LELAKI TAMPAN
Tuk..tuk..
Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Lyra. Ia yang tengah asyik terbuai dalam alam mimpinya sontak terbangun kaget.
"Nona, Nyonya Valeri mengajak makan malam," suara Jhon terdengar. Lyra yang sudah setengah sadar langsung berdiri.
"Iya, saya mandi dulu." balas Lyra. Ia menyadari, ternyata ia tertidur dari siang karena letih di perjalanan. Ia bergegas bersiap dan makan malam.
Sepuluh menit lebih kurang, Lyra keluar dari kamarnya mengenakan piama putih bermotif miliknya.
Di dapur, ia dapati Valeri dan Stev sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Namun, dua kursi kosong tersisa di dekat mereka.
"Kursinya untuk aku sama Jhon ya?," ucapnya dalam hati. Lyra langsung menepati salah satu kursi. Ia mengangkat kedua sudut bibirnya dan tersenyum ke arah Valeri dan Stev.
"Maaf Tan, Om. Lyra lama."
"Tidak apa Sayang. Nuca juga belum turun dari kamarnya," jawab Valeri sambil menuangkan teh ke dalam cangkirnya.
"Nuca Tan?" reflek Lyra bertanya.
"Iya, anak Tante. Lyra baru tahu ya?"
Lyra mengangguk dan tersipu malu. Ia baru tahu kalau Valeri dan Stev memiliki anak.
Ternyata tebakannya saat di bandara benar.
"Namanya Nuca ya Tan?" Lyra tersenyum.
"Iya usianya sama seperti-"
Belum sempat Valeri menyelesaikan ucapannya, terdengar bunyi langkah menuruni tangga, Lyra menolehkan wajahnya.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut cokelat. Yang membuat Lyra hilang fokus, mata biru terang laki-laki itu membuatnya mangap.
"Itu siapa tan?" ucap Lyra pada Valeri yang sedang berbincang kecil dengan suaminya.
"Oh? Itu Nuca Sayang,"
"Ah, tampan sekali," ucapnya dalam hati. Lyra mengganti arah pandangannya. Baru kali ini ia melihat laki-lali yang begitu tampan. Tentu, Setelah mendiang papanya.
***
Laki-laki itu, Nuca. Putra semata wayang Valeri dan Stev. Usianya sama seperti Valeri. Satu tahun lebih tua. Seorang mahasiswa.
Nuca duduk di kursi yang kosong di sebelah Lyra. Ia tersenyum lebar menyapa Lyra.
"Lyra ya?" ucap Nuca seraya mengulurkan tangannya pada Lyra.
"Iya, Lyra."
"Semoga betah di sini ya Lyr,"
Lyra hanya mengangguk pelan. Ia menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Lyra sesekali memerhatikan Nuca yang sedang makan.
"Tampan sekali," kembali ia diam-diam memuji dalam hati. Dan hal itu membuat ia malu sendiri. Pipinya memerah.
"Lyr, kamu kuliah di tempatnya Nuca saja, mau nggak?" Stev memecah keheningan meja makan.
Lyra yang mendengar ucapan Stev kaget hingga dirinya sulit menelan makanan.
"E.. eh apa tadi Om?" tanyanya ulang.
"Tahun ini kamu jadi mahasiswa kan? Bagaimana kalau satu kampus sama Nuca saja?"
"Tapi kan Om, Lyra nanti ngerepotin Tante sama Om."
"Oh nggak dong Sayang. Kamu disini bukan hanya untuk tinggal. Kamu juga harus sekolah," Valeri menjelaskan pada Lyra yang memasang wajah sedikit prihatin.
"Benaran Om, Tan? Lyra boleh kuliah disini?,"
"Ya boleh-"
"Pasti dong Lyr. Mama sama Papa juga sudah bilang sama aku. Kita satu kampus saja. Aku baru semester 3," Nuca memotong ucapan Mamanya.
Mendengar ucapan Nuca, Lyra tertunduk, pipinya bersemu.
Valeri dan Stev mengangguk. Begitupun Nuca yang tak hentinya menebar senyum pada Lyra.
"Kamu mau kan Sayang?" Valeri kembali meyakinkan Lyra.
"Iya Tan, Lyra mau. Mau banget," Lyra antusias menjawab pertanyaan Valeri. Sudut bibirnya kembali mengukir senyum.
"Mau ambil jurusan apa Lyr?" tanya Stev sambil tetap menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Sejarah disini ada nggak Om?"
Valeri terkekeh mendengar pertanyaan Lyra. Ia meminum minumannya dan mencubit pipi Lyra dengan gemas.
"Lyr, Athena ini kota sejarah dunia. Pasti ada dong Sayang,"
Lyra menepuk jidatnya, ia merasa sudah mencetuskan pertanyaan yang konyol sekali. Dan, mukanya kembali memerah saat Nuca tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaannya.
"Kamu suka sejarah ya Lyr? Nuca juga masuk jurusan itu," Stev berbicara.
"Iya suka banget Om. Ditambah lagi, walaupun Lyra lahirnya di Athena, Lyra sama sekali nggak tahu tentang kota ini," Lyra menatap lawan bicaranya dengan menyeka senyumnya.
