ACT II: CHAPTER 3
"Mama, mama."
Ketika Madison memasuki zona dengan aura total gelap hingga ujung ruangan pun tidak dapat diidentifikasi, di situ Madison menangkap vokal manis yang tampaknya menguar definisi ketakutan yang mendalam. Madison mencoba memahami situasi pelik. Ia mendengarkan suara Jisa dan Madison memiliki asumsi bahwa ia memasuki alam subkonsius. Jisa berada di dalam pikiran dan otaknya dan tempat itu satu-satu harapan Madison untuk berjumpa dengan Jisa.
Namun, tak bisa dimungkiri bahwa ada sisi real yang mencoba menariknya dari alam tersebut. Madison bisa mendengarkan bahana hasai Taehyung. Madison bisa merasakan bagaimana pria dengan kelikat lemah lembut itu tengah menggenggami tangannya dan sesekali mengecui spot itu. Bahkan Madison bisa melihat visualisasi Taehyung. Dia sama dengan Madison. Hancur, panik, khawatir, takut, dan segala macam jenis perasaan mengganggu.
Jadi, konklusinya Madison berada di antara realitas dan imajinasi. Ia memiliki dua pilihan. Sampai pada titik jenuh, Madison melangkah maju dan mengabaikan sisi realitas. Madison melihat bagaimana kerangkeng besar menjadi sekat antara dirinya dan Jisa. Gadis inosen itu terduduk tanpa harapan dengan tangisan menggema ke seluruh penjuru mintakat. Dan persis seolah ada venom dan toksik yang membuat batas, Madison tidak bisa bergerak maju lebih jauh selain diam terblokade oleh sesuatu hal gaib yang entah apa itu.
"Madison."
Maka tak aneh kalau sisi realitas mencoba menariknya kembali seolah Madison belum punya predestinasi konkret untuk menyentuh Jisa.
"Mama, mama."
Madison dipermainkan. Univers membiarkan Madison menyelami konstelasi absurd, osean yang kapabel menenggelamkan dan mematikan. Ia secara gradual mendapatkan kepelikan pikiran. Ia mutlak berkaru hingga tidak memiliki kemampuan untuk memilih antara kedua sisi. Ia bahkan tidak bahwa mengenai sisi mana yang lebih baik, realitas atau imajinasi. Tapi ia mesti memilih antara hidup dan mati.
"Madison."
Pada lini terakhir, ada perirama yang lebih kuat hingga Madison otomatis menoleh dan melupakan sisi lainnya. Taehyung memanggilnya terus-menerus. Madison menyadari bahwa ia tetap harus memilih dan pada kenyataannya ia berada dalam rengkuhan sisi realitas. Jadi ruai-ruai ia menyahut, dan membalas invitasi genggaman Taehyung.
Madison hidup.
Pelan-pelan ia membuka mata hingga sedikit demi sedikit relapan cahaya lampu mulai menginvasi indera penglihatannya. Ia juga kembali bisa mencumbui oksigen yang yang entah berasal dari alam atau bukan. Di samping, Taehyung memberikan belaian afeksi di tiap sisi wajah Madison. Pria itu basah dengan air mata, merasa berat dengan napasnya sendiri, dan bahkan membuat baritonnya berubah impresi karena serak.
"Maddie." Taehyung menggumamkan nama panggilan utama Madison dengan nada penuh afeksi. Taehyung membuat siklon lenyap dengan seratus persen perhatian. "I thought I lost you."
Perempuan itu hanya diam menahan diri untuk tidak eksesif. Pikirannya berkonvergen pada banyak hal, Jisa, Taehyung, dan dirinya sendiri. Madison bahkan rasanya belum sanggup untuk mengeluarkan vokal selain menatapi Taehyung yang menunjukkan roman masai sekaligus lega. Madison hanya merasa bahwa ia telah mengambil pilihan yang benar. Ia tidak memiliki kepastian konkret soal Jisa, dan satu-satunya alasan kenapa ia bertahan-dan tentunya karena rasa iba Tuhan-adalah Jung Taehyung. Di sini bukan hanya Madison yang kehilangan Jisa, pasokan oksigennya, tetapi Taehyung juga. Memilih untuk menyerah saat Tuhan memberikan pilihan adalah hal terburuk.
"Taehyung." Dan momen selanjutnya, Madison mulai berbicara.
