MAAF


Lyra dan Lisa sudah tiba di parkiran kampus. Mobil hitam mewah itu terparkir  rapi bersama mobil-mobil lainnya.

Lyra dahulu keluar dari mobil. Matanya menyelusuri tiap-tiap sisi kampus. "Hari pertama." Ucapnya.

"Iya hari pertama. Makannya semangat Lyr!" Lisa menepuk pundak Lyra. Lyra mengangguk, diikuti dengan senyumannya yang manis.

Kedua gadis itu kini melenggang bersama masuk ke dalam kampus.

***
"Shit! Apa - apaan Nuca!" ucap Rose geram seraya memukul kemudi mobilnya.

Dilihatnya Hp yang ia letakkan di sebelah, Nuca sudah berulang kali meneleponnya. "Kamu tega ya Nu! Aku akan kasih pelajaran sama cewek yang udah buat kamu kayak gitu, tunggu saja!"

Rose melaju cepat menembus kesepian jalan raya. Suasana Athena pada hari itu entah mengapa sangat sepi.

Sedangkan Nuca, ia kini tengah mengacak rambutnya kasar. Hatinya sangat gusar. "Setengah jam lagi kampus mulai nih," ucapnya di sela kekhawatiran.

"Ah Nu! Kamu bego banget jadi cowo!" Nuca segera berlari memasuki mobilnya. Menyalakan mesin dan bergegas berlalu menuju kampus.
Ia rasa harus menjelaskan semuanya terlebih dahulu kepada Lyra.

***
Di kampusnya, Lyra dan Lisa kini tengah asyik menikmati suasana ruangan baru mereka.

Setelah melihat pengumuman di papan yang terletak di pintu masuk, Lyra ternyata satu kelas dengan Lisa. Tentunya itu membuat dua sejoli itu kegirangan.

Lyra memutuskan untuk duduk di dekat jendela ruangan. Pemandangan dari lantai dua itu sunggu memanjakan mata.

"Hari ini kita bagi buku kan Lyr?" tanya Lisa pada Lyra yang kini masih senyam senyum menatap keluar jendela. "Iya. Lis" jawabnya.

Lisa yang melihat perubahan wajah Lyra mengerutkan keningnya. Pasalnya, tadi Lyra dalam keadaan badmood yang luar biasa. Apa yang membuatnya berubah 180 derajat seperti itu.

"Kamu kok senyam senyum gitu Lyr?" selidik Lisa pada temannya.

Lyra yang mendengar pertanyaan Lisa kini menoleh. "Pengen aja Lis. Aku nggak enak kalau sedih terus." jawab Lyra sambil tersenyum.

Lisa bertopang dagu ketika mendengar jawaban dari Lyra. Hanya saja, matanya seketika membulat sempurna kala menangkap sosok yang dikenalnya tengah melenggang melintasi lapangan kampus. "Eh Lyr! Li-lihat itu!" ucap Lisa yang kini sudah pindah posisi ke depan kaca.

Lyra segera melihat ke arah luar jendela. Dan benar saja, Lyra sama kagetnya dengan Lisa. Itu Rose!

"Dia mahasiswi di sini Lis?" tanya Lyra.

Sedangkan Lisa, ia hanya mengangkat bahunya pertanda tak tahu. Untuk beberapa detik, keduanya saling tatap.

Hingga pada saat sosok Rose sudah berdiri di depan pintu ruangan tempat Lyra dan Lisa berada. Matanya yang tajam bertatap langsung dengan Lyra yang sedikit kalut.

Rose berjalan mendekat ke tempat duduk Lyra dan Lisa. Orang-orang yang dilewatinya menatap takjub. Karena memang benar, Rose itu cantik.

Setelah jarak mereka sudah sangat dekat, Rose melipat kedua tangannya. Kini ia menatap tajam Lyra yang sedari tadi menahan gugub.

"Kamu yang tadi di rumah Nuca, benar?" tanya Rose. Lyra yang mendapati pertanyaan itu langsung menatap Rose lekat, tak kalah tajamnya.

Lyra mengangguk tanpa menjawab. Halo itu membuat Rose mengangkat sebelah alisnya. "Jelaskan padaku, kenapa kalian bisa-bisanya pacaran!" nada bicara Rose kini sedikit naik. Raut wajahnya tak bersahabat, ditambah nada bicaranya yang membentak Lyra.

"Hei! Sopan sedikit dong kalau nanya sama orang. Emang urusanmu apa sama Lyra, hah?" Lisa memotong Lyra yang hendak bicara. Lisa merasa ia agak terganggu dengan tingkah Rose. Apalagi, tempat mereka banyak sekali orang.

