar, ikan, dan vitamin. Aku ingat, Maddie."
Madison terkekeh. Hal seperti inilah yang membuat Madison secara perlahan membuang memori hitam dahulu. Walaupun tak bisa dimungkiri bahwa mimpi soal gadis fragil di dalam kerangkeng itu selalu datang padanya ketika Madison masuk alam subkonsius. Dan well ... pada awalnya, Madison membiarkan jemari-jemari kecil itu berada padanya, diawetkan, dan disimpan dalam wadah supaya Madison bisa mengingat keinosenan Jisa. Namun, ia sadar, itu hanya membuatnya semakin lemah dan gila. Jika itu terjadi, maka sekuat apapun Taehyung mengembalikan sirkumstansi semanis lolipop seperti awal, Madison tidak akan pernah kapabel tertawa.
"Aku pergi. I love you, Maddie." Taehyung memberikan kecupan kecil di kening sebagai ending. Dan Madison membalas, "I love you too, Taengi."
Selanjutnya, seperti biasa. Taehyung akan selalu menguar spiritual terbesar seolah ia memang berkontribusi dalam memberikan perasaan yang magnifisenㅡmemang iya, sih. Jadi, ia bersuara lagi, "Love you more, Maddie." Ketahuilah, jika Madison membalas lagi, maka Taehyung akan terus menjawab dengan perumpamaan perasaan cinta yang lebih-lebih ekstraordinari. Alhasil, Madison terkekeh dan perlahan-lahan pemandangan Taehyung hilang dari atensinya.
Dan Madison kembali kosong dengan insekuritas yang mendetonasi. Jujur saja ia tidak pernah tenang semenjak Taehyung memulai untuk membuat pembunuhan serial itu. Sudah disebutkan, kan? Bahkan di alam subkonsius.
Ia mengunci pintu kamar dan punya intensi untuk memasuki alam subkonsius. Istirahat dan bangun ketika Taehyung sudah datang dari responsibilitasnya. Tapi kali ini berbeda, satu hal yang kapabel Madison tangkap adalah adanya gangguan dari luar yang entah apa itu. Ada suara friksi sebuah barang dengan lantai kayu. Madison mencoba abai, tapi ia secara instingtif bangun dan keluar dari kamar. Rasa kuriositas lebih tinggi daripada ketakutannya.
Kenya Bee itu berjalan dengan tangan memegangi garba pribadi, jalannya tertatih-tatih sebab membawa beban sebesar itu tidaklah mudah. Ditambah penyakit bawaan, yakni asma, yang membuat Madison lemah.
Sejemang kemudian, Madison mendapatkan esensi horor yang baru saat ia mendekati area tangga rumah. Telak dan konkret di bagian bawah setelah tangga paling bawah ada tulisan yang dibuat dari material darah. Lagi. Ancaman lagi yang serupa. Di sana tertulis,
WHOEVER BROUGHT ME LIES SHOULD BE PUNISHED
Tidak mungkin, kan, kalau Jung Taehyung merepetisi fragmen lagi? Lagipula ia telak pergi beberapa menit lalu. Apa Taehyung tidak melihat evidens horor ituㅡsangat tidak memungkinkanㅡatau mungkin tulisan itu dibuat secara cepat setelah Taehyung pergi?
Kalakian, Madison tertatih-tatih berjalan untuk kembali ke kamar dan menjaga diri. Mengunci kamar dan menunggu Taehyung pulang. Meski sayangnya sebuah dering telepon mendistraksi Madison, dan ia lebih memilih untuk mengangkatnya.
Itu Taehyung. Suaranya penuh ultimatum dan kesakitan. "Jangan ke mana-mana, Maddie. Aku akan segera kembali ke rumah."
"Apa yang terjadi?"
"Jiminㅡ"
Great.
Tragis. Transmisi sinyal listrik terputus begitu saja. Secara instingtif, Madison membalikan badannya untuk kembali ke dalam kamar. Tapi, agaknya Tuhan menginginkan fragmen predestinasi ini berakhir di detik ini. Telak ketika Madison membalikkan tubuhnya, ia dihadiahi dengan visualisasi seseorang dengan jaket hitam kelam berdiri di hadapannya dan memberikan sebuah mimpi yang disalurkan dari sebuah pisau yang absolut langsung menembus garba pribadi Madison, melakukan hal tersebut seolah tengah meletuskan balon helium.
Sekujur tubuh Madison tersulut oleh kegilaan, rasa sakit, dan inferno. Sarafnya saling terjepit satu sama lain berikut darah yang tidak bisa mengalir lancar. Atau lebih tepatnya, visualisasi warna merah itu mendetonasi dari bagian perut Madison. Lantaran hal tersebut, Madison kehilangan kontrol. Ia mencoba menghindari entitas di depannya dengan turun ke lantai bawah sebab itu satu-satunya jalan untuk menjauhi. Sayangnya di pertengahan jalan, Madison malfungsi total. Ia terjatuh hingga terjerembab ke lantai kayu lantai bawah.