"Ya, aku di sini, Maddie." Taehyung melepaskan beban seribu ton dalam dirinya, sehingga itu membuat vokal Taehyung terasa halus.
"Aku ingin mencari Jisa. Kau. Kita." Kapabilitas Madison untuk menjadi stabil kembali tercapai. Tuhan menciptakan karma, tetapi Ia memberikan oportuniti bagi Madison untuk tetap menjadi bagian dari dunia real. Karena alasan itu, Madison memiliki intensi untuk ikut serta pada gem absurd dan menarik pulang Jisa.
Itu alasan kenapa Madison ingin tetap hidup.
Kini, perasaan pelik merambah pada individu lainnya. Jung Taehyung mengangguk konfidens, menguar sentens penuh keyakinan dan teramat persistens kendati siapapun tahu bahwa Jung Taehyung hanyalah seorang ayah hebat yang mendadak menggila karena sebuah katastrofe konyol yang entah dibuat oleh siapa. "Aku akan mencarinya. Pagi, siang, malam. I will find our Bee, Maddie." Begitu katanya.
Kilas balik pada rangkuman tahun-tahun belakangan, Jung Taehyung mendapatkan esensi besar soal kehangatan famili. Setelah ia mengevaluasi diri dan menepati janjinya tempo lalu pada Madison soal ia yang akan menjadi pria yang lebih baik, pada kenyataannya Taehyung terus-menerus menjadikan Madison sebagai prioritas. Hingga itu berlanjut saat Jisa eksis di univers, Taehyung memiliki dua prioritas dan ia bisa memberikan semua perhatiannya tanpa terpecah belah. Terutama Jisa. Our Bee, kata Taehyung. Jung Jisa Bee.
He's a great daddy.
Orang lain bahkan tidak akan akan pernah menyangka bahwa jurnalis workaholik ini punya kapabilitas membuat anak menjadi persis seperti ratu di firdaus. Orang lain bahkan tidak pernah tahu bahwa pria klasik dan nampak menguar suar cuek nan misterius ini bisa membuat Jisa tertawa dengan hitungan lima detik tatkala bocah tersebut menangis. Lagi, orang lain bahkan tidak pernah terpikirkan bahwa pria dengan tampilan seratus persen bedegap ini punya abiliti menyisir atau memakaikan sandang untuk Jisa.
Jung Taehyung bukan hanya perfek sebagai pelengkap Madison, tetapi juga perfek sebagai pelengkap Jisa.
Mencari Jisa pagi, siang, hingga malam bukanlah polemik besar. Bahkan ia rela tidak istirahat jika itu bisa membuat Jisa kembali padanya lebih cepat. Spesifiknya, Taehyung dengan segenap hati akan menyelesaikan semua hal gila ini dan menemukan keinginan orang gila itu. Ia akan melakukan hal apapun untuk familinya sendiri.
"Kau-" Madison bersuara, mutlak menginterupsi kilas balik Taehyung, "Kau, kau pergi semalam ... did you see anything?"
Taehyung menggeleng. "Semuanya baik-baik saja saat itu."
"Kau yakin, Taehyung?" Vokal Madison masih bergetar.
"Aku mengandalkan memoriku, dan kemarin aku kembali saat rumah masih terlihat seperti biasa, tentran dan bersih, tanpa ada jejak kriminalitas. Bahkan aku sempat mengunjungi Jisa untuk memastikan bahwa asma nokturnalnya tidak kambuh." Taehyung dengan protasisnya membuat Madison lesu. Maksudnya, ia menghargai Taehyung, tetapi Madison tetap tidak mendapatkan secuil informasi soal siapa yang melakukan ini, ciri-ciri orangnya atau barang bukti lain. Sialnya, memang, setahu Madison rumahnya tidak terpasang kamera pengintai.
It's clueless.
"But I found something," tambah Taehyung. "Sebuah inisial dengan leter J." Selagi mengucapkan fakta tersebut, Taehyung menyelipkan tangannya ke dalam saku jaket dan mengambil secarik kertas yang ia temui saat Madison terjatuh karena serangan asmanya. Kemudian ia lanjut berbicara, "Memiliki daftar relasi dengan awalan nama tersebut?"
