Halaman Tiga
Keseharianku di sini masih seperti biasa.
Berburu, makan, mencari tempat beristirahat, menjelajah, berburu lagi, dan seterusnya. Baru saja aku selesai makan siang dengan daging burung hasil buruanku.
Namun, yang perlu kalian ketahui adalah posisiku saat ini. Yakni halaman belakang yang sangat lapang dari sebuah rumah besar, sepertinya bangunan paling besar yang pernah kutemui selama di sini. Bahkan ada kolam renang besar meskipun airnya tersisa setengah dengan kondisi air yang hijau dan dinding kolam yang berlumut.
Sangat menyatu dengan alam.
Dirasa sudah cukup bersantai, aku bangkit. Target jelajahanku kali ini adalah rumah besar di belakangku sekarang. Aku sangat penasaran, dan entah mengapa firasatku bilang bahwa aku akan menemukan hal yang menarik.
Pintu belakang menjadi akses pertamaku untuk masuk. Aku disambut oleh ruang makan yang tergabung dengan dapur besar. Walau ruangannya tampak berantakan dan sangat kotor, tetapi aku yakin tidak salah mengenali ruangan ini.
Kunyalakan sihir cahaya sebelum beralih ke ruangan lainnya. Salah satu sudut bibirku terangkat kala mendapati rumah ini memiliki fasilitas yang terbilang lengkap. Ruang tamu, ruang keluarga, deretan kamar tidur, ruang koleksi pakaian, garasi koleksi kendaraan, ruang kerja, bahkan ruang baca pribadi. Aku yakin sekali dulunya ini adalah rumah mewah milik seseorang yang hartanya tidak akan habis tujuh generasi. Jika saja tidak ditinggalkan lama, aku ingin sekali menempati rumah ini.
Aku baru selesai dari lantai dua. Kuamati lampu gantung besar yang usang di atas sana. Bangunan ini ... tidak didesain secara sembarangan. Aku kagum bagaimana mereka bisa tetap bertahan melebihi setengah abad. Pun tidak hanya bangunan ini, tetapi bangunan-bangunan tua lain yang ada di hutan sini. Memang terlihat sepele, tetapi bukankah sedikit terlalu ganjil jika mereka dibangun tanpa tujuan khusus?
Oke, lupakan.
Aku sudah menuruni tangga, hendak keluar dari rumah ini. Sedikit mengeluh melihat sepatuku menjadi kotor dan menyisakan jejak kaki di lantai. Entah mengapa, mendadak aku terpikirkan untuk keluar melewati pintu depan alih-alih pintu sebelumnya. Aku ingin melihat bagaimana halaman depan rumah ini serta penampakkannya dari luar.
Namun sebelum itu, sudut mataku menangkap sesuatu. Sebuah pintu (lagi), ruangan yang terlewat dari pemeriksaanku. Tanpa pikir panjang, aku menujunya. Antusiasku membuncah. Akankah aku menjumpai mesin ketik lagi atau itu hanyalah sebuah ruangan biasa?
Pintunya terletak tepat di bawah tangga, yang mana menjadi alasan masuk akal mengapa ia terlewat dari penglihatanku. Aku penasaran, jika bukan sesuatu yang penting seharusnya ruangan yang satu ini tidak perlu disembunyikan.
Sejujurnya, aku berekspetasi banyak. Aku menginginkan sesuatu yang seru karena selama aku di sini semuanya terasa membosankan. Akankah ada harimau yang menerjangku begitu membuka pintu, atau portal ke dimensi lain?
... pintunya terkunci.
Tetapi itu bukan halangan bagiku. Pintunya terbuat dari kayu, dan tidak masalah jika aku—
BRAK!
—menghancurkannya, 'kan?
Sayangnya, ekspetasiku terlalu tinggi. Aku tidak mendapati hal-hal yang kusebutkan sebelumnya, melainkan sebuah perpustakaan.
Ruang di sini tidak terlalu besar seperti ruang baca di lantai dua, tetapi masih cukup nyaman untuk bersantai sendirian dan membaca buku tanpa ada gangguan. Yang paling aku kagumi adalah bagaimana ruangan ini tampak masih jauh lebih layak dibandingan ruangan lain. Tanpa lumut, tanpa kerusakan berarti, hanya sedikit berdebu. Seperti ada kesenjangan sosial saat aku membandingkan lantai ruangan ini dengan lantai di depan pintu masuk.
Kuabaikan jejak kaki dari sepatuku yang tercetak jelas di lantai—pun di karpet, lantas berkeliling seisi ruangan. Buku-bukunya sangat menarik. Kuambil satu buku asal dan membukanya. Halamannya menguning dan beberapa memiliki bercak noda. Sisanya masih tampak seperti terawat dengan baik.
Tubuhku mematung kala kedua mataku mendapati sebuah buku tebal dengan judul "Sejarah Dunia Bawah". Jantungku terasa seperti berhenti berdetak mengetahui eksistensi buku seperti itu di sini, di dunia manusia.
Dan, kalian tahu apa bagian ganjilnya?
Penulisnya ... adalah salah satu penulis terkenal di duniaku.
Ini gila.
Kubuka buku itu cepat untuk memastikan isinya. Tidak salah lagi, buku ini bukan berasal dari dunia ini. Setiap katanya ditulis dengan bahasa duniaku serta mengandung kebenaran, sesuai dengan sejarah yang memang pernah terjadi sebelumnya.
Aku terdiam, masih membuka-buka buku dengan tatapan tak percaya. Sampai akhirnya, dari salah satu halaman yang kubuka, sesuatu jatuh. Ia berdenting kecil saat bertubrukan dengan permukaan lantai. Kupungut benda itu.
Sebuah kalung berbandul kunci.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top