"Aku nggak ada urusan sama kamu ya! Tolong jangan ikut campur, nona."

Lisa berdecih mendengar ucapan Rose, "Cih! Dia temanku, kamu cari masalah sama dia sama saja cari masalah sama aku!" Lisa membentak tak kalah kuat.

Melihat pertikaian yang ada di depannya, Lyra buka suara untuk menengahi keduanya. "Sudah cukup! Kau, aku memang pacarnya Nuca."

Mendengar itu, emosi Rose kembali. "Pacar? Dia itu pacar aku!"

Rose memutar bola matanya malas, "Dia yang nembak aku. Kalau kamu pacarnya, kenapa dia nembak aku? Dan satu hal, kalau mau komplain ke Nuca, jangan ke aku." Lyra berdiri meraih tangan Lisa. Bergegas meninggalkan Rose.

Hanya saja, Rose mencekal lengan Lyra. Lyra tersentak berhenti, kembali menoleh  ke arah Rose yang sudah merah padam. "Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa! Kau akan terima akibatnya!"

"Aku memang tidak tahu kamu siapa. Tapi, kau tidak berhak mengatur kehidupanku."

PLAAK....

Seketika seisi ruangan kelas itu diam. Lisa tarpaku melihat sahabat di depannya kini tersungkur di lantai kala menerima tamparan keras dari Rose.

Rose terlihat penuh kemenangan. Lisa yang emosinya sudah meledak hendak menghantam Rose dengan kursi kelas. Hanya saja, sebuah tangan menahannya. Dan itu tangan Lyra, "Jangan Lisa, bawa saja aku ke ruangan kesehatan."

Lisa mencoba mengatur emosinya. Ia sangat ingin sekali menghantam wajah Rose dengan tangannya. Hanya saja, wanita itu sudah pergi saat Lyra menahan tangannya.

"Ayo Lyr." Lisa membimbing langkah sahabatnya itu. Tampak jelas pipinya memerah akibat tamparan dari Rose.
***
Nuca berlari menyelusuri pekarangan kampus. Beberapa langkah menuju pintu masuk gedung. Ia bertemu Rose yang hampir menabraknya. Kini kedua netra mereka bertemu.

"Ah Nuca!" ucap Rose berbinar. Nuca yang melihat kehadiran Rose sedikit bingung. "Kamu ngapain di sini?"

Mendengar pertanyaan Nuca, Rose sedikit kesal. "Emangnya gak boleh? Aku habis ngelabrak cewek nggak tahu diri itu. Berani-beraninya dia-"

Nuca langsung memotong ucapan Rose, "kamu ngelabrak Lyra? Kamu keterlaluan banget sih!" Kini Nuca berlalu melewati Rose. Ia segera berlari masuk ke dalam gedung mencari Lyra.

"Eh! Nuca kamu mau kemana hah?!" Rose menghentakkan kakinya kesal. Ia kembali ke mobilnya dan mengemudi pulang. "Awas saja kamu Lyra!" umpat Rose kesal.

Nuca berkeliling mencari keberadaan Lyra. Hingga pada saat ada teman satu ruangan Lyra yang memberitahunya kalau Lyra dan Lisa pergi ke ruang kesehatan. Dan Nuca juga diberitahu kalau terjadi pertikaian antara Lyra dengan cewek yang tidak dikenal.

Mendengar itu, Nuca langsung vergegas pergi ke ruangan kesehatan.

Di ruangan, ia mendapati Lisa yang sedang menjaga Lyra yang sedang terlelap. "Kak Nuca?" ucap Lisa saat melihat kehadiran Nuca.

Nuca langsung mendudukkan dirinya di kursi sebelah Lisa. "Ceritakan Lis," Nuca meminta penjelasan dari Lisa.

Lisa tanpa berfikir langsung mengatakan kejadian yanh dialami Lyra pada Nuca. Sepanjang Lisa bercerita, Nucs tak hentinya meremas tangannya sendiri karena geram terhadap perbuatan Rose.

"Saranku, kakak harus lebih bisa menjaga Lyra. Baik itu hatinya atau tubuhnya. Aku tidak suka melihat Lyra menangis." Lisa berkata pelan, kini matanya menatap Lyra yang sedang tertidur di atas nakas.

Begitupun Nuca, usai mendengar perkataan Lisa, ia membalikkan dirinya menghadap Lyra. Kini tangannya menggenggam tangan Lyra pelan. "Maafkan aku, Lyr." ucapnya.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMEN YA 🤗🤗🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top