Madison lesu. Ia mendapatkan sebuah petunjuk, tetapi itu terlalu general. Bahkan ia tidak memiliki hak untuk menyalahkan relasinya yang kebetulan memiliki nama dengan huraf J sebagai awalannya. Kendati realitas yang ada memang menyebutkan bahwa tindakan kriminal lebih banyak dilakukan oleh relasi terdekat ketimbang orang asing. Namun, itu siapa? Madison memiliki banyak teman, terutama dengan nama berinisial huruf tersebut. Selain itu, jika dikaitkan dengan foto dirinya yang diberi tanda eks-mutlak mengindikasikan bahwa Madison adalah objek kebencian-Madison memiliki masalah dengan beberapa orang berinisial huruf J, baik itu masalah serius ataupun masalah tolol yang terkait dengan candaan-salahnya seorang Madison adalah ia memiliki candaan yang terlalu menyakiti penampungan batin orang lain. Jemima, Jungkook, Jay, tentangga eksentrik bernama Joon, atau bahkan, sialan ... Jimin?
Sebaliknya, kau yang akan mati, Maddie.
Itu kontak terakhir Madison bersama Jimin. Lebih tepatnya saat Jimin menginvasi rumah. Rumah sepi, hanya ada Madison, dan Taehyung pergi dengan tugas jurnalistik investigasinya. Jimin menghancurkannya malam itu. Iya, Madison melupakan sebuah fakta bahwa ia memiliki janji untuk bersama hingga mati dengan Taehyung tanpa pengkhianatan, tetapi ia membuat seni dosa dengan Jimin. Madison pikir, kalimat Jimin soal dia yang akan membuatnya mati hanyalah candaan seorang pria yang akan menghancurkan seorang perempuan. Taehyung juga acapkali memberikan guyonan seperti itu padanya. Namun, apa mungkin sentens itu merujuk pada kejadiaan saat ini? Sungguh, jika ditilik lebih detail, kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu dan Jimin tidak memiliki alasan untuk melakukan hal gila seperti ini. Memangnya kebohongan apa yang Madison buat pada Jimin? Tidak ada. Paling-paling hanya secara halus menolak Jimin dengan mengatakan bahwa Madison adalah seorang lesbian. Itu kebohongan tolol.
Jadi, Madison tidak sepenuhnya yakin.
"Aku punya beberapa, tetapi aku tidak yakin mereka bisa melakukan hal seperti itu."
"Maddie, kau bercerita padaku bahwa Jungkook menakutimu malam-malam dengan sebuah boneka dengan hiasan horor," balas Taehyung.
Madison menggeleng. "Dia hanya bercanda."
"Ia lebih suka menyetubuhi Marigold daripada bermain-main dengan boneka dengan alasan candaan." Madison menerima alasan tersebut. Aneh rasanya saat pria tersebut secara mendadak meneror dengan alasan guyonan. Namun, kembali lagi ke poin awal, Madison mengetahui Jungkook, mereka berafiliasi sejak lama, bahkan sebelum Taehyung mengenal Jungkook sebagai reporter eminen. "Kau harus lebih berhati-hati."
Kenya itu mengumbang minim, menyetujui apapun yang diperintahkan Taehyung selagi itu bisa memproteksi dirinya sendiri, meskipun Jungkook bukan orang yang benar-benar harus diwaspadai. "Hm. Lalu apa yang tertulis di situ?"
"Tell me your lies or she dies."
Madison tidak memiliki eksperimental yang terkait dengan nyawa. Eksistensi ancaman seperti ini telak membuat Madison yakin bahwa ada basik besar atas problematika ini. Taehyung juga pasti akan menyetujui hal tersebut. Meskipun dia bukan detektif, hanya seorang antek-antek yang punya responsibiliti untuk membuat catatan jurnal kasus, tetapi dia paham motif-motif seperti itu. Bukankah itu menguatkan sebuah gagasan bahwa tersangkanya itu orang terdekat mereka berdua?
Haruskah Madison menginvestigasi setiap orang menjadi relasi terdekatnya, dengan spesifikasi nama J, dan jelas membuat penuduhan tak berdasar pada orang-orang yang bahkan belum tentu paham akan apa yang Madison lalui. Jelas kalau itu adalah tindakan tak sopan.
"Polisi. Kita-"
Taehyung menyambar seolah tahu apa yang akan Madison katakan. "It's useless, Maddie. Mereka tidak akan pernah mengolah pengaduan sebelum genap 48 jam selain menyuruh kita untuk menunggu dan bersabar."