Kesialan lainnya, Tuhan tidak benar-benar mencabut nyawa Madison. Ketimbang segera membuat Madison kehilangan kesadaran, napas, dan detak jantung, Tuhan membiarkan Madison tetap bernapas. Ada kapasitas beban besar yang ia tanggung hingga Madison juga kelimpungan harus memberi ekspresi seperti apa. Yang pasti, romannya hancur dengan tangan memegangi pisau yang masih berada di perutnya. Kenya itu menangis tertahan seraya memerhatikan pria anonimos dengan masker hitam itu berjalan ke bawah.
Kalau tidak ingat bagaimana daksanya tengah digerogoti rasa sakit bak inferno Tuhan, Madison tak segan ingin lari jauh-jauh. Sayangnya itu hanya harapan tolol seorang Jung Madison Bee. Pada kenyataannya pria itu telah berada di depan Madison, berjongkok, dan membuka maskernya.
Pria berasma awal dengan leter J. Bukan Jung Taehyung lagi, melainkan Jung Jimin.
"A-Apaㅡ" Madison kehilangan abiliti untuk berbicara. Siksaan dan denyutan sakit nan perih itu lebih mendominasi serebrum dan indera perasaannya sehingga ia tidak bisa melakukan apapun.
"Apa yang kulakukan?" tanya Jimin. "Repetisi fragmen, sesuai yang dilakukan oleh Taehyung. Kau membohongiku, Maddie. Kau mengatakan bahwa Jisa anak Taehyung, dan kenyataannya dia ... kau perempuan sialan." Madison memang berbohong, tetapi tindakan ini tidaklah pantas. "Karena tindakan tolol itu, kau mengundang si psikopat gila itu melakukan serial pembunuhan, bahkan ia sampai membunuh Coral yang inosen dan sama sekali tidak terlibat atas kegilaanmu. Satu lagi, ia menumbalkan aku dengan evidens jemala Scheiffer hingga aku yang diklaim sebagai pembunuhnya. Kau alasan kenapa aku dipenjara."
Kenya tersebut memejamkan matanya seraya mengatur napasnya, kendati itu sulit. Sesekali meringis atau mendedau nyeri lantaran influensi pisau di perutnya. Selain itu, pusat tubuhnya juga telak mengeluarkan darah dengan volume yang tidak sedikit. Madison tidak kuat dengan predestinasi ini. Madison ingin sekali mengikuti jejak Jisa, ikut tinggal di eden.
"Maaf, Maddie. Kau favoritku. Sayangnya, aku orang yang pendendam. Setidaknya aku tidak segila Taehyung yang membunuh orang-orang inosen," adisinya afirmatif. "Hanya kau. Spesial sebagai akar dari predestinasi lampau. Aku tidak terima karena kau tidak memublikasikan fakta bahwa Jisa adalah anakku. Aku tidak terima saat Taehyung memilih untuk membunuh Jisa ketimbang memberikannya padaku. Aku tidak terima saat ia membuat Coral terbunuh hanya karena dia tidak sengaja melihat aksi keji Taehyung. Aku tidak terima saat Taehyung menumbalkan aku untuk menggantikan posisinya di tahanan. Dan kematianmu membuatku puas segala sisi, termasuk kekalahan Taehyung. Depresi dan gila karena kehilanganmu."
Madison menyumpah dalam kalbu.
"Selamat menikmati prosesi sekarat laiknya inferno, Maddie."
Nyenyat mendominasi setelah Jimin memilih pergi setelah merasa puas karena telah merepetisi fragmen. Selanjutnya Madison memejamkan netra terus-menerus seraya menahan pelbagai rasa sakit yang membuatnya malfungsi dan turbulensi hebat. Madison hanya memiliki pilihan untuk menunggu; menunggu kehabisan darah, kehilangan kesadaran, dan absolut mati menyusul Jisa, Opsir Fischer, Jungkook Scheiffer, Coral, dan Jemima.
Madison akan berakhir hanya karena sebuah kebohongan. Dan harusnya ia sadar bahwa famili Jung, Jung Taehyung dan Jung Jimin, adalah keluarga kacau.
Kalakian, sebuah teriakan keras menguar di udara. Jung Taehyung berhasil kembali dengan penampilan figur yang kacau. Keningnya berdarah-darah, agaknya terkena friksi tabrakan, sebuah alasan konkret mengapa tadi pria itu menguar vokal kesakitan yang mendominasi.
Taehyung menggunakan fungsi tangan untuk memberikan komposur di sisi wajah Madison. Sesekali mengecupi Madison yang netranya sudah tidak fokus dengan rasa sakit yang semakin menyiksa. Ketika itu, Madison lebih memilih untuk berbicara. "Terima kasih atas hukumannya dan kehancuran hidupkuㅡdan kematianku," katanya, memulai dengan sindiran. "But, I love you, Taengi. Aku pergi, ya."
"Tidak, tidak, tidak. Janganㅡ"
Pria itu eksesif. Ia hendak mengangkat daksa Madison, tetapi Madison menolak karena ia pikir itu percuma. "Aku ... aku pergi, ya." Madison mengulang dengan vokal pelan dan terputus-putus. "Be a better man and dad next time. Love you more, Taengi."