"Kalau begitu tambah bagus dong Lyr, kamu bisa belajar mulai hari ini untuk tes masuk perguruan tinggi. Nanti bisa pinjam buku-bukuku," ucap Nuca.
Lyra mengangguk pelan. "Tesnya kapan Nu?"
"Dua bulan lagi, serentak dengan dimulainya ajaran baru," ujar Nuca.
Seusai percakapan di meja makan, Nuca meminjamkan buku-bukunya pada Lyra. Lyra yang mempunyai kecerdasan yang tinggi dan semangat dalam belajar, langsung saja mempelajari buku-buku yang diberikan oleh Nuca.
"Dua bulan lagi ya? Ah pasti bisa deh!" gumamnya sendiri.
Satu jam penuh ia terbuai dalam bacaannya. Buku yang dipinjamkan oleh Nuca membuatnya takjub. Mulai dari mitologi kuno yunani, tempat-tempat bersejarah di yunani dan tentang hal menakjubkan di kota Athena termuat di dalam buku.
"Ya Tuhan, ini sungguh luar biasa," Lyra membaca dengan teliti dari setiap baitnya. Tak lupa menggarisi kata-kata yang tak ia mengerti.
Namun, Nuca yang sejak tadi berdiri di balik pintu kamar Lyra, tersenyum. Ia tak menduga ternyata Lyra adalah orang yang tekun.
Ia masuk sambil mengetuk pintu kamar, hal itu membuat Lyra memberhentikan aktifitasnya.
"Lyra, kamu sibuk ya?" Nuca berjalan masuk ke dalam kamar Lyra yang luas itu.
"Eh Nu, nggak. Ini sedang baca buku-bukumu," jawabnya senatural mungkin. Ya, dia kaget setengah mati saat Nuca masuk ke dalam kamarnya.
"Ada yang nggak kamu ngerti Lyr?"
"Eh, i.. iya ada sedikit,"
"Kalau begitu nanti pas selesai makan malam aku jelasin sama kamu,"
Mendengar pernyataan Nuca, Lyra tersipu malu. Ia mengangguk pelan dan memalingkan wajahnya yang mulai terasa panas.
"Oh ya, mau jalan-jalan?,"
"E..eh?" Lyra sontak kaget, dia? Jalan-jalan bersama Nuca? Laki-laki yang amat tampan? Ia menelan ludahnya.
"Iya, mau nggak?" Nuca mengulangi pertanyaannya.
Lyra mengangguk, "kita mau kemana Nu?"
"Suatu tempat, yang pasti bakalan kamu suka,."
Nuca dan Lyra berpamitan dengan Stev dan Valeri yang sedang santai di ruang keluarga. Lyra yang jantungnya berdebar karena duduk bersebalahan di dalam mobil membuat ia sedikit was-was.
"Ini mau kemana ya?" tanyanya dalam hati.
***
Perjalanan itu sedikit memakan waktu yang cukup lama. Sekitar 30 menit. Selepas itu, Nuca memarkirkan mobilnya.
"Ayo Lyr, turun,"
"Eh? I..iya."
Nuca menuntun Lyra yang sedang melongo. Lyra menatapi setiap sudut tempat itu. Jalanan batuan, seperti berada di kerajaan.
"Ini marmer ya Nu?" Lyra memberhentikan langkahnya, dan duduk sambil menunjuk ke arah jalan setapak yang ia injak. Dan ia merasakan ia serasa berada di atas bukit.
"Bukan Lyr," jawab Nuca singkat.
Lyra tak melanjutkan perkataannya. Ia kembali mengikuti Nuca yang berjalan di depannya.
Dan benar dugaannya, ia dan Nuca berjalan seperti menuju puncak, ia merasa sedikit lelah. Nuca yang melihat Lyra yang letih tersenyum.
"Kamu capek Lyr?"
"Iya ini, masih lama Nu?"
"Nggak kok, lima menit lagi."
Lyra berusaha menjaga tubunya agar tak terjatuh karena letih. Setelah perjuangannya berjalan yang kira-kira mencapai 20 menit itu, akhirnya usai.
Nuca memberhentikan langkahnya dan berbalik badan mengarah pada Lyra. Lyra yang sudah kelelahan mendudukkan tubuhnya.
"Sudah sampai kok Lyr,"
"Kita di mana sih Nu, kok lama-" ucapanya terhenti seketika. Lyra menatap kaget, heran, bahkan takjub atas hal yang baru saja ia lihat.
Sebuah bangunan besar, seperti pintu. Dengan tiang-tiang yang menyanggahnya. Lyra menatap pasat, senyumnya terukhir lebar.
"Kita di Acropolis Lyr, kompleks kota tua di Yunani. Dan ini pintu masuk dan keluar, Parthenon."
Lyra takjub mendengar penjelasan Nuca. Ia tak hentinya memuji bangunan yang berupa gerbang bergaya Doric.
Tanpa menunggu lama, Lyra langsung menyambar Nuca untuk mengajaknya masuk. Dan tanpa banyak bicara, Nuca langsung mengiyakan permintaan Lyra.
SUDAH DULU YA!😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top