Seolah belum cukup puas dengan jawaban Taehyung dan konkret belum puas dengan segala posibilitas bantuan, Madison memutar otak demi mencari daftar nama perihal orang-orang yang kapabel membantunya. Madison adalah presiden, semua orang bertekuk lutut padanya. Mungkin kali ini tidak ada lagi simbiosis mutualisme seperti Madison yang tanpa masalah dan dengan segenap hati akan membantu permainan solo, tetapi Madison yakin bahwa ia akan tetap mendapatkan bantuan. Everybody does love Maddie, semua orang berkata seperti itu.
Alhasil Madison secara tergesa-gesa melepaskan diri dari alat pernapasan bantuan yang memblokade pergerakannya, dan beringsut secara mendadak hingga Taehyung terkesiap. Bahkan Taehyung tidak sempat memberikan pertanyaan lantaran Madison cepat-cepat berjalan ke pintu ruangan kamar hospitalnya dan hendak keluar. Lantas ia berbicara afirmatif pada Taehyung demi memberitahukan sebuah fakta bahwa Madison memiliki teman yang akan membantu. "No, there is one. Opsir Fischer, dia bisa membantu."
no one can help
Yoongi Fischer adalah opsir dengan integritas tinggi. Markas kota kecil sebelah adalah basis awalnya, tetapi ia pindah ke Wetsfold. Westfold memiliki tingkat kriminalitas tinggi. Mungkin terhitung lima kali lebih tinggi ketimbang di tempat sebelumnya. Tipikal opsir seperti Yoongi Fischer memang sangat dibutuhkan.
Madison mengenal pria dengan tautan umur delapan angka itu bukan tanpa sebab. Pertama-tama, Opsir Fischer itu suci. Biasanya orang-orang mengenal Madison karena transaksi medikamen ilegal atau ... Madison punya gaya hidup yang sangat bebas, itu menjurus ke arah-arah seksualitas. Bahkan polisi. Namun, tidak dengan Fischer, Madison mendapatkan ancaman dari opsir terintegritas itu tatkala Madison menggunakan nasal spray berisi ketamin secara terang-terangan di publik. Itu pertemuan yang tidak mengasyikan.
Hanya saja Madison selalu punya trik untuk bebas tatkala ia sadar kalau ia telah diberikan spot hitam yang notabenenya berbahaya. Sama seperti Madison yang mencoba berkenalan dengan si introvert Jemima atau mencoba menjadikan Taehyung sebagai karib. Pada kenyataannya, Yoongi mudah meluluh hingga keduanya menjadi teman. Dan sejujurnya, Yoongi adalah satu-satunya teman Madison yang paling waras dan paling suci.
Harusnya Opsir Yoongi berada di markas, tetapi Madison dan Taehyung tidak menemukannya. Opsir Brooke mengatakan bahwa pria itu mendadak pergi ke rumah beberapa menit lalu, bertepatan dengan Madison yang keluar dari hospital. Cukup eksentrik sebab itu bukanlah Yoongi Fischer. Well, kecuali kalau memang ia memiliki situasi darurat. Hanya saja dari segi manapun itu aneh. Hal darurat apa yang harus ditangani oleh Yoongi di rumahnya? Istri? Jangan gila, rumahnya bahkan hanya dihuni oleh hantu.
"Bagaimana caranya orang sepertimu dekat dengan seorang opsir?"
Taehyung membuka konversasi seraya berjalan mendekati radas tranportasi yang berada di ujung spot parkir. Format pertanyaan dari rasa kuriositasnya memang sorotan besar dalam permulaan percakapan. Jung Taehyung memang seperti itu, tukang mengeruk informasi. Barangkali efek dari pekerjaannya yang membuatnya harus seperti itu.
"Orang sepertimu?" Madison terkekeh kecil. "Orang dengan impresi berbanding terbalik dengan orang suci seperti polisi maksudmu?"
Pria dengan afsun tak wajar itu balas menguar vokal renyah tawanya. Secara tidak direk menyetujui protasis Madison.
Taehyung hanya ingin menghibur Madison.
"Dulu saat hendak pulang dari pesta kelulusan, aku menggunakan ketamin di jalan publik, depan area pesta, sembari menunggu si kambing tersesat yang masih melakukan kontak labium dengan seorang mahasiswa. Opsir sok keren itu mendadak muncul seperti hantu dan-yah, aku nyaris terkena detensi saat itu."