Final.
Taehyung bervibrasi ketakutan bukan main. Ia gelebah saat melihat eksistensi darah di lantai kayu yang sudah merambah ke mana-mana, berikut pisau di perut. Taehyung terus-menerus berteriak, dengan intensi membuat spirit pada Taehyung. Ia tidak peduli dengan tolakan Madison, Taehyung tetap mencoba mengangkat daksa perempuan kirana itu untuk segera di bawa ke rumah perawatan.
Taehyung takut.
Darah. Darah. Darah.
Kesakitan Madison.
Taehyung yakin kalau ia kapabel menyelamatkannya.
Namun, tanpa Taehyung sadari, tatkala ia belingsatan menyetir radar transportasi, di sisi Madison, ada sebuah perubahan dimensi yang jelas. Entah di mana Madison berada, nirwana atau kembali bermimpi. Jisa kecil yang similar seperti benda fragil itu tersenyum inosen. Manisnya, ia dikelilingi oleh hal-hal gaib yang memberikan cahaya-cahaya putih yang murni dan kirana. Eksis garden cantik dengan visualisasi yang tidak bisa diberikan protasis. Gadis kecil itu, secara ajaib, menguar vokal dengan aksen dan pelafalan tidak jelas khas bocah kecil. "Mama, kita bersama lagi."
[DEFINITELY END]
Pertama-tama, ayo tarik napas dulu, lalu buang.
pasti banyak typo.
finally, whoever brought me lies should be punished berhasil mencapai ending, dan-terima dengan endingnya, kan? i hope so. kalau enggak, i do apologize. mungkin harus aku cantumkan protasis, utamanya soal epilog.
[psst ... anw aku udah kasih banyak indikasi yang merujuk bahwa taehyung itu dalangnya. bahkan hal kecil di prolog saat jisa bilang: tolong, mama. hanya mama. dan setiap bagian juga aku tunjukkan petunjuknya.]
awalnya aku sempet terpikirkan untuk buat sekuel, dan ini hanya niat kecil. tapi karena intensi jimin dan taehyung itu sama, jadi aku buat sebagai act iii epilog. jadi, aku buat runtutan aksi di whoever brought me lies ini. act i, kejadian awal mula madison yang secara enggak sengaja berkhianat, dapat hasil, dan generally dia anggap itu anak taehyung meski dia tahu itu bukan. act ii, kejadian di mana taehyung menghukum madison karena membohonginya soal jisa yang notabene bukan anaknya taehyung-sekaligus punishment karena madison berkhianat juga. harusnya itu selesai sampai situ, dan terlihat juga kalau madison dan taehyung bahagia di act iii. tapi, itu berlanjut di pertengahan act iii, kali ini jimin yang menghukum madison karena bohong pada jimin soal status jisa, sekaligus balas dendam karena taehyung bunuh jisa dan coral melalui madisonㅡkarena jimin kehilangan coral.
dari awal aku menegaskan hubungan sebab akibat yang besar di sini. madison sebagai sebab, taehyung yang membuat akibatnya. madison sebagai sebab, jimin yang membuat akibatnya. jimin sebagai sebab, taehyung yang membuat akibatnya. taehyung sebagai sebab, jimin yang membuat akibatnya. mereka terhubung satu sama lain.
sebagai tambahan, bagaimana jimin tahu masalah anak dan memilih untuk memberi teror serupa? madison pernah ngasih imej teror ke jimin. dan dibagian sebelumnya taehyung bilang, jimin akan gila karena kehilangan coral. dan di sini, jimin bilang, taehyung gila dan depresi karena kehilangan madison. secara tidak langsung jimin dengar konversasi di rumah sakitㅡdan disini jimin hanya mendengarkan, bodohnya ga merekam, jadi tetap dipenjara.
aku mesti bilang bahwa kalau taehyung enggak melakukan ini dan membiarkan kebohongan semacam itu didiamkan baik-baik, mungkin dia enggak bakal ending setragis itu. walaupun kembali ke poin awal bahwa jimin yang pertama-tama menyulut api dan madison yang dengan bodohnya menerima jimin.
hal-hal berupa pembalasan ataupun hal yang semacam itu, menghukum seolah menjadi tuhan, pada dasarnya enggak baik. everybody does believe that revenge can bring you a karma, your own funeral. jangan jadi madison, jimin, ataupun taehyung. mereka semua enggak bener. yang pasti jangan buang-buang waktu untuk menghukum orang yang mungkin pernah menyakiti kalian secara personal.
oke, mungkin whoever brought me lies should be punished ini sadis, terutama madison di ending, dan aku baru pertama kali membuat cerita semacam ini, menyeramkan untuk dibayangkan, tapi jangan lupa untuk ambil pesan moralnya. may god protect and save us.
terakhir. how do you feel after read this novelet? aku mau tau, hehe.
bye-bye. kita jumpa lagi di novelet lainnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top