Kini, bertempat di dalam mobil, Taehyung semerta-merta mulai menjalankan enjin itu. Tapi ia masih bersuara demi membalas jawaban Madison. "Bukankah ketamin digunakan untuk medis? Apa itu ilegal?"
Pria suci.
"Dengan penggunaan ilegal, tentu itu menjadi hal yang ilegal. Aku bahkan menggunakannya bukan untuk urusan medis. Kadang-kadang pesta membuatku frustasi dan aku membutuhkan itu." Atau lebih tepatnya, Jung Jimin secara suka rela memberikan itu pada Madison-sebenarnya trik untuk merusak regulasi Madison agar keduanya bisa berakhir dengan final cairan semen. Namun, pada dasarnya memang Madison memakai itu dengan santai, kendati ia tahu maksud Jimin.
"Itu berbahaya," balas Taehyung.
"Yah, aku masih hidup, walaupun asma ini ...." Madison menjeda. "Maaf, kau mendapatkan kualitas wanita terburuk. Kau tahu, aku diam-diam memakai ketamin saat awal pernikahan. Kau selalu meninggalkanku, meski itu bukanlah hal yang harus dijadikan alasan kenapa aku memakai ketamin. Harusnya aku jangan tergila-gila dengan ketamin."
"Jangan gila. Kau terbaik bagiku."
"Kau tidak akan menjadi yang terbaik saat kau membuat penyakit pada diri sendiri dan menularkannya ke orang lain." Secara mendadak, konversasi perkara ketamin hingga berujung pada penyakit asma ini mengingatkan kembali pada Jisa. Dalam situasi yang berat, Jisa menunjukan aksi yang similar seperti Madison. Utamanya saat ketakutan, Madison takut Jisa mendapatkan perlakuan buruk. Terutama karena-hei, belum tentu seorang penculik gila itu mau membeli inhaler atau oksigen darurat untuk Jisa. "Jisa ikut terkena asma. Jelas, aku yang terburuk." Madison mendesah pelan, mengeluarkan beban sedikit demi sedikit. "I hope she's fine."
"Kau telah melakukan banyak hal hebat demi memerankan peran ibu dan pendampingku," kata Taehyung. "Dia akan baik-baik saja. Kau harus memercayai itu."
Pada intinya, Jung Taehyung adalah yang terhebat.
Jung Taehyung memegang optimisme tinggi dan semua optimismenya ditujukan pada sisi positif. Taehyung itu suar atas kebaikan manusia. Dia memercayai hal-hal dengan impresi baik sebab ia pikir itu bisa memengaruhi takdir. Misalnya ketika khawatir atau tengah dihajar oleh krisis eksistensial, Taehyung bisa menanganinya dengan baik.
Di depan, berjarak sepuluh meter, telak nyaris sampai menuju rumah Yoongi Fisher, spesifiknya setelah mengambil satu belokan ke kiri. Rumah kayu klasik dengan chat putih dan biru langit dengan halaman besar. Sebuah rumah yang terlalu berlebihan untuk ukuran seorang opsir single yang lebih banyak menghabiskan waktu di markas kepolisian. Well, sangat disayangkan. Ia bahkan tidak membiar satu hewan atau satu pengurus rumah di rumah lumayan besarnya.
"Rumah biru itu, Maddie?"
"Hm." Madison mengumbang minim.
"Nampak sepi," komentar Taehyung. "Apa seorang opsir meminta izin pulang untuk tidur siang? Kalau iya, aku akan membuat berita kontroversial-well, aku tidak suka polisi."
"Dia hidup sendirian. Terlalu individualistik. Lucunya perumahan ini sangat mendukungnya. Rumah di samping kiri kosong karena pernah ada kejadian mistik di sana hingga tidak ada yang mau menempatinya, dan rumah di kanan kosong karena pemiliknya pergi entah ke mana-sepertinya tersangkut di Francis, katanya. Hal yang wajar kalau sepi." Detik itu, Madison melepas sabuk pengaman dan melirik Taehyung. "Aku baru tahu kau tidak menyukai polisi. Kau berada di bidang jurnalisme investigasi dan kau membenci polisi? Keren."
Taehyung berdeham sebagai suar persetujuan. "Beberapa individu terlalu arogan."
"Aku setuju. Mengoleksi sentaja di saku membuat mereka seperti itu."
Kemudian, jelas konversasinya itu berhenti. Masing-masing berjalan secara pelan-pelan ke rumah seraya memerhatikan keadaan rumah dan sekelilingnya. Jenis perumahan ini bisa dikatakan seperti kumpulan orang-orang introvert. Entah memang pengembang perumahan ini hanya bisa memberikan rumah-rumahnya terkhusus untuk tipikal orang seperti itu demi kesejahteraan. Yah, setidaknya eksistensi mobil kepolisian menjadikan evidens terkuat bahwa Yoongi Fischer berada di rumah.
Satu, dua, hingga tiga kali percobaan menekan bel rumah, itu tetap sia-sia. Dan keduanya mulai meragukan apakah Yoongi berada di rumah atau tidak. Mungkin dia datang ke sini hanya untuk memarkirkan mobil polisinya dan pergi dengan kendaraan lain. Tapi Madison persistensi menunggu dan untungnya pintu rumah tidak dikunci. Memang tidak sopan bagi Madison masuk tanpa permit, tetapi Madison tetaplah Madison. Ia bahkan berani menyelinap masuk ke rumah presiden.
"Kau yakin?" Taehyung nampak ragu-ragu untuk masuk.
Pria suci.
"Ya. Sebelumnya aku pernah melakukan ini dan Yoongi tidak keberatan. Ia bahkan membiarkan aku mencuri pancakenya."
Alhasil Taehyung pun ikut masuk ke dalam rumah dengan nuansa manis ini-berbanding terbalik dengan imej ganasnya. Inivitasi kecil itu membuat Taehyung melakukan eksplorasi kecil-kecilan di tiap spot rumah Yoongi. Dan entah mengapa Taehyung mendapatkan sedikit peringatan hingga detak jantungnya memberi kapasitas kecepatan detak yang tinggi. Ada satu hal yang Taehyung pahami atas konstelasi absurd sekarang, yakni aromatik darah, anyir yang membuat indera penciuman terganggu.
"Maddie." Taehyung memanggil Madison pelan-pelan. "I'm not sure with this."
Peroman Madison mengatakan hal yang serupa. namun resistensi Madison masih berada di atas hingga membuat kuriositasnya mendetonasi. Ia ingin memastikan apakah Yoongi berada di rumah atau tidak. Kendati ia tidak cukup yakin dengan aromatik yang sungguh familier ini. Jujur saja Madison langsung teringat dengan rumah; darah, kucing mati tanpa kepala, dan aromatik busuk yang membuat garbanya bergejolak mual.
Perlahan-lahan, Madison mengawali untuk berjalan ke dapur, pada awalnya. Sebelum akhirnya Taehyung berjalan lebih dahulu karena secara konkret pria perfek itu mendapatkan perasaan tidak baik. Ia tidak ingin Madison mendapatkan hal tak terduga, terutama jika itu memiliki impresi buruk. Bahkan ia sempat menyuruh Madison untuk berada di ruang tengah, kendati Madison tetaplah Madison, super keras kepala.
Kemudian, sesuai dengan indera jeli Taehyung, kini ia paham soal asal-muasal aromatik dengan kesan busuk seperti inferno ini, ia juga paham soal kenapa ia tidak yakin untuk masuk ke dalam rumah Yoongi. Sesuai yang dikhawatirkan oleh Taehyung, Madison berteriak hingga secara otomatis menutup mulut supaya tidak menimbulkan kegaduhan dan membuat kuriositas orang lain. Pada intinya, Taehyung otomatis merengkuh Madison dan tidak membiarkan Madison melihat lebih lama objek hasil dari tragedi absurd itu.
Satu hal yang mesti dipaparkan adalah konstelasi mengerikan soal penampilan Yoongi Fischer yang mirip seperti korban penyiksaan-entahlah, Taehyung tidak paham. Pria itu berdiri dengan uniform formal dengan daksa tersandar di pilar kecil rumah dan tangannya terborgol di belakang. Harusnya dengan tampilan seperti itu, semuanya akan terasa baik-baik saja. Namun tidak dengan adisi mengerikan lainnya. Garba terkena tanda kriminalitas besar, yakni eksistensi pisau di sana dengan darah-darah meluruh membasahi fabrik tebal uniform hingga menetes ke lainnya. Dan sialnya, itu bukan satu-satunya. Satu kakinya hilang dan jelas sekali bahwa area paha tervisualisasikan seperti pipa air yang membiarkan airnya meluruh, bedanya ... ini darah.
Satu lagi, seperti biasa. Individu tak berkultur dengan isi serebrum seperti otak ini selalu meninggalkan mesej untuk memastikan bahwa intensinya tidak terlalu berujung misterius dan nampak ingin menunjukkan inti sari kegilaannya. Di lantai, telak di depan ada tulisan lain yang lagi-lagi menggunakan likuid merah itu sebagai tinta. Katanya,
NO ONE CAN HELP.
-FROM J
Madison eksesif dengan air mata. Semerta-merta ada juga reaksi alamiah di dalam garbanya yang membuatnya nyaris akan memuntahkan seluruh is perut andaikan ia tidak mencoba untuk menahan. Lagi-lagi presensi darah dan tanda kriminalitas menjadi teror terbesar dan Madison belum memahami maksud ini semua. Kebohongan jenis apa yang telah ia buat sehingga harus melibatkan Jisa, pembunuhan, dan ... Madison bisa saja mati karena asmanya yang selalu mendadak kambuh karena efek semua ini.
Taehyung bergegas ke luar rumah. Pertama, ia tidak ingin membiarkan Madison terus-menerus menyicipi aromatik busuk di sini sekaligus panik karena keadaan Opsir Fischer yang sudah tak utuh. Kedua, ia tidak ingin berlama-lama di sini sebelum ada orang lain yang secara mendadak masuk dan mengklaim Taehyung dan Madison sebagai pembunuh Yoongi-kendati ia tetap khawatir karena Taehyung dan Madison sempat meminta informasi soal keadaan Yoongi.
Secara konkret Taehyung tidak akan pernah rela melihat Madison tercekat terus-menerus hingga perempuan itu secara refleks menggunaan inhaler secara berlebihan-dan itu tidaklah baik. Jadi, di mobil, sebelum pulang ke rumah, Taehyung merengkuhi Madison dengan kemampuannya memberikan komposur besar dengan tangan-tangan dan suara lembutnya. Jangan pikir Taehyung tidak mengalami reaksi eksesif seperti Madison. Ia bahkan nyaris mengeluarkan isi perut terutama saat netranya melihat area kaki. Selama menjadi jurnalis yang membuat berita soal kasus-kasus yang beberapa merujuk pada tindak kriminalitas, Taehyung belum pernah melihat hal sekeji ini. Namun, mau bagaimanapun Taehyung mesti menahan diri dan menjadi benteng untuk Madison yang lemah.
Jisa menghilang.
Darah. Hewan tanpa kepala.
Darah. Kaki yang dipotong.
Orang dari neraka mana yang melakukan hal segila itu?
Kemudian, seolah belum mencapai final untuk linear fragmen hari ini, tatkala keduanya sudah sampai rumah dan memiliki niat untuk beristirahat-terutamanya sebab Madison tengah mengandung, dan kenya itu sudah sangat lemah akibat evidens kriminalitas, panik, dan asmanya-Taehyung dan Madison telak mendapatkan kejutan lain. Persis setelah masuk rumah, eksis jejak-jejak darah dimulai dari pintu depan hingga berakhir di kamar Jisa. Dan sekali lagi, Madison tetaplah Madison yang keras kepala kendati Taehyung sudah menyuruh kenya itu untuk jangan mengikuti garis jejak itu.
Pada finalnya, Madison merepetisi fragmen. Mendedau keras dengan reaksi alamiah di perut yang kembali muncul. Sementra Taehyung secara otomatis menguar seribu jenis carut-marut, maju ke depan, mengambil secarik kertas dengan tulisan baru, meremas dan membuangnya asal. Di sana tertulis lagi dengan padanan kalimat yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Katanya,
TELL ME YOUR LIES OR YOU'LL GET ANOTHER PART OF BODY.
-FROM J
Dan Madison ataupun Taehyung sadar bahwa ini bukan penculikan dengan intensi mengeruk material. Seseorang memaksa Madison atau mungkin Taehyung untuk mengungkapkan realitas absurd dengan memperalat Jisa.
Intinya, apa yang hadir di sini adalah hasil dari kegilaan sebelumnya. Darah, aromatiknya yang mengganggu, dan sisi tubuh milik Opsir Fischer.
His leg.
Kaki milik Opsir Fischer.
[TBC]
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top